Arsya 12

132 9 0
                                    

Hari ini Nasya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan bersama Adi. Sesuai janjinya waktu itu, dia akan membantu Adi mencari kado ulang tahun untuk saudara perempuan nya.

" Lo cuma mau beli buku cerita doang?" Tanya Nasya sambil memilih-milih buku cerita yang menarik.

" Menurut lo enaknya cuma buku aja atau sama yang lain?" Tanya Adi meminta saran.

" Emmm, mending beli buku aja sih kalo emang dia suka baca buku." Jawab Nasya lalu mengambil beberapa buku dari rak nya.

Adi menganggukkan kepalanya setuju dan mengajak Nasya menuju ke kasir untuk membayar belanjaannya.

" Lo nggak mau beli apa-apa?" Tanya Adi.

" Enggak kok. Buku gue udah..." Ucapan Nasya terpotong saat tiba-tiba Adi mendekat ke arahnya dan membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Nasya memandang ke arah Adi. Cowok ini memiliki postur tubuh yang hampir sama seperti Arka. Dengan style yang sopan, tutur kata yang lembut, Nasya bisa menebak kalau dia pasti pintar.

" Ekhem. Antriannya..." Ucap Adi mengejutkan Nasya.

" O-oh iya." Ucap Nasya gagap lalu langsung menaruh barang bawaannya ke kasir.

Setelah selesai Adi langsung mengajak Nasya menuju toko ice cream.

" Lo mau yang rasa apa?" Tanya Adi.

" Coklat aja gapapa." Jawab Nasya yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Adi.

" Gue denger-denger dari anak-anak lain, lo lagi ngerjain proyek bareng Arka. Itu bener?" Tanya Adi sembari memberikan ice cream milik Nasya.

" Waktu itu sih iya. Tapi sekarang udah enggak." Jawab Nasya sambil memakan ice cream nya.

" Syukurlah." Sahut Adi lalu mengajak Nasya duduk di salah satu meja yang kosong.

" Syukur kenapa?" Tanya Nasya tidak paham.

" Ya, syukur aja. Lo udah bebas dari rantai belenggu nya Arka." Jawab Adi santai.

" Rantai belenggu? Gue nggak paham maksud lo." Sahut Nasya semakin dibuat bingung.

" Arka itu cowok populer di sekolah. Dia itu 'duta sekolah' lah gitu istilahnya. Setiap ada tamu sekolah, pasti Arka yang ditunjuk buat memperlihatkan semua kegiatan, ekstrakulikuler, dan ruangan-ruangan di sekolah. Selain karena Papa nya yang punya yayasan, dia juga..."

" Papa nya Arka yang punya yayasan?" Potong Nasya merasa terkejut.

" Lah emang lo gatau? Rumahnya aja se-gede itu." Ucap Adi.

" I-iya sih..." Gumam Nasya sambil lanjut memakan ice cream nya.

" Pantes dia ngomong sama kepala sekolah santai banget. Ga ada takut-takut nya." Batin Nasya.

" Terus-terus? Yang lo maksud rantai belenggu tadi apa?" Tanya Nasya penasaran.

" Meskipun Arka ini terkenal sebagai 'pentolan sekolah'. Si Arka ini juga terkenal punya sikap yang kurang baik." Jelas Adi.

" Sikap kurang baik?" Tanya Nasya.

" Iya. Dia sering melanggar peraturan, sering berantem, nggak sopan ke guru, ya pokoknya dia mencerminkan siswa yang bad attitude gitu lah." Jawab Adi.

" Yang waktu itu lo sampe mukul dia juga kan karena dia nggak sopan sama cewek. Tapi gue herannya, masih aja ada yang suka sama dia padahal sikapnya kayak gitu." Lanjut Adi.

Nasya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tidak banyak berkomentar.

Mendengar penjelasan Adi barusan seperti membuat Nasya mengingat kembali saat pertama kali dia bertemu dengan Arka. Saat dimana Arka menabrak seorang kakek yang sedang berjualan dan menilai semuanya dengan uang.

" Kalau menurut gue, mending lo jauh-jauh dari dia. Daripada nanti lo kena masalah kan?" Saran Adi sembari menatap Nasya yang hanya diam saja.

" Lo kenapa?" Tanya Adi akhirnya.

" Ha? Gapapa. Gue cuma lagi mikir mau beli apa di mall ini." Jawab Nasya sekenanya.

Sebenarnya, entahlah. Setelah mendengarkan penjelasan dari Adi mengenai Arka tadi. Otaknya merasa apa yang Adi katakan itu benar dan sesuai dengan faktanya. Tapi hatinya? Hati Nasya seperti sedang memberontak dan tidak mempercayai apa yang Adi ucapkan.

" Beli kue dulu yuk!" Ajak Adi membuyarkan semua lamunan Nasya.

" Kue ulang tahun?" Tanya Nasya.

" Kue buat orang di rumah lo. Masa gue udah ajak lo pergi tapi nggak ngasih apa-apa." Jawab Adi lalu mempersilahkan Nasya berjalan duluan.

" Eh, gausah. Nanti malah ngerepotin." Tolak Nasya tidak enak hati.

" Udah gapapa. Ayo!" Ajak Adi yang akhirnya menggandeng tangan Nasya.

Sontak Nasya seketika malu sendiri saat beberapa pasang mata menatap kearahnya yang kini sedang digandeng oleh Adi. Pipi gadis itu mulai muncul semburat merah.

***

Arka duduk di atas ranjangnya dan sejak tadi terus saja mengecek Hp nya.

" Chat dia ga ya?" Gumam Arka bingung.

" Chat aja kali ya." Ucapnya lalu segera membuka kolom chat dan mengetikkan sesuatu disana.

" Ah, nanti dia ke-geeran lagi." Sahut Arka lalu menghapus lagi chat nya.

Sejak tadi, Arka berniat untuk menghubungi Nasya. Niatnya ingin meminta maaf pada gadis itu. Tapi gengsinya terlalu tinggi.

" Ck, chat ajalah! Bodo amat dia geer juga." Putus Arka akhirnya.

Dia mengirimkan sebuah pesan singkat pada Nasya. Lalu setelah itu dia melemparkan Hp nya ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya.

" Lo kenapa sih Ka? Seorang Arka Anggara nggak akan pernah se-bingung ini soal ngechat cewek!" Runtuk Arka pada dirinya sendiri.

" Dia bukan cewek spesial Ka! Dia bukan cewek spesial yang harus lo istimewa kan!" Kesalnya lalu mengacak-acak rambutnya.

***

" Makasih ya Nas udah mau bantuin gue nyari kado hari ini." Ucap Adi sambil tersenyum manis ke arah Nasya.

Sontak hal itu membuat pipi Nasya kembali merona dan sebuah senyum indah terbit di bibirnya.

" Iya sama-sama." Balas Nasya.

" Gue balik dulu ya. Jangan lupa kue nya dimakan." Pamit Adi.

" Hati-hati ya. " Balas Nasya sambil melambaikan tangannya ketika Adi sudah beranjak dari rumah nya.

" Ish, pipi gue kenapa panas gini sih liat senyum dia doang." Cicit Nasya menjadi salah tingkah sendiri.

Setelah menetralkan dirinya, Nasya langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan raut wajah bahagia.


















Waduh roman-romannya ada yang mulai terpesona nih...

Kira-kira gimana nih kelanjutannya?

Kita tunggu sama-sama...
Oke?

See you next part guys!

JANGAN LUPA VOTE & COMENT YA GUYS

TBC.

ARSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang