Suasana kantin yang dikenal ramai seketika menjadi hening saat Adi tiba-tiba berbicara. Semua pandangan mata langsung terpusat ke arah meja yang Adi dan Arka duduki.
" Lo ngapain?" Cicit Nasya merasa risih karena tatapan siswa-siswi yang terpusat juga padanya.
Adi tersentak dan langsung menatap Nasya yang kini menatap was-was dirinya. " Apa? Gue nggak ngapa-ngapain. Gue cuma ngomong sesuai fakta." Balas Adi menatap Arka dengan tatapan tidak bersahabat.
Nasya memandang Adi bingung. Apa yang sebenarnya cowok ini inginkan? Tadi mereka ke kantin untuk membahas prom night bukan? Kenapa sekarang malah cowok itu mau memancing emosi Arka?
Arka hanya diam sembari menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Se-begitu tinggi kah dia? Sampai banyak sekali yang ingin menjatuhkannya.
" Gausah dipikirin, Ka. Itu curut satu emang suka mancing emosi." Bisik Doni sembari menepuk pelan pundak sahabatnya.
" Gue juga ga tertarik." Balas Arka lalu meminum kembali jus jeruk nya.
" Entar juga malu sendiri dia. Kebanyakan..." Ucapan Doni terhenti saat tiba-tiba Adi bertepuk tangan di tengah suasana kantin yang sunyi.
" Apalagi sekarang?" Batin Doni jadi sebal.
" Untuk kalian semua, gue saranin ke kalian untuk berhenti mengidolakan seorang Arka Anggara." Ucap Adi lantang sembari berdiri dari bangku nya dan berjalan menuju ke meja Arka.
" Kalo bisa, kalian jauh-jauh dari dia. Karena kalo nggak, nanti kalian dikeluarin dari sekolah lagi... Eh? Iya kan Ka?" Lanjut Adi membuat suasana kantin jadi tegang.
Arka menatap Nasya sekilas, melihat raut wajah cemas dan bingung gadis itu. Wajah itu seperti ditujukan untuknya, untuk Arka. Karena sedari tadi Arka melihat Nasya sama sekali tidak menatap Adi sedikitpun.
Arka menghembuskan nafasnya pelan, sebelum akhirnya dia bangkit dan berjalan melewati Adi begitu saja. Membuat semua orang di dalam kantin tercengang. Arka tidak marah? Tumben sekali?
Adi berbalik dan menghadang jalan Arka. Membuatnya mau tidak mau harus menghentikan langkahnya. " Minggir." Ucap Arka dingin.
Adi tersenyum sinis. " Kenapa? Lo malu?" Sindir Adi yang mampu membuat Arka langsung menatap ke arahnya.
" Lo malu karena akhirnya semua orang tau kebusukan lo yang memanfaatkan orang lain seenaknya? Atau lo malu, karena citra lo sebagai 'duta sekolah' jadi hancur? Ck, emang harusnya dari awal sih ada yang berani speak up kayak gini. Biar orang kayak lo bisa lebih tau diri!" Ucap Adi membuat semua siswa-siswi yang ada di sana terperangah. Belum pernah mereka melihat seorang Adi seperti ini. Apalagi berurusan langsung dengan seorang Arka.
Arka menghembuskan nafasnya pelan. Dia sebenarnya tidak ingin menanggapi ucapan Adi yang nantinya malah akan membuat Adi masuk rumah sakit karena berkelahi dengannya. Tapi apa boleh buat? Dia yang menyulut sumbunya terlebih dahulu bukan?
" Iya, gue malu." Ucap Arka akhirnya. Membuat Adi seketika tersenyum tipis. Merasa menang.
" Gue malu karena udah kodratnya seorang manusia punya rasa malu di dalam diri mereka. Tapi kalo gue liat sekarang..." Arka sedikit memberi jedah waktu pada kalimat nya sembari menatap Adi dengan wajah serius.
" Lo nggak punya malu ya?" Sarkas Arka lalu langsung berjalan pergi meninggalkan Adi yang terdiam membisu.
Seluruh isi kantin seketika tercengang dan terpana. Doni yang melihat kejadian itu secara langsung bahkan hampir bertepuk tangan saking speechless nya.
" Wush! Nampaknya sudah tidak bisa berkata-kata bung..." Seru Doni membuat suasana kantin menjadi gaduh.
Nasya langsung pergi keluar kantin menyusul Arka. Entahlah, dia merasa tidak nyaman di kantin sekarang. Dia sudah kehilangan ketenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA
Teen Fiction[NO PLAGIAT!!!] " Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan. " --Arka Anggara-- Cowok berparas tampan yang terkenal cuek. Akan tetapi memiliki banyak penggemar di sekolahnya hingga dijuluki 'duta-nya sekolah'. --Nasya Marcella-- Gadis sederhana yang...