part 14

9.6K 972 0
                                    

Keesokan harinya ujian terakhir benar-benar akan di gelar. Jika di ujian kali ini Jeno juga gagal, maka Ia tidak memiliki kesempatan lagi untuk di pilih menjadi calon istri dari tuan Na.

Semua anggota keluarga sudah hadir di sana. Para sepupu dan juga paman serta bibi tuan Na juga ada disana. Mereka ingin melihat siapa yang akan menjadi pendamping dari penerus kekayaan keluarga mereka.

Kedua kandidat dari dua keluarga itu masuk ke dalam aula mansion.

Para anggota keluarga terlihat terpesona dengan kecantikan yang di miliki Liana. Tidak ada yang memandang Jeno kecuali tuan Na, nyonya besar Na dan juga sekretaris tuan Na.

"Mengapa tuan Na memilih anak baru lulus sma itu untuk menjadi calon istrinya?"
Bisik salah satu sepupu tuan Na.

"Aku juga tidak tau"
Jawab yang satunya. Jeno yang merasa tidak mendapat dukungan disini hanya bisa diam saja. Toh, dia juga berharap akan di tolak tuan Na dan bukan di terima.

"Baiklah para kandidat yang menjadi kandidat calon istri untuk tuan Na. Saya selaku sekretaris tuan Na akan memulai ujian untuk kalian berdua"
Ucap sang sekretaris.

Ujian kali ini adalah ujian tata krama penting di keluarga terhormat Na.
Itu sebabnya ujian ini menjadi ujian terakhir.

Renjun sudah pasrah dengan semua yang ada. Jeno bahkan tidak berlatih semalam, dan memilih untuk langsung tidur saja.

Liana, seperti awal-awal, ia yang akan memulai ujiannya.

Jeno beserta anggota keluarga Na yang lain hanya mengamati semua pergerakannya.

Seluruh anggota keluarga terlihat sangat kagum dengan keterampilan Liana. Ia mendapat pujian dari seluruh anggota keluarga kecuali tuan Na yang lagi-lagi hanya menampilkan ekspresi datarnya.

Saat giliran Jeno untuk maju. Tuan Na tidak mengharapkan apapun darinya. Bahkan Renjun memilih untuk memejamkan kedua matanya karena terlalu takut Jeno akan melakukan kesalahan. Dan benar saja. Belum beberapa detik ia memulai, Jeno langsung menjatuhkan gelas yang tengah ia pakai untuk menyeduh teh.

Seluruh anggota keluarga terlihat kaget dan menatap nyalang kearah Jeno yang menampilkan raut wajah tidak bersalahnya.

Jeno terus melakukan kesalahan yang fatal hingga akhirnya salah satu anggota keluarga Na merasa jika ini sudah keterlaluan.

"Hei nak, sikap yang kau tunjukkan itu tidak pantas untuk di lihat semua orang yang ada di sini"
Ucap salah satu paman tuan Na.

"Kenapa kau harus terpilih menjadi calon istri dari anak kami? Jika begini kami bisa langsung memutuskan-"

Tak!

Ucapan sang paman terhenti ketika melihat tuan Na sudah bangkit dari duduknya.

Tuan Na bangkit dari duduknya lalu segera berjalan kearah Jeno yang terdiam di tempat karena terlalu kaget.

Tanpa mengatakan apapun, tangannya langsung di tarik kasar dan di bawa pergi oleh tuan Na.

Sekretaris dan beberapa pelayan mencoba mengejar mereka, namun nyonya besar Na melarang mereka untuk mengejar keduanya.

Tuan Na membawa Jeno masuk ke dalam salah satu ruangan pribadi miliknya. Ia menghempaskan tangan mungil itu dengan cukup kuat, lalu menatap nyalang wajah cantik yang ada di depannya.

"Kau membuat ku kehilangan kesabaran menghadapi sikap mu!"
Ucap tuan Na dengan nada suaranya yang terdengar lumayan tinggi. Jeno tidak menjawab namun ia memegang erat pergelangan tangannya yang memerah.

"Apa kau benar-benar tidak ingin menikah dengan ku!?"
Teriaknya dengan wajahnya yang mulai memerah menahan amarah.

"Tuan.."

"Berhenti bersikap lembut, dan berpura-pura di depan ku! Aku tau isi pikiran mu sekarang!"
Ucapnya dengan sedikit berdecih.

'Apa gue bakal ketahuan!?'

"Tuan, anda seharusnya tidak meninggalkan aula"

"Masa bodoh dengan semua itu!"
Teriak tuan Na. Jeno menatap kaget kearah wajah tuan Na ketika mengatakan hal yang sedikit kasar seperti itu.

'Sepertinya dia sangat marah..'

Jeno menelan ludahnya dengan gugup. Pria yang ada di depannya ini membuat ia begitu ketakutan.

'Ayo Jen, lo pasti bisa!'

Jeno mendekati tuan Na dengan tatapan lembutnya. Tuan Na tidak ingin menatap wajah cantik itu. Ia tidak akan tergoda lagi.

"Tuan, apa anda marah?"
Tanya Jeno dengan raut wajah sendunya. Tuan Na tidak bersuara namun ia mengangguk pelan.

"Tapi mengapa? Apa saya boleh bertanya? Mengapa tuan meminta saya menjadi istri tuan?"
Ucap Jeno dengan suara lembutnya. Tuan Na menoleh kearah Jeno dengan tatapan kagetnya. Seakan mengatakan,
'Apa selama ini kau tidak tau!?'

"Saya hanya bertanya tuan.."
Jawab Jeno dengan cepat karena melihat ekspresi tuan Na yang terlihat sangar. Tuan Na menatap lekat Jeno lalu mengelus pipi itu dengan lembut.





































































"Aku mencintai mu"
























































VannoWilliams

CEO (JaemJen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang