part 42

1.8K 104 0
                                    

Seperti yang dikatakan Jeno tentang dirinya yang tidak akan membiarkan Liana mendekati suaminya. Hal itu benar-benar terjadi.

Jeno yang biasanya akan selalu bersama Jeongin kemanapun ia pergi, kini berganti selalu bersama suaminya kemanapun ia pergi. Ia akan selalu menempel pada Jaemin dan tidak membiarkan suaminya itu menjauh atau berpisah barang sedikit pun dengannya.

"Sayang, aku hanya akan pergi sebentar, ini tidak akan sampai sehari.."
Jaemin berusaha membujuk sang istri yang masih terus memeluknya sedari tadi.

Pagi ini Jaemin harus menghadiri acara pembukaan gedung baru di salah satu kota.

Namun sepertinya Jeno enggan melepaskan sang suami. Karena ia masih terus menerus memeluknya dan merengek agar Jaemin tidak meninggalkannya.

"Sayang.."

"Nggak mau! Aku nggak mau, Nana!"
Jeno menatap nyalang sang suami. Jaemin menghela nafas lalu melirik kearah Jeongin yang kini menatap kearah kedua majikannya.

Tatapan itu terlihat sangat dingin, namun Jeongin tau jika sang tuan ingin bantuannya untuk mengurus Jeno.

"Nyonya, tuan Na harus segera pergi. Bukankah ini akan membuat reputasinya hancur?"
Ucap Jeongin yang berhasil membuat Jaemin menatap tajam kearahnya.

Tentu saja tidak akan ada yang bisa membuat reputasinya hancur. Siapapun itu! Jeongin hanya sedang mengarang dengan sangat berlebihan agar Jeno mempercayainya.

Jeno yang mendengar hal itu langsung mendongak menatap mata sang suami.

"Yaudah, aku biarin Nana pergi, tapi janji jangan pulang lama.."
Jeno menatap mata sang suami dengan puppy eyesnya.

"Aku berjanji, sayang.."

Jeno mengangguk lalu melepas pelukannya dari sang suami.

Jaemin tersenyum tipis menatap wajah sang istri yang masih saja merengut.

"Hanya sebentar, sayang.."
Ia mengelus rambut milik Jeno dengan sangat lembut. Jeno tidak menjawab namun ia menatap lembut sang suami.

Cup!

Satu kecupan Jaemin berikan pada bibir Jeno.

Dan setelahnya ia langsung pergi menuju tempat tujuannya.

Setelah memastikan Jaemin sudah benar-benar pergi. Jeno langsung merubah raut wajahnya dari sedih menjadi sangat datar dan dingin.

"Jeongin!"

"Iya, nyonya?"

"Ayo kita jalankan misi kita!"
Ucapnya dengan ekspresi yang penuh dengan misteri. Jeongin yang mendengar hal itu langsung mengangguk semangat.



































Flashback.

Jeno terbangun dari tidurnya saat tengah malam karena terlalu haus. Ia melirik ke arah sang suami yang masih tertidur dengan tenang sambil memeluknya.

Dengan perlahan Jeno melepas pelukan itu dan memakai bajunya kembali.

Mereka baru melewati malam panas ngomong-ngomong.

Jeno berjalan sedikit tertatih menuju dapur karena rasa perih di bagian bawahnya. Tidak ada satupun bodyguard yang berjaga di depan pintunya karena sang suami meminta mereka pergi tadi.

Belum sempat Jeno masuk ke dalam dapur. Ia mendengar suara seseorang yang tengah mengobrol di dalam dapur itu.

"Kalian sudah melakukannya?"
Tanya seorang wanita kepada para pelayan.

"Sudah nona, kami pastikan nyonya Jeno mendengarnya.."
Ucap salah satu pelayan.

"Bagus! Lakukan yang aku perintahkan kepada kalian! Jika rencana ku berhasil, bisa ku pastikan akulah yang akan menjadi nyonya di mansion ini menggantikannya. Dan kalian aku jamin kehidupannya!"

"Baik, nona!"

Jeno berusaha mengintip ke dalam dapur itu. Dan saat ia bisa melakukannya, Jeno terlihat sangat terkejut saat melihat Liana yang berada di sana bersama dengan beberapa pelayan yang kemarin membicarakan tentangnya dan Jaemin.

"Jadi selama ini.."

Jeno menutup mulutnya dengan kaget ketika melihat Liana membayar mereka karena sudah melakukan hal itu.

Jeno mengeraskan rahangnya lalu bergumam.

"Nenek lampir!"












































VannoWilliams

CEO (JaemJen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang