Hening..ruangan itu terlihat hening tanpa suara atau pergerakkan apapun. Jeno menatap kosong kearah wajah tampan yang tengah menatap serius dirinya.
'Di..Dia mencintai ku?'
"Aku ingin kau menjadi istri ku, pendamping hidup ku"
Ucap tuan Na dengan seduktif dan sangat jelas untuk di dengar dan di mengerti. Wajah tampan itu perlahan mendekati Jeno lalu sedikit menghembuskan nafas hangatnya di wajah cantik Jeno.
"Lee Jeno, aku ingin menikahi mu, dan jadilah milik ku selamanya"
Bisik tuan Na tepat di depan bibir Jeno yang manis itu. Jeno tidak bereaksi apapun selain meremat setelan jas hitam yang di pakai tuan Na di bagian dadanya.
Ia begitu takut dan sangat gugup. Rasa terkejutnya sudah terganti dengan rasa takut yang luar biasa.
'Kenapa bisa jadi begini?'
Tuan Na menjauhkan wajahnya dari Jeno lalu mengelus pipi lembut itu.
"Apa kau sudah mengerti?"
Jeno mencoba menyadarkan dirinya. Hingga sebuah anggukan pelan ia berikan kepada tuan Na.
"Kalau begitu, jangan menolak ku lagi, dan jangan membantah perkataan ku!"
Ucapnya dengan sangat tegas. Jeno mulai merasa khawatir dengan keadaannya sendiri sekarang. Ia melihat sikap tuan Na yang kembali tegas dengannya. Bahkan ia tidak mempedulikan wajah sendu Jeno sedari tadi.Cukup lama para anggota keluarga dan Liana menunggu di aula.
Perasaan mereka terasa tidak enak begitu juga dengan Liana. Namun sang nyonya terlihat biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa pada putra dan calon menantunya.
Tuan Na kembali ke dalam aula bersama Jeno di belakangnya. Renjun menghirup nafas lega, ketika melihat keadaan Jeno yang baik-baik saja.
"Tuan-"
"Jangan mengatakan apapun!"
Ucap tuan Na menghentikan ucapan salah satu sepupunya."Aku ingin ujian ini di lanjutkan!"
Ucap tuan Na."Maaf tuan Na, bukan kah ujiannya sudah berakhir"
Ucap sang sekretaris, Liana terlihat mengangguk semangat."Kau melupakan satu ujian lagi"
Ucap tuan Na."Jika boleh saya tau, ujian apa itu tuan?"
Tuan Na tidak menjawab namun nyonya besar Na memanggil lembut sang sekretaris. Setelah mengerti akhirnya sang sekretaris kembali ke tempatnya semula.
"Maaf atas kecerobohan saya hingga melupakan satu ujian lagi.."
Ucapnya dengan sopan. Liana menatap bingung sang sekretaris, sedangkan Jeno hanya diam di tempat, ia terlalu sibuk dengan pikirannya."Ujian terakhir yang harus para calon istri lewati adalah ujian tata krama dalam pengucapan masalah perusahaan dan juga urusan bisnis keluarga Na"
Ucap sang sekretaris. Liana membolakkan kedua matanya dengan kaget. Karena jujur ia tidak pernah tau akan hal itu. Sangat berbeda dengan Jeno yang masih saja diam mematung di tempatnya.Tanpa berlama-lama lagi ujian itu segera di mulai. Liana yang memang tidak pernah berlatih bahkan tidak tau menau soal urusan bisnis keluarga Na dan yang lainnya. Melakukan banyak kesalahan ketika menjawab pertanyaan dari sang sekretaris.
Hingga giliran Jeno yang maju untuk melaksanakan ujiannya. Renjun kembali pasrah, dan para anggota keluarga tidak berharap banyak dari anak itu.
Liana yang awalnya gugup kembali menetralkan perasaannya. Setidaknya ia sudah lebih unggul dari banyak hal dari pada Jeno. Lagi pula tidak mungkin Jeno bisa melewati ujian itu, bahkan dirinya saja tidak bisa. Apalagi seseorang yang tidak pernah memenangkan hal apapun selama mereka bersaing.
Tuan Na menatap lekat kearah Jeno yang tengah berdehem pelan untuk menetralkan suaranya. Dan ketika pertanyaan pertama terlontar.
Mereka semua terkejut saat mendengar bahwa Jeno bisa menjawab pertanyaan itu dengan sempurna. Bahkan hingga ke pertanyaan yang terakhir.
Renjun yang mendengar hal itu menatap kaget kearah sang sahabat. Ia ingat betul jika ia tidak pernah mengajari Jeno berbicara seperti itu. Karena jujur seperti Liana, ia tidak tau jika ada ujian tambahan seperti ini.
Jeno mengakhiri ucapannya dengan sebuah senyuman manis. Ia menundukkan wajahnya, lalu menoleh sebentar kearah tuan Na yang sedari tadi terus memperhatikannya. Jeno mengedipkan satu matanya kearah sang pria, membuat tuan Na terlonjak pelan karena kaget. Untung saja hanya ia yang melihat kedipan mata Jeno.
Jeno mendapat tepuk tangan dari semua anggota keluarga yang menatap kearahnya dengan sangat kaget. Bagaimana bisa Jeno menyelesaikan semua pertanyaan sulit itu dengan mudah?
Nyonya besar Na turut berbahagia dengan senyuman lembutnya. Ia tau jika Jeno adalah sosok yang spesial. Dan sekarang ia membuktikannya.Jeno tersenyum bangga dengan dirinya sendiri.
'Oh ayolah, ini hal yang mudah buat gue. Kalian harus ingat kalau gue ini lulusan dengan nilai terbaik di sekolah gue, bahkan nilai pelajaran ekonomi gue itu tinggi. Urusan bisnis kayak gini bukan hal yang sulit untuk gue selesaikan!'
VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO (JaemJen)
Teen FictionKisah seorang anak lulusan sma bernama Lee Jeno yang mengalami kecelakaan di hari kelulusannya. Harus rela di jodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang ceo yang sudah menyelamatkan nyawanya.