part 26

3K 186 0
                                    

Setelah cukup lama menunggu sang suami kembali ke kamar. Akhirnya Jeno bisa bernafas lega, saat melihat sang suami lah yang masuk ke dalam kamar dan bukan beberapa pelayan yang sedari tadi masuk untuk memberikannya asupan makanan yang sangat berlebihan.

Jaemin menoleh kearah sang istri yang masih terjaga dan enggan untuk tidur.

"Ini sudah sangat larut, mengapa kau belum tidur?"
Ucap sang suami yang membuat Jeno memberikan atensinya kepadanya.

"Aku menunggu mu"
Jawab Jeno dengan jujur.

"Ada apa, sayang? Kau baik-baik saja?"
Jaemin mendekati sang istri dan mengelus pipinya.

"Dari mana dia tau kalau perasaan ku sedang kacau saat ini?"

"Sayang..?"
Jaemin kembali menyadarkan Jeno.

"Aku baik-baik saja"
Ucap Jeno yang kini mengelus telapak tangan yang masih setia berada di pipinya. Jaemin terlihat mengangguk. Dan memilih berjalan kearah kamar mandi. Namun Jeno menahannya.

"Tuan, aku belum menyiapkan air hangat untuk mu"
Jeno langsung berdiri dengan wajah paniknya saat tau sang suami akan mandi.

"Kau tidak perlu melakukan itu, sayang. Biar pelayan yang melakukannya. Itu telalu berat untuk mu"
Ucapnya dengan sangat lembut.

'Berat dari mana?"

Jaemin masih setia memandang wajah manis sang istri. Hingga elusan hangat itu kembali menyelimuti pipi Jeno yang terlihat melamun itu.

"Kau sangat cantik"
Ucapnya dengan seduktif.

"Te..Terimakasih tuan.."
Jeno menjawab dengan ragu. Karena entah mengapa ia merasa jika sang suami sedang menatapnya dengan sangat intens sekarang.

"Tuan, aku akan memanggil pelayan untuk membuatkan mu air hangat"

Jeno kembali beranjak dari duduknya namun sebelum ia berhasil pergi. Jaemin sudah menahan pinggangnya dan kembali menariknya.

Kini sang istri sedang berada di pangkuannya dengan keadaan duduknya yang sedikit miring menghadap kearahnya.

"T-Tuan.."
Jeno mulai merasa takut. Ia bisa melihat aura mengerikan yang keluar dari tubuh sang suami.

"Sayang.."
Wajah itu mulai mendekat, menghirup harum tubuh yang sudah menjadi candu untuknya.

"Tuan..jangan.."
Jeno ingin menahan, namun ia tidak bisa melakukannya. Ia masih ingin hidup.

Setelah bertemu dengan Jeongin tadi. Akhirnya Jeno tau, hal apa saja yang tidak boleh di lakukan dirinya dan hal apa saja yang tidak boleh di bantah.

Itulah sebabnya mengapa ia tidak menahan atau menolak sang suami. Karena perintah dan keinginannya adalah mutlak dan tidak bisa di bantah. Jika melanggarnya, maka terimalah hukumannya.

Ciuman hangat dan sedikit basah itu mulai menjalar di area leher Jeno. Jaemin mulai menidurkan sang istri. Membawanya kembali bertarung lidah. Mengisap menjilat bahkan mengigit bibir tipis itu agar semakin terbuka dan memberinya aksen untuk menikmati setiap isi mulut dari sang istri.

"Eumh..!"
Jeno yang mulai kehabisan nafas, langsung memukul pelan dada sang suami.

Tautan itu terlepas dengan diringi deruh nafas Jaemin dan juga Jeno yang berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tuan, apa kau menginginkannya?"
Tanya Jeno dengan mata sayunya. Jaemin terlihat mengangguk lalu kembali mencium bibir ranum yang sudah membengkak itu.

"Tapi kita sudah melakukannya semalam"
Jeno berusaha menahan tubuh sang suami yang kini semakin menindihnya. Kening Jaemin tampak berkerut, ia memandang tak suka kearah sang istri.

"Kau menolak ku, sayang?"
Suaranya terdengar sangat berat. Sangat terlihat jika ia sudah menahan nafsunya sedari tadi.

"Mampus gue!"

"Bu..Bukan begitu..hanya saja, aku masih sakit.."
Jeno merengek, meminta belas kasihan pada sang suami. Jaemin terlihat terdiam, lalu sejurus kemudian ia kembali menoleh kearah sang istri.

"Hanya sekali"
Ucapnya dengan tegas. Jeno membulatkan matanya.

"Apa nafsunya nggak bisa di tahan!?"
Teriaknya dalam hati.

"Tuan.."
Jeno kembali memohon, kali ini dengan rengekan manjanya.

Namun hal itu adalah kesalahan fatal, karena suara itu terdengar seperti rayuan untuk Jaemin.

"Aku tidak bisa menahannya, sayang.."
Jaemin menghembuskan nafasnya seperti binatang buas. Jeno saja sampai merinding.

"Ba..Baiklah.."
Jeno akhirnya memilih pasrah.

"Tapi.."

Jeno menatap lekat wajah sang suami. Begitu juga dengan Jaemin.

Jeno menatap mata tajam yang penuh dengan nafsu itu dengan dalam.

"Pelan..pelan.."
Ucapnya dengan lirih. Jaemin yang mendengar hal itu langsung tersenyum, namun sangat tipis.

"Sesuai keinginan mu, sayang"
Ucapnya yang langsung mencium sang istri setelahnya.

Dan malam itu, mereka kembali melakukan hubungan suami istri seperti pada umumnya.






































VannoWilliams

CEO (JaemJen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang