part 24

8.9K 851 0
                                    

Jeno menatap lurus kearah para bodyguard Jaemin yang sedang berlatih di halaman belakang mansion.

"Lumayan untuk cuci mata"
Ucapnya.

Mungkin ia lupa jika suaminya 1000 kali lipat lebih baik dari semua bodyguard itu.

Sebenarnya tujuan utama Jeno kesini hanyalah karena ia terlalu gabut. Ia juga ingin memikirkan sesuatu sekarang, tentang bagaimana nasibnya selanjutnya ketika sudah menikah dengan Jaemin. Jeno menundukkan pandangannya lalu menghela nafas.

"Kalau begini, gue bakal terima apapun yang nimpa gue nanti. Capek juga gue kadang-kadang mikirinnya. Lagi pula selama ini semuanya baik-baik aja, kan?"

Duaaaaaaaarrrr!!!!!!!!

Terdengar suara ledakan yang cukup kuat dari arah selatan mansion. Para penjaga serta bodyguard yang tengah berlatih terlihat langsung bersiap-siap melakukan penyerangan atau pertahanan.

Jeno yang menyaksikan hal itu hanya bisa mematung dengan mulut terbuka.

"Nyonya.."
Seorang pelayan berlari kearah Jeno yang masih saja termenung.

"Ah, iya?"

"Tuan besar mencari anda"
Ucap sang pelayan. Jeno segera mengangguk dan bergegas menemui suaminya.


Pintu ruangan itu terbuka dengan menampilkan tubuh Jeno di sana. Jaemin yang tengah berbicara serius dengan para kepala penjaga mansionnya menoleh sebentar kearah Jeno.

Setelah perbincangan yang cukup lama itu selesai, barulah Jeno berani menemui sang suami.

"Tuan, anda memanggil saya?"
Jeno menundukkan kepalanya dengan sopan.

"Sayang, aku mohon untuk saat ini jangan menjauh dari ku. Tetap bersama ku"
Ucap sang suami, yang sudah beranjak dari duduknya.

"Sebenarnya ada apa, tuan?"

"Ada penyusup yang berhasil masuk ke dalam mansion kita"
Ucap Jaemin.

Jeno terdiam sebentar lalu berpikir,
"Apa mungkin karena pernikahan kita?"
Ucapnya yang sepertinya tersadar sesuatu. Jaemin tidak menjawab, namun ia mulai meraih tangan sang istri untuk ia elus.


"Siapa penyusup itu?"
Tanya Jeno yang masih penasaran.

"Kau tidak perlu mengetahui hal itu"

"Kenapa? Aku hanya ingin tau!"
Sepertinya Jeno sangat penasaran, sampai melupakan tata kramanya kepada sang suami yang pada dasarnya adalah orang yang penting. Jaemin tidak menjawab, ia melepaskan genggamannya lalu hendak pergi meninggalkan sang istri.


"Tuan, apa kau ingin meninggalkan ku?"

Perkataan Jeno sukses membuat Jaemin menghentikan langkahnya.

"Aku akan pergi sebentar, mengatasi masalah ini"
Ucap sang suami.

"Tidak! Aku tidak mengijinkan mu pergi!"
Ucap Jeno dengan sedikit berteriak. Jaemin yang mendengar hal itu langsung berbalik dan kembali berjalan ke arah Jeno, lalu mencengkram dagunya dengan cukup kuat.


"Kau mencoba memerintah ku?"
Ucap Jaemin yang masih mencengkram dagu Jeno. Jeno menelan ludah kasar, sebenarnya ia sangat takut. Tapi ia harus bisa mengatasi masalah ini.


"Apa tuan ingin menyakiti ku?"
Ucap Jeno dengan bersusah payah karena cengkraman itu.

"Seharusnya kau paham, ketika melihat amarah ku sekarang"
Ucap Jaemin

Jeno menggeleng pelan,
"Apa salah aku mengatakan itu? Aku hanya bertanya! Aku tidak ingin kau pergi meninggalkan ku sendirian!"
Ucap Jeno namun sang suami masih tidak bergeming.

"Apa kau tidak mencintai ku lagi?"
Tanya Jeno dengan mata berkaca-kacanya. Jaemin yang mendengar perkataan sang istri langsung meluluh. Cengkraman di dagu itu terlepas meninggalkan bekas merah yang sangat ketara di bagian rahang Jeno.


Jeno terbatuk sedikit lalu menatap sendu kearah sang suami.

"Aku tidak apa jika kau ingin meninggalkan ku. Lagi pula jika kau memang tidak mencintai ku lagi, kau bisa meninggalkan ku. Aku-"

Greeeeppp!

Tubuh Jeno tertarik cukup kuat menghantam tubuh tegap sang suami.
Sebuah pelukan ia terima dengan elusan lembut di punggungnya.

"Jangan mengatakan hal itu. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu. Maafkan aku, jika aku telah kasar pada mu"
Ucap sang suami, suaranya terdengar sedikit lirih.

"Aku sangat mencintai mu, tidak akan pernah berubah. Bukan kah aku sudah mengatakannya kepada mu? Aku tidak akan pernah mengkhianati mu"

Deg!

'Perkataannya waktu itu, dia masih mengingatnya..'

"Aku mencintai mu"
Ucapnya dengan lirih.

Pelukan itu terasa semakin erat. Jeno mencengkram baju bagian depan sang suami, sambil sesegukkan.
Ternyata ia sudah menangis sekarang, dan itu bukan air mata palsu melainkan air mata sungguhan.

"Kenapa kau sangat mencintai ku!? Kenapa kau sangat baik kepada ku? Aku..aku merasa aku terlalu jahat! Maafkan aku.."
Ucap Jeno sambil sesegukkan. Jaemin yang mendengar hal itu hanya tersenyum. Ia menarik wajah Jeno lalu mencium bibir ranum itu. Menghapus air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya dan juga mengecup kedua mata indah itu yang tengah terpejam.


"Karena aku mencintai mu, tidak bisakah kau pahami semua itu, sayang?"

Jeno menggeleng lalu kembali memeluk Jaemin, membenamkan wajahnya di dada sang suami.

"Jangan pergi, aku tidak ingin kau pergi.."
Ucapnya lirih. Jaemin terlihat berpikir sebentar, lalu ia sedikit menunduk untuk mencium ujung rambut istrinya.


"Baiklah, jika itu keinginan istri ku"
Ucapnya yang berhasil membuat Jeno meredakan tangisnya yang sudah pecah sedari tadi.

Jeno mengangguk, lalu merentangkan tangannya. Jaemin menatap bingung kelakuan istrinya.

"Gendong aku ke kamar! Aku sangat malu jika semua orang melihat ku habis menangis seperti ini"
Ucapnya dengan rengekan. Jaemin tidak marah, ia malah tersenyum gemas dengan kelakuan sang istri.


Tubuh ramping itu ia angkat, dan membawanya menuju kamar mereka dengan Jeno yang menyembunyikan wajahnya di dada Jaemin.






















































VannoWilliams

CEO (JaemJen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang