Ruangan luas yang di penuhi banyak lilin aroma itu terlihat begitu nyaman untuk di tinggali.
Dua insan yang baru saja menyelesaikan malam panas mereka. Terlihat tengah saling memberi kehangatan di atas ranjang mereka.
"Tuan.."
Suara Jeno terdengar sedikit serak. Karena ia habis melakukan paduan suara sedari tadi. Jaemin tidak menjawab, namun ia langsung menunduk untuk melihat wajah istrinya."Tadi tuan habis dari mana?"
Tanyanya yang kini juga menatap kearah wajah tampan itu."Ada urusan yang harus ku selesaikan"
Jawabnya."Boleh saya tau, urusan apa itu?"
Tanya Jeno yang terlihat sangat penasaran.Jaemin terlihat menghela nafas pelan.
"Mengapa kau sangat ingin tau tentang semua hal?"
Ucapnya yang masih menatap wajah manis itu."Aku..aku hanya ingin tau.."
Ucap Jeno sambil merengut lucu."Dari tadi pagi aku terus bertanya. Tapi kau mengacuhkan ku!"
Lanjut Jeno yang masih saja merengut. Jaemin merasa sangat gemas dengan wajah menggemaskan sang istri, namun ia tidak bisa mengekspresikan rasa itu di wajahnya."Tuan, apa kau mendengarkan ku?"
Jeno kembali menoleh kearah sang suami."Aku selalu mendengarkan mu"
"Kalau begitu jawab pertanyaan ku"
"Apa yang ingin kau tau?"
"Semuanya! Sebenarnya apa yang terjadi di luar sana? Penyusup itu berasal dari keluarga Liana, kan? Mengapa mereka melakukan hal itu!?"
Jeno menatap lekat wajah sang suami."Dari mana kau mengetahui semua hal itu?"
Tanya Jaemin sedikit menyelidik."Kau tidak perlu tau.."
"Tidak ada rahasia di antara kita, sayang"
Suara sang suami terdengar seperti peringatan di telinga Jeno."Aku akan memberitahu mu, tapi sebelum itu kau harus berjanji jangan menghukum ataupun memarahi nya!"
Ucap Jeno dengan panjang lebar."Aku tidak bisa melakukan hal itu"
"Iihh Nana.."
Jeno mulai merengek. Ia juga khawatir dengan nasib Jeongin jika ia memberitahu suaminya siapa yang sudah memberitahunya semua informasi itu."Baiklah, katakan sayang"
Sepertinya Jaemin akan selalu lemah, jika Jeno memanggilnya dengan panggilan itu.
"Euhm..dia Jeongin. Pelayan baru yang mama Hikari kirimkan untuk ku"
Cicit Jeno dengan suaranya yang mulai memelan."Anak itu! Aku akan memberikannya peringatan nanti"
"Peringatan? Peringatan apa? Nana..kamu kan udah janji!"
Jeno menatap Jaemin dengan tidak terima ia bahkan mulai berontak dari rengkuhan sang suami."Hanya peringatan.."
Ucap Jaemin yang kembali menarik pinggang Jeno agar mendekat kearahnya."Aku pegang ucapan mu!"
Jeno menatap tajam Jaemin. Namun Jaemin hanya menatap datar kearahnya."Sekarang katakan, kau dari mana saja tadi!?"
Jeno tampaknya sedang kesal. Nada suaranya mulai terdengar ketus, hingga membuat Jaemin mulai menatap tidak suka kearahnya.
"Dimana sopan santun mu?"
"Peduli apa dengan sopan santun!? Cepat katakan pada ku! Agar aku bisa tidur!"
Ucap Jeno yang sekali lagi menaikkan nada suaranya."Jika kau mengantuk kita bisa tidur sekarang"
Jaemin mulai menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka."Apa? Tidur?"
Jeno menatap bingung sang suami."Tidur apanya!?"
"Kau bilang kau mengantuk, bukan? Kalau begitu kita harus tidur sekarang"
Ucap Jaemin dengan ekspresi santainya."Apa!?"
Jeno rasanya mau teriak aja sekarang. Jaemin seperti menyembunyikan sesuatu darinya membuatnya sedikit kesal.
"Nana..jawab pertanyaan ku dulu.."
Jeno semakin merapatkan dirinya dengan sang suami.Mencium rahang tegas itu lalu membelai pipinya dengan lembut.
'Kalau sampai nggak mempan juga! Dahlah nyerah gue!'
Jaemin menatap wajah manis itu dengan sangat lekat. Bagaimana tatapan memohon dengan mata membulat besar layaknya bayi puppy itu begitu menggoda untuknya.
"Nana.."
Sekali lagi. Jeno mulai bermain di dada bidang itu. Membuat lingkaran dengan jari-jari lentiknya. Jaemin masih memperhatikan kegiatan sang istri hingga saat sang istri ingin menciumnya. Ia langsung menyambar bibir itu dengan sangat rakus. Jeno rasanya mau merutuki idenya barusan. Suaminya pasti akan terpancing dengan godaannya ini. Setelah ciuman panas itu berakhir. Jeno kembali menatap sang suami meminta penjelasan."Sekarang jawab, Nana.."
Jeno menatap mata elang itu dengan serius. Jaemin mencium bibir sang istri sekilas lalu semakin memeluknya."Penyusup itu berasal dari keluarga Choi yaitu kakak dari Liana"
Ucap Jaemin yang akhirnya mau bicara."Untuk alasan?"
"Menolak pernikahan kita"
"Menolak? Tapi kitakan sudah menikah"
Jeno menatap kearah Jaemin, meminta penjelasan atas keterbingungannya. Jaemin menarik tubuh Jeno agar semakin menempel dengannya. Lalu berbisik dengan lembut."Pernikahan kita bisa di batalkan, sayang.."
"Dibatalkan? Pernikahan kita bisa di batalkan?"
Tanya Jeno dengan tidak percaya."Tentu saja bisa. Kau bisa menggugatku dan aku bisa menggugat mu. Dan karena Liana dulunya salah satu calon istri ku, dia juga bisa menggugat dengan alasan tertentu."
Ucap Jaemin. Jeno mematung di tempat. Peraturan macam apa ini?"Lalu apa kau menerima gugatan itu?"
Jeno menatap sang suami dengan gugup.Jaemin menatap kedua matanya,
"Tentu saja aku menolaknya"Jeno menghela nafas.
'Lah napa gue jadi legah gini?'
"Jadi semuanya sudah berakhir?"
Tanya Jeno sekali lagi."Sudah sayang, itu sebabnya aku bisa menemui mu sekarang"
Jeno mengangguk pelan.
Ia melingkarkan lengannya di leher Jaemin.
"Yaudah kalau begitu kejadiannya. Ayo tidur! Aku sudah sangat mengantuk"
Ucap Jeno yang langsung saja tertidur setelah mengatakan hal itu. Jaemin yang melihat kelakuan istrinya hanya bisa tersenyum. Satu kecupan ia berikan di kening itu."Selamat malam, sayang"
VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO (JaemJen)
Teen FictionKisah seorang anak lulusan sma bernama Lee Jeno yang mengalami kecelakaan di hari kelulusannya. Harus rela di jodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang ceo yang sudah menyelamatkan nyawanya.