Ketuker

3.2K 135 21
                                    

Pria tua, renta, perut membunci, rambut mayoritas putih, dan kedua tangan yang gemetar sedang merapikan beberapa kardus di pos tempatnya berjaga. Ia berada di bangunan tidak begitu lebar dengan satu set komputer yang menampilkan siaran cctv dari tiga rumah berjejer dengan warna sama ketiganya, wana putih gading. Bahkan ketiga bangunan itu benar-benar sama bentuknya. Memliki tiga lantai dan tata letak pintu dan jendela yang benar-benar serupa. Yang berbeda hanya satu. Warna pintu masuk utama rumah sewa itu. Coklat, biru tua, dan hitam pekat.

Seorang pemuda berjalan santai dengan kedua telinga yang tersumpal earbuds berwarna hitam. Sesekali ia menggoyangkan tubuhnya sambil menikmati lagu kesukaannya. Kakinya sesekali menendang batu-batu kecil dimana kakinya melangkah. Bahkan kedua gigi depannya yang lebih besar dari lainnya terlihat begitu jelas ketika sesekali ia terkikik. Entah apa yang sedang dibayangkan otaknya siang-siang begini.

Kedua kakinya hampir mencapai pos keamanan untuk mengambil paket yang telah ia nanti-nantikan. Ia merogoh saku celana jeans dan mengeluarkan ponsel hitamnya. Menscroll hingga membuat senyumnya merekah begitu lebar. Dengan cepat ia berjalan mendekati pos keamanan itu. "Ahjussi, apakah ada paket atas nama Jeon Jungkook?" tanyanya dengan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya.

"Oh ada! Sebentar!" pria tua itu mencari-cari pada tumpukan kardus di belakangnya yang begitu banyak. Ia sepertinya lupa membedakan paket sesuai dengan rumah sesuai dengan kamar penyewanya.

Jungkook menghentak-hentakkan kakinya sesekali sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Ia sesekali bahkan bersiul pelan dan dengan sabar menunggu pria tua itu memindahkan kardus satu dan yang lainnya demi mencari paket atas namanya.

Tiba-tiba ponsel ditangannya bergetar. Ia melihat nama seseorang disana. Sebelum mengklik icon berwarna hijau berbentuk gagang telepon itu, ia mendongak dan melihat pria tua didepannya masih memunggunginya.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat panggilan yang terus mengganggunya itu, "Halo?" ia berjalan beberapa langkah menjauh dari pos keamanan itu.

"Kook, lo kebawa kunci mobil gue nggak?"

"Kagak! Mampus! Ilang kan?!" selorohnya tanpa rasa kasihan. Dilihatnya seseorang datang dengan rambutnya yang hitam, bahunya yang lebar, dan kakinya yang panjang melangkah lebar. Berhenti tepat didepan pos keamanan sambil tersenyum membuat bibir tebalnya bergerak lincah membuat Jungkook yang memperhatikannya resah.

"Lo tadi liat kan? Gue taruh di meja baca panjang depan rak buku B? Terus lo liat orang yang kira-kira ngambil nggak?" suara diseberang teleponnya terdengar begitu cemas dan tidak tenang, sementara dirinya lebih fokus melihat bibir yang bergerak hingga membuatnya menjilat bibir bawahnya.

Jungkook mengerutkan dahinya. Ia menurunkan ponselnya yang masih menampilkan sambungan telepon itu berjalan, "Gue baru sekali ke perpus pusat, Joon. Lo yang bener aja nanya rak B C D ke gue!" ia berkacak pinggang lalu mendengus kesal.

"Kook, gue lagi serius!"

"Lah gue lebih serius kali! Gue kesana baru tadi doang! Itu aja buat ngapelin anak sastra, Joon!" matanya beralih dan melihat seseorang berbibir tebal tadi sudah berjalan menjauh dan hilang dibalik pagar hitam tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Lo kesini kek bantuin gue nyari!"

"Gue sibuk, Bro! Lo minta penjaga perpus aja minta diliatin rekaman cctv nya!" Jungkook melihat sebuah kardus yang berukuran sedang dicelah dinding pos keamanan yang sebagian sisinya terbuat dari kaca.

"Oh iya! Lo tumben pinteran dikit, Kook!"

"Dahlah lo gausah gangguin gue sampe besok! Gue sibuk mau begadang!" sungutnya sambil mengusak hidungnya yang tiba-tiba gatal.

Another You And MeWhere stories live. Discover now