ELS | BG-08

15K 740 16
                                    

Hi-!🖐️

🥑Selamat Reading🥑

--⛈️✨--

Aska membuka pintu kamar yang pernah ia tempati itu dengan perlahan, setelahnya ia menutup pintu menggunakan kakinya.

Aska melangkahkan kakinya menuju ranjang lalu membaringkan elin yang tengah meringis kecil dengan perlahan.

"Masih sakit?," Tanya Aska seraya menatap kedua mata cantik itu.

Elin mengangguk lemah, Mungkin hari ini terlalu melelahkan bagi 'nya dan juga terkena badan intan yang sedikit menekan diarea perutnya.

Aska mengusap perut rata itu dengan pelan, hatinya menghangat saat mengusap perut elin. Aska menarik kedua sudut bibirnya saat mengingat bahwa ia akan menjadi seorang ayah untuk ketiga kalinya, Aska sangat menginginkan kehadiran seorang putra ditengah-tengah keluarganya.

"Elin," elin menoleh kearah Aska yang tengah menatap dirinya teduh. "Saya tau kalau ini tidaklah benar, saya tidak membenarkan semua yang terjadi antara saya dan kamu. Tapi kalau saya boleh jujur, saya sangat bahagia saat kamu mengandung anak saya. Saya akan kembali mendengar suara bayi yang membuat hati saya menghangat, dan yang terpenting adalah kedua putri saya nyaman kepada ibu sambungnya." Aska menghentikan ucapannya sejenak.

"Saya tidak mau kedua putri saya mempunyai ibu tiri yang salah, dan menurut saya kamu adalah orang tepat. Sangat tepat," lanjut Aska.

Elin tetap diam, ia mendengarkan semua yang akan Aska katakan. Lagipula jika ia menikah dengan Aska, elin tidak perlu susah payah untuk mencari pasangan yang kaya raya, dan dibonusi buah hati.

Bibir elin rasanya berkedut saat membayangkan bagaimana ia menjadi nyonya anendra dan mengurus anak-anak dari duska. Ck, ck sangat nikmat brother.

"Kenapa kamu? Perutnya sakit lagi?," Tanya Aska khawatir.

Elin tersenyum lalu menggeleng. "mungkin anaknya caper om. Tau dia kalo lagi sama papa 'nya."

Saat aska akan mendekatkan wajahnya ke perut elin...

"Om jangan deket-deket deh, saya sebel liat muka om."

"Ganteng gini," gumam aska.

"Kak elin," teriak intan lalu menempatkan dirinya ditengah-tengah elin dan aska.

"Apa?," Tanya elin lembut lalu menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah intan.

"Kak elin beneran bawa adeknya intan?," Tanya intan dengan mata berbinar.

Elin tersenyum lalu mengangguk ragu.

"Kak elin kak elin."

"Apa lagi intan," gemas elin lalu menggigit pipi intan gemas.

"Kok bisa adeknya intan dibawa kak elin, kapan papa nitipin ke kak elin?."

Mendengar pertanyaan intan membuat Aska yang tengah mengusap kepala intan terhenti, bagaimana ia menjelaskan ya? Ia tak mau menodai otak suci intan.

"Intan kalau punya Adek mau perempuan apa laki-laki?," Tanya elin mengalihkan pembicaraan tadi. Elin yakin kalau Aska tidak bisa menjawabnya, ya masak...

"Iih! Nggak diajak!," Teriak intan dari ambang pintu.

Elin menoleh kearah Alen lalu terkekeh. "Katanya nggak pernah manja."

"Ya tapikan mau ikut," rengek Alen lalu menyela diantara intan dan elin.

"Kak Alen! Intan mau Deket kak elin!" Teriak intan tak terima.

Alen tak merespon apapun yang intan katakan. Alen malah memeluk elin lebih erat dan menenggelamkan wajahnya didada elin.

Sedangkan elin, elin mengusap belakang kepala Alen dengan penuh sayang.

"Papa," adu intan dengan menatap Aska memelas.

"Kakak sama papa aja ya," balas Aska lalu memeluk intan dengan sesekali mengecup dahi intan.

"Mau sama kak elin papa."

"Gantian dong nak, kan dari tadi kamu sudah bersama elin. Sedangkan kak Alen? Dia baru sekarang Lo."

Sebenarnya Aska tidak membedakan antara intan dan Alen, hanya saja Aska ingin intan lebih bisa berbagi dari sebelumnya.

"Sudah sudah, tidur ya?"

Intan mengangguk dengan mata terpejam. "Puk puk papa."

Aska memeluk intan dengan tangannya yang aktif menepuk pelan badan intan. Aska sudah terbiasa dengan permintaan putrinya ini, memang lebih manja dari putri sulungnya.

Aska melirik kearah elin, ternyata disana elin dan Alen sudah terlelap dengan keadaan saling memeluk. Aska merasa sangat lengkap karena adanya elin, ia berjanji pada dirinya sendiri kalau kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang elin berikan untuknya.

Dari balik pintu Sekar tersenyum melihat pemandangan didepannya itu lalu pergi dari sana.

Sekar sangat senang, anaknya akan membina rumah tangga kembali. Aska akan merawat anak-anaknya dengan istri barunya, meski melalui jalan yang salah. Sudah cukup menjadi duda selama bertahun-tahun, tinggal menghitung jam dan hari Aska akan buka puasa yeyy!.

--⛈️✨--



Tauk males pengen beli trek...

ELIASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang