ELS | BG-36

5.4K 226 3
                                    

  Mata tajam pria itu terus membaca dan memahami setiap deretan kalimat dihadapannya, sesekali memijat pelipis dan pangkal hidungnya guna mengusir rasa pening yang mulai menjalar dikepalanya.

Sebenarnya, tidak hanya pekerjaan yang mengisi pikirannya.

Anak, istri, pekerjaan, masa depan, terus saja berputar seperti kincir air.

Hembusan nafas panjang pun tak terhitung sejak ia memasuki ruang kerjanya.

Anak dan istri. Pilihan yang benar-benar sulit untuk dipilih, keduanya memiliki parenting tersendiri dalam hidupnya.

Ia tak bisa hidup secara terpisah, ia ingin hidup dengan anak, dan istri tercintanya. berdampingan dan saling menyayangi.

Memberikan kasih sayang, rukun, dan menukar cinta satu sama lain.

Jika ia memilih anak, apakah ia egois?

Dan apakah saat ia memilih istri, ia bisa dikatakan tidak menyayangi anaknya?

Sangat rumit.

Aska terus memikirkan jalan yang tepat untuk menyatukan Alen, putrinya. Dan elin, istrinya.

Sebenarnya Alen tidak ada masalah, hanya saja elin yang sangat sensitif saat Aska mulai membahas Alen.

Aska hanya berfikir, mungkin itu bawaan anaknya yang tengah dikandung Elin.

"Papa harus bagaimana, Alen?" Aska menatap foto kecil yang terselip didompetnya.

Itu foto Alen saat ia berulang tahun ke-1. Disana, aska tersenyum lebar sembari menggendong putrinya yang mengenakan pakaian yang sangat indah, buatan almarhumah istrinya.

Pakainya berwarna putih dipadukan dengan warna pink, juga bando pita yang indah dikepala sang putri.

Mendapatkan Alen bukanlah hal yang mudah untuk aska dan istrinya yang dulu.

Mereka menikah muda, sangat muda. Bahkan, bisa dikatakan menikah dini.

Mereka memang saling mencintai, namun untuk mendapatkan Alen, aska dan sang istri harus menunggu dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Saat melahirkan Alen pun istrinya dulu sempat mengalami pendarahan hebat.

Alen juga prematur.

40 hari gadis itu dulu bernafas pun harus mengandalkan alat bantu.

Dulu perjuangan aska untuk alen tidaklah mudah, maka dari itu Aska sangat menyayangi alen.

Sebenarnya sama, rasa cinta aska untuk alen dan intan sama. Namun, ada tingkatan tersendiri dihati aska.

*aku ga ngerti sama ketikanku sendiri

"Alen, papa--,"

Bunyi telpon menghentikan ucapannya.

Mama Sifa...

Aska langsung mengambil ponselnya dan mengangkat telpon ibunda dari elin tersebut.

ELIASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang