ELS | BG-47

7K 309 6
                                    

"kamu mau beli apa lagi?" Defan bertanya pada gadis disampingnya. Tengah asik meminum es teh.

"Kak elin dibeliin apa, ya?"

"Terserah."

Menghentikan langkahnya. "Intan aja bingung," kesalnya.

Si kubu laki-laki menggaruk pipi kanan yang tak gatal. "Aku, juga nggak tau."

"Intan jadi bingung, defan nggak ada gunanya kalo gitu."

"Heh! Mulutnya."

"Bener kan?" Menatap kearah kubu laki-laki. "Harusnya tuh ya ... kan ya, harusnya yang bilang 'terserah' itu intan, cewek. Bukannya defan, cowok."

Defan menghela nafas, pasrah. "Yaudah deh, emm ... Kakak kamu suka makan apa?"

"Kak elin itu bukan kakak intan, ih! Kak elin itu ... Mamanya intan. Mama sambung."

"Salah lagi, salah terus."

***

"Intan belum pulang, Lin?"

Menggeleng sebagai tanggapan yang dilontarkan Alen, tanpa mengalihkan pandangannya pada sinetron yang tengah ditayangkan.

Alen mengayunkan kakinya mendekati elin, lalu bergabung dengan acara santai yang tengah elin tekuni.

"Nonton apaan sih?"

"Kartun, noh."

"Nanti kalo adek bentukannya kayak gitu, gimana."

Elin langsung melayangkan pukulan kesal pada putrinya. "Ih! Doa-nya kok gitu siiihhh."

"Ya, Lo nontonnya kayak gitu. Ngerih jadinya kan gue."

"Nggak akan," Mengusap pelan perutnya yang sudah membuncit. "Yang penting nggak dibatin."

"Ngaruh?"

"Kata mama sama bunda sih, gitu."

"Eh, Lin!"

"Hm?" Elin menoleh kearah Alen, menatap tepat ke mata Alen.

"Nama defan kayak nggak asing nggak sih, buat Lo?"

Mengangguk-angguk. "Kayaknya iya, tapi siapa?"

Alen nampak berfikir keras. Sebenarnya tidaklah terlalu penting, hanya saja, jika Alen sudah penasaran, maka apapun harus ia ketahui. Berapa lama pun waktu yang ia butuhkan. Asal, ia menadapat apa yang ia cari, dan memuaskan rasa ingin tahunya.

"Masa iya mantan Lo pas sekolah dasar. Yang kata Lo dikasih kalung bentuk love ... Yang beli diabang-abang itu, kan?"

"Nggak usah dijabarin juga kali, Len." Menatap kesal lawan bicaranya. "Gue malu banget, tolong."

Alen tertawa. "Nggak modal banget ya, masak cuman kalung bentuk love. Paling lima ribu doang."

"Nggak boleh gitu," peringat Elin. "Untuk anak sekolah dasar, dia termasuk yang kalo pacaran modal. Ya ... Walaupun murah sih."

"Iya juga sih, tapi--,"

"Udahlah nggak usah dibahas, malu banget gueee."

"Halah, nggak usah malu. Gue aja yang ketahuan nyium orang, papa juga tau. biasa aja tuh."

"Iya, soalnya yang Lo cium intan, kan?"

Menyengir lebar. "Yahh, nggak asik. Kok Lo tau jokes gue sih?"

"Emang kita barengan udah berapa lama sih Len, seluk beluk Lo gue tau semua."

Alen mencibir. "Ngeselin."

Elin menggelengkan kepalanya sembari tertawa keras, ia menatap Alen dari samping, lantas tersenyum.

"Coba telfon intan, gih. Kok belum pulang," ujar Elin sembari melirik jam dinding.

"Halah, baru juga jam tiga."

"Jam tiga kok 'baru'."

"Namanya juga orang lagi kasmaran, biarin aja sih."

"Nggak baik cowok sama cewek berduaan. Nanti malah keblabas, gimana?"

"Nggak cuma cowok sama cewek yang diwaspadain, duda sama gadis juga."

Menatap bengis. "Nggak elit banget nyindirnya, sakit hati bunda, nak."

***

  Intan turun dari motor Defan dengan hati-hati, lalu tersenyum lebar kearah si kubu laki-laki.

"Makasih, kak Defan. Hari ini intan seneng banget. Lain kali ajak intan jalan-jalan lagi, ya?" Ungkap intan diakhiri kekehan.

Defan, ia ikut terkekeh. "Iya, sama-sama. Jangan lupa mandi, bau asem banget keteknya."

"Iiih ... Nggak boleh ketek sheming. Nggak boleh, mboten sae."

"Aku mau pamit sama papa, mama kamu. Boleh?"

Mengangguk. "Boleh."

"Yaudah," Defan turun dari motornya, lalu setelahnya mendekati Intan dan menggandeng tangan intan. "Ayo ... Putri intan."

"Salah."

"Salah?"

"Harusnya putri bapak Aska. Soalnya intan anaknya papa Aska."

Menghela nafasnya. "Ya ... Kurang lebih begitu."

Defan, juga Intan berjalan beriringan memasuki rumah Aska. Sesekali intan dan Defan melontarkan percakapan random mereka.

"Itu," intan menunjuk seorang wanita yang tengah duduk membelakangi mereka. "Mama sambung intan."

Defan mengangguk menanggapi.

"Dan yang itu," menunjuk perempuan yang lebih muda. "Kakak perempuan intan," sambung gadis tersebut.

Lagi, Defan menanggapinya dengan anggukan kepala.

"Kak Elin, kak Alen."

Kedua perempuan berbeda usia itu menoleh kebelakang secara bersamaan.

"Udah pulang?" Tanya Alen.

"Iya, baru aja. Dianter sama ka-,"

"Efan!"

"Eli!"

Panggil keduanya bersamaan. Menatap tak percaya satu sama lain, merasa ... Wow.

"KAN ... BENER, INI DEFAN MANTANNYA ELIN."

"APA INI?"

"MAS"




***





Terimakasih, untuk semuanya💗🧸


Lovyu darling<3🐊



ELIASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang