ELS | BG-28

7K 309 32
                                    

••🌩✨••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••🌩✨••

Aska dan Elin berjalan berdampingan menuju gerobak penjual siomay.

Tidak ada obrolan saat setelah elin mengucapkan permintaan'nya.

Bahkan Aska langsung menyela, dan enggan untuk menjawab'nya. Aska lebih memilih mengajak Elin keluar ruangan untuk membeli siomay.

Tepat didepan rumah sakit, aska menghentikan langkahnya. "Tempatnya sangat penuh, Elina." Katanya sembari melihat kearah penjual siomay.

Memang benar, tempat duduk yang disediakan sudah memenuhi kapasitas.

Dan yang lain, di pinggiran trotoar.

Tidak, tidak. Aska tidak akan mengijinkan elin makan disana.

Ia sedang hamil, jadi elin harus duduk di tempat yang bersih.

"Nggak jadi, ya?" Tanya elin lesu.

Aska langsung menoleh kesamping. "Kata siapa tidak jadi?"

"Katanya...."

Aska tekekeh, tangan kanan'nya terulur mencbit gemas pipi sang istri yang mulai berisi.

"Bukan berarti tidak jadi, elina. Kamu tunggu dimobil, saya akan membawakan'nya untukmu."

Mata indah itu berkedip beberapa kali. "Bener?"

"Iya, gih ke mobil."

••🌩✨••

Aska terus berkecamuk dengan pikiran:nya sendiri.

Memikirkan janjinya, anaknya cacat, alen, kos, dan Elin.

Bagaimana agar ia bisa mengambil jalan yang tepat? Dan juga tidak ada yang ia kecewakan antara keduanya.

Masa depan elin sudah bergantung pada dirinya.

"Yumm, enak banget," Suara memuji itu memecah lamunan'nya.

Ia fokuskan pada seorang wanita hamil yang tengah lahap menyantap siomay, tanpa memperdulikan dirinya.

"Enak?" Tanya Aska pada elin.

Dengan cepat Elin mengangguk. "Enak banget!" Balasnya antusias. "Besok-besok kita harus beli lagi, kan mas?"

Aska mengulas senyuman tipis. "Apapun untukmu, Elina."

"Enggak tuh!"

"Saya masih mengusahakan, Elina."

"Untuk?"

"Alen tinggal di kos. Kalau pun alen harus disana, saya selalu berpikir siapa yang akan menjaga dia disana, dia---"

"Kan ada temen yang lain mas, mending di kos yang campur aja, biar dia rada aman. Kan ada cowok'nya."

"Itu malah memperburuk keadaan Elina, tidak semua orang itu baik---"

"Dan tidak semua orang itu jahat, mas aska!"

"Tidak baik memotong perkataan orang, Elina."

Elin membuang pandangannya keluar jendela. "Mas emang nggak bisa dipegang janjinya."

"Beri saya waktu---"

"Udah banyak waktu yang aku kasih."

"Elina! Ini bukan hal yang mudah untuk saya. Saya mohon kamu mengerti."

"Rasanya pusing banget kepalaku, kalau mikir ini mas," Elin menyandarkan tubuhnya, matanya terpejam mencoba menghilangkan rasa pening yang mulai menyerang dengan perlahan.

Aska langsung menepikan mobilnya, dilihatnya sang istri yang masih memejamkan kedua mata'nya.

"Hei," Aska mengusap-usap kening Elin. "Jangan banyak pikiran, Elina."

"Secepatnya, saya akan mengantarkan alen kerumah bunda."

Elin langsung membuka matanya, ditatatapnya sang suami yang tengah menatap khawatir kearahnya.

"Kok bunda?"

"Agar lebih aman, saya juga tenang kalau alen disana."

"Nggak boleh mas, harus kos. Biar alen sekalian belajar mandiri."

"Elina, kasihan---"

"Pokoknya nggak boleh mas, ayolah. Pwiss," Elin menatap aska penuh harap.

Aska menghembuskan nafasnya. "Saya usahakan."

"Makasih!" Girang elin dan langsung memeluk Aska dari samping. "Makasih ya mas."

Aska hanya mengangguk, enggan untuk mengeluarkan jawaban untuk istrinya.

Memejamkan matanya sejenak, ia takut, ia takut mengecewakan sang putri sulung.

"Alen, maafkan papa nak."

••🌩✨••









Nulis, 500 kata, UP!

Saya juga bakal revisi kalau sudah end.

Entah itu alur, atau apapun itu akan berubah.

Bisa jadi aska bukan duda loh♡'・ᴗ・'♡

See u next chapter-!!

[ARYS🦋]

ELIASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang