ELS | BG-12

12.1K 569 3
                                    

🌿SELAMAT MEMBACA🌿

--⛈️✨--

   Hari pertama menjadi seorang istri, tidak terlalu sulit. Tapi karna elin ingin dipandang menantu idaman, pagi-pagi sekali elin sudah stand by didapur untuk memasakkan makanan untuk suami dan kedua anaknya.

Elin memutuskan untuk memasak makanan yang sangat lezat, dan pastinya naget kesukaan intan tak akan ketinggalan.

Elin meletakkan piring berisi makananya dimeja dengan senyum penuh kebanggaan.

"Ndog ceplok mata kebo udah siap, naget rebus udah siap, tinggal bangunin paksu dan para curutnya," kata elin dan langsung pergi untuk membangunkan keluarga barunya.

Ceklek

Elin berjalan mendekat kearah Aska terlebih dahulu, karna pasti yang paling susah untuk dibangunkan adalah Alen dan intan.

Elin mengguncang tubuh Aska sedikit kasar. "Om bangun om," ujar elin sambil menepuk pipi Aska.

"Eungh"

Elin menatap kesal kearah Aska lalu memukul pantat Aska dengan sekuat tenaga.

"Bangun! Malah ngah nguh ngah nguh."

Aska menguap lalu mengulet. "Apa sih Lin, ini masih pagi."

"Pagi!? Ini itu udah jam delapan. Udah mau siang om bilang masih pagi!? Bangun nggak!?."

Aska hanya diam dengan menatap elin yang tengah mengomeli dirinya, Aska menarik kedua sudut bibirnya. Ah! Sepertinya membuat elin mengomel adalah pekerjaan baru untuknya.

Elin melipat kedua tangannya dan menatap kesal kearah Aska. "Kalo om nggak mau bangun," elin tersenyum licik kearah Aska. "Elin nggak mau ngasih hak-"

"Iya iya ini saya bangun," potong Aska dengan cepat beranjak dari tidurnya dan memasuki kamar mandi.

Bibir elin terasa berkedut dengan tingkah laku aska, hanya diancam begitu saja sudah takut?

Elin berjalan memutari ranjang untuk membangunkan kedua cecurut Aska yang tengah asik bergelut dengan mimpinya.

Untung saja semalam Alen dan intan bangun dari tidurnya, kalau tidak mungkin sampai saat ini mereka masih mengenakan gaun dan riasan juga masih tertempel diwajah mereka.

Elin mengguncang pelan tubuh Alen. "Bangun Len, waktunya makan siang," ujar elin sambil menepuk pipi Alen lalu mengusapnya.

Elin mengguncang tubuh Alen sedikit kencang.

"Shhh," ringisan elin dengan mencengkeram permukaan perutnya.

"Astaga elin!" Teriak Aska yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kamu nggak papa?" Tanya Aska khawatir lalu menuntun elin untuk duduk disofa kamarnya.

Elin masih meringis kesakitan. "Nggak papa mungkin ini keram aja om," balas elin lemah.

Aska mengusap-usap permukaan perut elin dengan sayang. Sungguh saat ini ia panik beneran, ia hanya takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anaknya.

ELIASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang