ELS | BG-49

7.7K 279 6
                                    

Empat bulan kemudian...

  Suara tangisan bayi laki-laki terdengar begitu mengharukan diruangan serba putih ini.

Elin, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang memiliki pipi sangat gembul.

Kedua mata Aska berkaca-kaca, lalu mengecup kening istrinya. "Wanita hebat," lirihnya.

Tersenyum tipis. "Mas juga ayah yang hebat."

***

  Alen berjalan kesana kemari, seolah ia benar-benar cemas. Iya, memang cemas, namun Alen saja yang melebih-lebihkan.

"Kak Alen," panggil intan. "Diem aja kali, nggak usah ngedrama. Lagi darurat ini, kak Alen."

"Siapa yang drama sih? Ini itu menjalankan peran."

Sebelum intan membalas ucapannya, Alen lebih dulu memotongnya. "Dari sinetron yang gue tonton, kalo ada yang lahiran itu ... Kita harus mondar mandir sama cemas, jadi gue cuma menjalankan peran aja sih."

Intan menepuk jidatnya. "Biasa aja kali, kak Alen."

"Nggak! Gue mau yang luar biasa."

Suara langkah kaki mengalihkan dunia mereka. Disana, kedua orang tua Aska juga Elin tengah berlari tergesa-gesa.

"Dimana?" Tanya Sifa tak sabaran.

"Udah lahir?" Timpal Sekar.

"Para oma-oma, harap tenang," Alen memberi instruksi. "Buat Oma Sifa, jawabannya adalah yang pasti Elin ada diruangan bersalin, masa iya Elin malah main ke pasar malem, lagian ini siang ... Dan jawaban buat Oma Sekar, udah lahir Oma ... Baby boy."

Mendengar itu senyuman kebahagiaan terulas dari bibir Sifa dan Sekar.

Alen berganti melirik Heris, dan Helmi.

"Opa-opa sekalian, apakah tidak mau bertanya juga?"

Keduanya kompak menggelengkan kepala.

***

  Ruangan itu tampak hangat, banyak cerita yang akan menjadi sejarah ditempat ini.

Elin, ia tengah berbaring sembari menyusui putranya. Agak aneh.

Untung saja, Asi elin sudah keluar semenjak kandungannya menginjak sembilan bulan, jadi saat putranya lahir, Elin bisa langsung menyusui buah hatinya.

"Rasanya gimana, Lin?" Tanya Alen yang tengah berada disisi brankar.

"Nikmat sekali," jawabnya sambil tersenyum.

Mulut intan menganga sejak tadi, seolah ini adalah hal yang sangat menakjubkan.

"Dilalerin tu mulut lama-lama."

Memberengut kesal. "Ish! Intan itu takjub kak Alen, liat dedeknya juga gemesh, pake h."

"

Iyalah ... Mirip gue gitu."

"Idih! Apaan ... Mirip intan!"

"Namanya siapa nih cowok?"

"King Aelan kanendra," Jawab Aska dari arah belakang.

Mendengar nama adiknya, lantas Alen tersenyum miring. "Wah ... Panggilannya siapa?"

"Ael."

Alen menepuk tangannya sangat keras satu kali. "Ael dan Alen. Dari 'A' semua doonngg ... Jiahaaa, kasian."

"PAPA!" Intan menghentakkan kakinya sembari berjalan mendekati Aska. Kesal.

Setelah berada dihadapan Aska, intan melipat kedua tangannya didepan dada lalu berkata bentuk protesnya. "Kenapa?"

Mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"KENAPA ADEK SAMA KAKAK DARI A SEMUA SEDANGKAN INTAN ENGGAK?!" Bibir bawahnya maju, matanya berkaca-kaca. Sangat sedih.

Aska gelagapan sendiri, ia melupakan satu fakta tersebut. "Sini," dengan lembut Aska menuntun intan untuk duduk di pangkuannya.

Alen? Setelah menjahili intan gadis itu malah fokus pada adik barunya.

"Intan kenapa?"

"Papa jahat, intan beda sendiri."

Aska mengusap belakang kepala intan. Maklum, rasa cemburu pasti akan datang menghampiri.

"Intan tidak beda, intan bisa memanggil adek dengan panggilan iel loh ... Bagaimana?"

"Iel?"

Mengangguk sambil tersenyum teduh. "Ael untuk kak Alen, dan iel untuk kak intan ... Bagaimana?"

"Boleh?"

"Tentu ... Semua untuk intan."

Akhirnya, bibir itu kembali tersenyum senang. Gadis itu memeluk leher sang ayah erat, lalu mengecup pipinya. "Terimakasih."

"Sama-sama ... Anak cantik papa."


***


Benar-benar ingatan jompo inih

Semua saya luffa, nama Ael, usia kandungan elin, nama ayah dari
Aska (MENGHELA NAFAS)

Saya masih dipluto temen-temen, jadi saya ngetik seadanya dan semau saya, sorry💗











Lovyu darling<3

ELIASKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang