Chapter 9;

9K 540 12
                                    

⚠️jangan lupa vote, selamat membaca

Zian mengajakku pacaran, dan aku hanya terdiam. Kepalaku dipenuhi kata yang runyam, aku mendengus kesal.

"Zian, i have a boyfriend."

"I know right, gue lihat konten bucin lo di tiktok."

"Cowo gila! Lo gaboleh memaksakan kehendak."

"I could be a better boyfriend than him, lo sama dia cuma virtualan kan? Gue bisa disini, bisa jaga lo, bikin lo nyaman dengan pelukan bahkan hadiah yang bisa gue beliin buat lo. I'm better"

"No, you not. Lo kebanyakan nonton sinetron. Gue ga bakal pindah hati."

"Lo bakal"

"Gak. Gue janji ke Alan."

"Cih, janji dibuat untuk dilanggar."

"Otak lo miring?"

Zian berdiri, kemudian berjalan santai di depanku.

"Iya, gue gila. Karena lo"

Aku terkesiap, merasa bersalah telah membuat kedua belah pihak sakit hati. Aku meringkuk tak lama menangis karena overthinking.

"Gue brengsek banget.."

Zian yang terkaget mendengar isakanku kemudian mendekatiku. Aku merasakan pelukannya, dia berbisik.

"Maaf, gue gak bermaksud. Gue salah, gue baperan. Anggep perkataan gue tadi itu bercanda."

Aku masih terdiam, memikirkan betapa brengseknya diriku membiarkan Alan tidak mengetahui jika pacarnya tengah dipeluk lelaki lain di pulau berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih terdiam, memikirkan betapa brengseknya diriku membiarkan Alan tidak mengetahui jika pacarnya tengah dipeluk lelaki lain di pulau berbeda. Namun, apa dayaku..

Bersambung...

Make The Boys Cry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang