Milik Alan sudah berdiri tegak dan terus menyodok area sensitifku. Membuat milikku mengeluarkan cairan tanpa diminta.
***
Aku melepas ciuman tiba-tiba saja, lalu meraba intens tangannya. Dia terlihat kecewa, aku mengelus bibirnya sekilas.
"Let's do it, darling~" ajak diriku.
Aku menuntunnya berdiri. Dia menurut seperti biasa. Smirk khasku keluar tanda kepuasan melihatnya menuruti semua kemauanku. Aku buat badan Alan menempel di tembok. Kemudia aku menurunkan boxernya sampai ke lutut, dan memperlihatkan jelas juniornya yang menegang.Vibrator kemarin aku jejalkan di holenya, dan menikmati tiap erangan yang dikeluarkan Alan.
"Hangh-" dia membekap mulutnya sendiri sambil pegangan di tembok.
"You wanna stay quiet, huh?"
Aku memeluknya dari belakang, lantas memainkan juniornya dengan sentuhan lembut tanganku.
"Shh fuck.." desah Alan masih sambil menggigit tangannya sendiri.
Tangan kiriku menekan tombol 'meningkatkan' pada vibrator. Tubuh Alan bergetar keenakan.
"Nghh anhh shit ahh" serunya karena tanganku mempercepat tempo vibrator.
Tangan sebelah melanjutkan kerjanya, setelah memainkan ujungnya kemudian mulai bergerak maju mundur di junior. Lalu aku percepat temponya.
"Shh fuck, mommy.. yes" desah Alan tidak karuan.
Kembali aku tingkatkan getaran vibrator sampai tingkat tinggi. Alan tidak kuasa menahan miliknya. Dia datang. Nafasnya memburu. Kakinya terkulai lemas, namun aku membantu menahan tubuhnya.
"Kita belum selesai, kitten" ucapku sambil menyeringai.
Aku membalikkan badannya, menghadapku. Wajahnya terlihat seperti kepiting rebus, merah. Tatapannya sayu, dia berbicara lirih.
"Tunggu.." lirihnya.
Aku menopangnya dan menjatuhkan badannya di kasur. Alan tidak protes, dia masih lemas.
Ku tempelkan bokong tepat di juniornya. Rasanya seperti disodok. Mungkin juniornya bangkit kembali. Alan terkaget, dia ikut terbangun hendak menjauhkan bokongku.
"Kak.. belum boleh.." kata Alan.
"Kakak gak lepas pakaian, sayang" ucapku meyakinkan.
Alan memelukku, mengistirahatkan matanya dan terpejam. Dia menaruh wajahnya di dadaku. Iseng, aku melakukan gerakan memutar dan juga mencongkel. Area intimku bersentuhan dengan milik Alan walau dibatasi celana dalamku.
Alan yang menyadari hal itu menunjukkan wajah keenakan, kecanduan, dan kegilaan.
"Ah.. i want more than this.." ucapnya karena keenakan.
Aku mencoba gerakan twerking untuk menggodanya lebih. Alan meremas pinggangku, lalu menggoyangkan miliknya sendiri. Kami mendesah bersamaan, keenakan.
"Ahh yes.."
"Fuck, fuck, shh yes"
"Nghh ahh"
Tempo mulai cepat, badan kami semakin menggila. Vaginaku mulai kedutan berantakan, dan miliknya membesar dibanding sebelumnya.
"Ahh i- nghh.." sadar sudah dekat, aku melemparkan badan kesamping sebelum disembur dan menyembur Alan.
"Ahhh.." Alan merebahkan dirinya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Make The Boys Cry [END]
RomantizmNon LGBT [1821+] Seorang Femdom yang berusaha menutupi jati dirinya dengan prestasi. Wajahnya yang cantik dan imut, juga prestasi dan reputasi yang menjamin kehidupan Hyuna. Namun sayang, ketua osis tak sengaja mengetahui rahasia itu. ### "Can i be...