dua | musuh

59.2K 6.6K 748
                                    

Chapter dua nih......

Absen 'hadir' dulu di sini 👉

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mami, Varel berangkat ya" ucap Varel pada Sinta.

Sinta mengangguk mengiyakan. Varel langsung keluar dari rumah, menaiki motornya.

Sesampainya di depan rumah, dia malah bertemu dengan Alaskar yang membuatnya kesal.

Entahlah melihat muka datar Alaskar membuat Varel geram ingin menonjok nya.

Varel lalu mengeluarkan motornya dari garasi.

Berjalan keluar sambil mendorong motornya.

Varel iri pada Alaskar, karna tubuhnya lebih bagus dari Varel. Varel juga ingin punya badan yang berotot seperti alaskar. Tinggi badan mereka juga lebih tinggian Alaskar walau hanya beda 3 cm.

Tapi, tetap saja dia tidak mau kalah.

"Apa Lo liat-liat, mau gue colok Mata Lo?" Sinis Varel, Alaskar hanya menatap Varel datar. Lalu segera memasuki mobilnya.

Varel juga segera menaiki motornya dan pergi meninggalkan rumah menuju sekolah.

Mobil Alaskar sampai di Sekolah terlebih dahulu. Alaskar segera memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil.

Saat keluar, Alaskar di sambut dengan teriakan para siswa perempuan, yang menjadi fans Alaskar. Bahkan mereka mempunyai geng 'pecinta Alaskar'. Anggotanya juga tidak main-main banyaknya.

"KYAAAA~~ PANGERAN UDAH DATENG" jerit seorang gadis yang merupakan salah satu anggota geng.

"Masih pagi, tapi ketampanan suami gue bersinar terang" puji seorang gadis.

"Suami Lo? SUAMI KITA KALE" segerombolan gadis langsung mendekati Alaskar.

Alaskar benar-benar risih. Untung saja kedua sahabatnya datang membantunya.

"MINGGIR-MINGGIR ADA RAZIA" teriak Bulan, sahabat perempuan Alaskar.

"AWAS WOII" itu Asep sahabat laki-laki Alaskar. Dengan bantuan mereka berdua akhirnya Alaskar bisa keluar dari kerumunan itu.

Varel yang baru saja datang, melihat hal itu langsung memutar bola matanya malas.

Varel segera memarkirkan motornya dan melepas helmnya.

"Cih, apaan sih alay banget" gumam Varel saat melihat kerumunan itu.

"Hahaha bilang aja Lo iri" ujar Bima yang entah sejak kapan berada di sampingnya.

"Ga guna gue iri sama tuh kulkas" cibir Varel lalu menarik tas nya dan berjalan menuju kelas.

Bima dengan tawa kecil, berjalan mengikuti Varel dari belakang.


"Selamat pagi Va-Varel" Varel melihat Lia gadis lugu yang selalu menyapanya setiap pagi.

"Pagi Lia" balas Varel sambil tersenyum.

AlVa [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang