empat belas | tumben ga gelud ?

36.9K 4.9K 262
                                    

Halooo, chapter empat belas nih

Selamat membaca

.
.
.
.
.
.
.
.

Mereka berdua Sampai di rumah dengan selamat. Varel memasukan motornya ke bagasi rumah, lalu segera berlari keluar menyusul Alaskar.

Alaskar mengangkat rumah Apin, sementara Apin di gendong oleh Varel. Untung saja, saat ini Sinta lagi keluar jadi ga bakal keliatan. Soalnya jam-jam segini Sinta biasanya ada di depan rumah.

Mereka berdua segera masuk ke rumah dan langsung berlari ke gudang belakang.

"Varel, alaska-" ucapan Tea terpotong karena mereka berdua yang berlari kencang, sepertinya mereka tida mendengar panggilan Tea.

Tea lalu mengedikan bahunya dan masuk ke kamar.

Alaskar menaruh rumah Apin di sana. Varel menatap ruang kecil itu. Ruangannya tidak besar, sedang juga tidak. Ukurannya 2x2. Kecil, sepertinya dulu digunakan untuk meletakan alat pembersih, namun sudah di pindahkan ke gudang.

"Lo serius Mau naruh Apin di sini?" Tanya Varel yang diangguki Alaskar.

"Kotor banget! Lo kira kucing kesayangan gue pantes di sini?" Ujar Varel sambil melihat ruangan yang memang sedikit kotor.

"Ya trus? Udah ga ada tempat lagi" ujar Alaskar. Varel langsung, memberikan Apin di gendongan Alaskar. Varel berlari keluar dari ruangan itu.

Varel berlari menuju gudang, mengambil sapu dan pel lantai lalu segera kembali ke ruangan itu.

"Awas gue bersihin dulu" ujar Varel Lalu masuk dan mulai menyapu setra membersikan jaring laba-laba tangan ada di sana.

"Gue bantu?" Tanya Alaskar.

"Ga usah! Lo gendong aja Apin" ujar Varel. Alaskar hanya diam sambil memperhatikan Varel yang sedang bersih-bersih.

"Aw...sss" rintih Varel saat debu memasukkan matanya.

Alaskar langsung menaruh Apin di bawah dan mendekati Varel.

"Jangan di kucek" tegur Alaskar begitu melihat Varel mengucek matanya.

"Perih woi" gerutu Varel sambil memukul bahu Alaskar.

"Jangan di kucek! Awas tangan Lo" pinta Alaskar. Varel menjauhkan tangan dari matanya. Alaskar mendekati wajahnya dengan wajah Varel.

Tangannya memegang pipi Varel, lalu kemudian membuka mata kiri Varel yang tertutup karena perih. Setelah di buka sedikit, Alaskar lalu meniup mata Varel.

Pfhuut~

Pfhuut~

"Udah?" Tanya Alaskar. Varel memegang matanya dan menggeleng. Alaskar lalu kembali meniup mata Varel.

"Udah?" Tanya Alaskar lagi. Varel lalu mencoba membuka matanya.

"Hm, udah" ujar Varel lalu membuka matanya. Alaskar masih setia memegang kedua pipi Varel.

AlVa [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang