9 - Tragedi

1.1K 70 0
                                    

Pagi ini gue UAS. Gue dianter ayah ke kampus.

Tingg. Suara notif hp gue.

From: Dokter Galak

"ay, tadi pagi di anter ayah? Tadinya gue mau ngajak bareng lo, siapa tau lo kesiangan lagi"

"yakali gue telat mulu kak, gue ada UAS"

"good luck deh buat UAS nya, jangan sampe sakit"

"btw gue udah sakit kok"

"sakit apa lo? Kok gak kabarin gue?"

"sakit demam doang, gausah lebay"

"ya gak gitu ay, gue khawatir"

"dokter posesif"

"suka-suka gue"

"lagian kan lo dokter bedah, kalo gue sakit demam doang mah gak harus lo yg turun tangan"

"heh gue itu tetep dokter"

"iya iya gue tau kak"

"yaudah"

"read"

Begitulah isi chat gue sama kak dikta. Dia posesif. Namanya juga dokter kali ya. Tapi akhir-akhir ini kita jadi lebih akrab.

-------

Gak kerasa udah hari Kamis. Entah kenapa hari kamis gue kurang fokus. Sebenernya demam yang kemarin itu masih berlanjut. Tapi gue berusaha biasa aja karna ini hari UAS terakhir.

"ay lo kenapa diem mulu kaya batu" tanya tina.

"batu pala lo"

"ada yang gak beres sama lo" tina sambil pegang jidat gue "demam lo naik lagi, gue anter pulang no debat".

"gausah"

"gue pinjem helm dulu ke yang lain ya siapa tau ada yang bawa 2"

"udah gapapa gue nanti naik ojek online aja"

"yaudah gue ikutin dari belakang ya"

"dih gue bukan bocah, asli gue gapapa"

"susah ya emang kepala batu, yaudah deh hati-hati"

Akhirnya gue pergi ke halte. Gue cari hp gue di tas. Ternyata gak ada. Kayanya hp gue ketinggalan di rumah. Terpaksa gue harus naik angkot atau bis.

Kenapa sih pas gue butuh malah ketinggalan, mana kepala gue makin pusing, yaudah gue naik angkot aja.

Karna angkot tujuan gue ada di sebrang jadi gue beraniin diri nyebrang. Karna gue harus pulang.

Tinnn tinnn. Belum 5 langkah tiba-tiba ada suara klakson mobil.

Gue berusaha menghindar. Tapi gue pusing dan kaki gue berat. Dan seketika gelap.

-------

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang