55 - End.

1.6K 34 0
                                    

*author kok galau brutal ya pas nulis ending chapter :( 

Di Ruang Rawat

Pas gue sadar ternyata gue udah dibawa ke ruang rawat. Dan ternyata anak gue juga udah ada di ruangan ini.

"Ay, syukurlah kamu udah sadar"

"anak Bunda hebat"

"makasih Bun"

"aku mau gendong dia"

"Ay, Bunda Dewi ngerasa flashback, anak kalian mirip banget Dikta waktu bayi"

"kan emang anaknya Dikta Bun"

"fotocopy-an banget inimah"

"iya Bun, kan aku berdoa biar anak aku mirip Kak Dikta"

"loh kenapa cuma mirip Dikta?"

"biar ganteng katanya Bun" jawab Kak Dikta dengan percaya diri.

"tapi Ay, bibirnya mirip kamu ini"

"iya bener" gue terharu sambil ngeliatin wajah anak gue.

"Bang bikin lagi yang banyak"

"kaga usah disuruh Jaf"

"ih bisa-bisanya anak kita baru lahir udah mikirin anak kedua"

"harus dong Ay"

"nak, liat deh Ayah kamu tega banget pengen kamu punya adik, padahal kamu baru lahir"

"hahahahh" semuanya tertawa.

Ruangan itu menjadi saksi betapa bahagianya diri gue. Rasanya hidup gue satu persatu terlengkapi. Punya suami yang baik seperti Kak Dikta. Punya anak. Punya keluarga yang masih lengkap.

-------

Gue udah diperbolehkan pulang dari RS. Rencananya hari ini Kak Jafran, Kak Tirta, Kak Sella, Mark, bakalan dateng ke rumah buat jenguk gue sekalian kumpul. Sekarang anaknya Kak Sella udah tujuh bulan usianya. Gua jadi gak sabar liat anak kita main bareng.

Tingtong.

Bunyi suara bel rumah. Ternyata bener aja mereka udah dateng.

"masuk masuk" kata Kak Dikta

"woiii Bang apa kabar? Makin cerah aja udah punya anak"

"baik gue, lo masih jomblo aja Mark"

"Ayaaa" Kak Sella memeluk gue

"Kak apa kabar? Ini baby nya udah gede aja"

"baik Ay, iya nih udah mulai berat dia kalo digendong"

"ntar anak kita main bareng ya"

"iya dong pasti, btw gimana pemulihan kamu?"

"aman Kak, cuma masih adaptasi aja sama jam tidur"

"iya pasti bakalan kurang tidur, waktu awal-awal aku juga gitu Ay, semangat ya"

"iya Kak, makasih"

"Dik, anak lo mirip lo banget sumpah, cuma ini versi lebih gantengnya"

"untunglah di mix Tir jadi lebih bagus"

"itu aku loh Kak yang berdoa biar anak aku mirip Kak Dikta"

"seriusan? Bisa gitu ya"

"Ay, next lo berdoa nya biar mirip gue, kan biar mirip Jaehyun NCT" kata Kak Jafran

"bisa-bisa"

"eits jangan ngadi-ngadi ya Jaf, mana ada anak gue mirip sama lo"

Gue bahagia banget. Mungkin udah lama kita gak kumpul bareng kaya gini. Semuanya sibuk sama pekerjaan dan prioritasnya masing-masing. Gue harap sampai kapanpun kita tetep bisa sempetin waktu buat kumpul kaya gini.

-------

Gue udah mulai terbiasa sama kehidupan baru gue sebagai Ibu muda. Gimana gak muda? Orang 24 tahun udah punya anak yang usianya 1 tahun.

Gak ada yang berubah dari Kak Dikta. Dia masih kerja di RS seperti biasa. Dan gue masih belum balik kerja. Nunggu anak kita usianya 2 tahun.

Kalian gak usah khawatir, gue bakalan jadi Ibu sekaligus wanita karir yang tau waktu. Untungnya keluarga gue dan keluarga Kak Dikta selalu support dan siap bantu kalo soal anak.

Oh iya, kalian belum tau nama anak kita ya? Namanya Kaisar Asta Laksana. Yang kasih nama Kaisar itu Kak Dikta, sedangkan nama Asta itu dari gue, dan Laksana itu nama keluarga. Kita panggil dia Kai. Udah kaya Kai EXO belum? Hehe bercanda.

-------

"Ay, jas dokter aku tolong bawain ya thank you" teriak Kak Dikta dari lantai 1.

"iya Kak, sebentar aku gendong Kai dulu"

Begitulah suasana pagi di rumah ini. Rumah ini jadi makin hangat semenjak Kai lahir. Gue dan Kak Dikta pun jarang banget marahan. Kecuali setiap Kak Dikta minta Kai itu punya adik lagi. Gimana gue gak marah? Sedangkan usia Kai baru 1 tahun.

"halo anak Appa udah bangun?" Kak Dikta langsung menggendong Kai

"Kak itu sarapannya habisin dulu, baru gendong Kai, nanti kamu kesiangan"

"iya istriku"

"Ay, beneran gak mau nambah anak sekarang?"

"kamu kan udah tau jawabannya Kak"

"tapi kan biar Kai ada temen mainnya"

"Kak, akutuh mau nya dia puas dulu dapetin kasih sayang orangtua nya sebelum terbagi sama adik-adiknya nanti"

"adik-adiknya? berarti boleh nambah tiga lagi kan?"

Bughh. Gue pukul Kak Dikta. "KAK IH"

"habisnya kamu bilang adik-adiknya Kai"

"iya nanti kan pasti nambah, tapi gak sekarang-sekarang"

"2 tahun lagi gimana?"

"hmm"

"hmm berati iya"

"6 tahun lagi umur aku masih 30 tahun, bisa-bisa udah punya anak tiga sebelum 30 inimah kalo suaminya kaya gini"

"gapapa Ay biar tenang, mau paksain satu lagi juga bisa"

"KAK"

"iya iya ampun"

-------

Masih banyak impian dan harapan yang gue dan Kak Dikta inginkan kedepannya. Soal anak-anak, soal karir, dll. Ini cerita kehidupan gue yang sejak dulu gak pernah terbayangkan. Dimulai ketemu Kak Dikta di umur 21 tahun, menikah di umur 22 tahun, dan memiliki anak di umur 23 tahun. Buat gue ini termasuk nikah muda. Muda banget. Tapi yang bikin gue yakin buat melanjutkan chapter baru di hidup gue ya Kak Dikta. Perbedaan umur kita terpaut 8 tahun. Gue kira kita gak bakal cocok. Ternyata Tuhan bener-bener ngasih Kak Dikta buat ngisi kekurangan gue. Kehidupan itu bukan soal bahagia aja. Tapi saling mengisi satu sama adalah kuncinya. Bukan berarti kita gak pernah ada pertengkaran. Tapi ini tentang gimana cara kita cari jalan keluarnya dengan baik.

Tuhan... aku bener-bener bersyukur dipertemukan jodoh seperti Kak Dikta. Entah bagaimana jalan ceritanya jika bukan dia jodohku. Tapi inilah Cerita Untuk Dikta. Iya, untuk kamu suamiku Khalas Dikta Laksana.

-The End-

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang