51 - Check Up

668 26 0
                                    

Di Rumah Sakit

"loh dokter Dikta sama istri ternyata" kata dokter kandungan itu.

"iya, mohon bantuaanya ya dok"

"kenalin saya dokter Rani" katanya

"saya Desya, dok"

"oke, saya ambil sampel darahnya dulu ya"

"ini sakit gak?"

"gapapa Ay gak sakit itu"

"oke"

"sekarang silahkan Ibu Desya berbaring disana"

Jujur gue degdegan banget. Ini pertama kali dalam hidup gue. Selama pemeriksaan, gue ikutin semua perintah dokter.

"selamat ya dokter Dikta dan Ibu Desya, kalian akan menjadi orang tua"

"wah jadi bener istri saya hamil?"

"...." lagi-lagi gue cuma speechless.

"makasih ya sayang, and congrats for us!" Kak Dikta cium kening gue.

"oh iya kalau dilihat dari hasil cek darahnya, Ibu Desya disarankan lebih sering makan makanan yang mengandung zat besi ya, jangan stres juga"

"baik dok"

"apa Ibu Desya bekerja?"

"iya dok, gapapa kan dok?"

"sebenarnya tidak apa-apa, tapi tolong diperhatikan pola makan dan tingkat stres nya, jangan sampai anda drop, itu akan berpengaruh, bahkan bisa sampai keguguran"

"baik dok saya akan berusaha"

"saya lumayan tenang karna suami anda itu dokter Dikta"

"ah dokter bisa aja"

"sampai bertemu di check up berikutnya ya"

"terima kasih ya dok"

-------

Setelah semua pemeriksaan selesai, tiba-tiba ada Kak Sella. Ternyata dia juga check up kandungan.

"loh Kak Sella, apa kabar?" gue meluk Kak Sella.

"baik Ay, ini kalian ngapain keluar dari dokter kandungan? Jangan...jangan...."

"iya Kak, gue otw jadi mahmud"

"demi apa??? Congrats!"

"thanks Kak"

"Tirta mana Sel?" tanya Kak Dikta

Baru aja Kak Dikta tanya keberadaan Kak Tirta. Ternyata dia baru datang.

"nih orangnya panjang umur"

"woiii bro, ada apanih libur ke RS?"

"lo juga libur ke RS, Tir"

"biasalah gue anter check up Sella"

"iniloh akhirnya Aya hamil" kata Kak Sella

"demi apa? Seriusan? Wah gercep banget si Dikta"

"udah gue bilang Tir gue sanggup balapan"

"okelah masih bisa, ini Sella jalan 9 bulan"

"nah, ini Aya jalan 2 bulan"

"bisa lah seangkatan anak kita"

Gue cuma bisa tertawa dengerin semua percakapan barusan. Jujur gue masih speechlees campur aduk. Gue seneng, tapi gue bingung harus gimana kedepannya. Apa gue beneran udah siap?

Di Mobil

"Ay kok dari tadi bengong aja"

"eung? apa Kak?" lamunan gue terhenti.

"tuhkan beneran ngelamun"

"ngga kok"

"apasih yang dipikirin? Inget, jangan stres"

"jujur Kak, campur aduk banget perasaan aku sekarang, disatu sisi aku seneng banget, disisi lain aku takut"

"takut kenapa sayang?"

"apa beneran aku udah siap jadi seorang Ibu?"

Kak Dikta yang lagi menyertir langsung menggenggam tangan gue dengan tangan yang satunya.

"tenang ya, kamu gak sendirian, kita bakalan jalanin semuanya bareng, itu kan anak kita, tanggung jawab kita berdua, tugas kamu sekarang jaga dia baik-baik di tubuh kamu"

"aku takut gak bisa jagain dia di dalem sini" gue sambil memegang perut.

"kamu lupa? Suami kamu itu dokter, aku bakalan siaga, jadi kamu gak usah khawatirin apapun"

".........." gue menghela nafas.

"semangat ya, 7 bulan lagi kita ketemu baby K"

"loh kok baby K?"

"kamu lupa? Aku pernah sebutin nama buat anak kita"

"oalah Keyla? Kaisar?"

"nah semoga aja langsung dua"

"yaampun Kak satu-satu aja, aku takut gak sanggup"

"wkwk iya iya"

"kok lewat sini?"

"kita mampir ke supermarket dulu, beli makanan sehat sama susu buat kamu"

"enaknya punya suami dokter, jadi gak usah pusing searching di google soal makanan"

"ada-ada aja kamu Ay"

------

Setelah berbelanja kebutuhan di supermarket, kita langsung pulang. Ternyata udah rame aja di rumah. Sepertinya mereka kepo?

"wah banyak orang ternyata"

"kita gak sabar denger kabar ekslusif dari kalian"

"jadi gimana Bang?" tanya Kak Jafran dengan wajah penasarannya

"alhamdulillah, Aya hamil"

"yess gue jadi om"

"gue jadi onty" kata Kak Gia

Kemudian disusul oleh Ayah mertua gue "Ayah jadi kakek"

"wah kalo Ayah nambah cucu lagi" kata Ayah

"makasih ya semuanya udah support Aya"

"Dikta jagain anak saya, larang aja kalo dia banyak tingkah"

"iya, Yah"

"Ay kamu beneran masih mau kerja?" tanya Ayah mertua

"iya Yah, aku gak bisa biarin Kak Jafran handle semua sendirian"

"Ay gue gapapa kok, untuk tawaran posisi Wakil Direktur buat lo gak usah pikirin, tapi jujur gue gak bisa percaya orang lain lagi buat handle perusahaan"

"sebenernya Ayah juga gak mau posisi itu diambil orang asing yang bukan keluarga, tapi Ayah juga gak bisa maksain kondisi kamu Ay, yang terpenting sekarang cucu Ayah sehat, kamu nya juga sehat"

"........" gue masih diem, karna Kak Dikta juga berhak atas keputusan ini.

"jadi gimana Ay?" tanya Kak Dikta

"Kak Dikta beneran nanya aku? aku bakalan nurut apapun keputusan Kak Dikta kok"

"sebenernya aku gak pernah larang kamu berkarir apalagi di perusahaan Ayah, tapi disisi lain kamu itu istri aku, dan sekarang kondisinya kamu lagi hamil anak aku"

"Aya tuh kerja bukan karna haus akan pencapaian, tapi karna Aya suka pekerjaan itu, apalagi kerja di perusahaan Ayah, jujur Aya betah banget, tapi suami Aya juga berhak atas keputusan itu"

"aku izinin kamu kerja, bagi aku kebahagiaan kamu lebih utama, tapi......."

"tapi??"

"aku bakalan ambil keputusan tegas kalo emang nantinya membahayakan kamu dan anak kita"

"makasih ya Kak udah ngertiin aku"

"iya Ay sama-sama"

"tenang Bang, di kantor kan ada gue yang ngawasin"

"jagain yang bener ya Jaf awas aja"

"iya Bang, aman"

------

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang