18 - Hari Bersejarah

811 56 15
                                    

Hari ini bakal jadi hari bersejarah. Hari ini gue wisuda dan hari ini juga bakalan jadi hari yang spesial buat gue.

"ayo kita berangkat"

"ayah keluarin mobil dulu ya"

"anak bunda cantik amat sih"

"bundanya juga cantik"

Pas keluar rumah tiba-tiba gue ngeliat ayah lagi ngobrol sama om laksana dan tante dewi, dan gak lama kemudian kak dikta dan kak jafran juga bergabung.

"waduh ini yang mau wisuda cantik sekali" kata om laksana.

"iya anak gadis cantik banget" kata tante dewi.

"makasih om tante"

"selamat akhirnya sah jadi sarjana, sorry kakak gak bisa dateng ke acara wisuda kamu, ada meeting, tapi ini hadiahnya" kata kak jafran sambil memberikan hadiahnya.

"thankyou, btw kok repot-repot"

"itung-itung hadiah wisuda dari atasan ay" katanya.

"selamat ya, semoga gelarnya berkah, semoga cepet nikah juga ya" kata kak dikta.

Gue sedikit tersenyum denger ucapannya "iya thankyou, aamiin"

"loh dik kamu kok gak ngasih hadiah?" kata tante dewi.

"nanti bun nyusul hadiahnya"

"yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang?" tanya ayah.

Akhirnya kita berpamitan. Jujur gue degdegan banget. Sebenernya bukan wisudanya yang bikin degdegan. Tapi janji kak dikta.

Acara wisuda udah beres. Gue, tina dan temen-temen gue yang lain lagi foto-foto. Gue juga udah foto sama ayah dan bunda. Tiba-tiba ada seseorang dengan setelan jas rapih menghampiri gue dan bawa bouquet bunga.

"loh dikta?" ayah kaget.

"halo om tante, maaf ya telat"

"gak kok kak"

"dikta kok gak bilang kalo mau dateng" kata bunda.

"biar kejutan tante"

"yaudah ayo kita ke studio foto"

"sekarang?"

"iya bun sekarang, kita udah booking"

"kita?" tanya ayah.

"iya om, yaudah aya ikut mobil saya boleh kan om?"

"boleh boleh" jawab ayah dengan ekspresi bingungnya.

Di Mobil Ayah

"yah kok mereka kaya akrab gitu"

"iya bun, padahal tadi pagi biasa aja"

"iya, bukannya jafran ya yang deket"

"makanya bun"

"bunda seneng banget liatnya"

"tapi ayah lebih penasaran mereka ada apa"

Di Mobil Kak Dikta

"huft" gue menghela nafas.

"kenapa?"

"nafas aku kak"

"kenapa kamu sakit?"

"ngga kak, saking degdegan liat interaksi kak dikta sama ayah bunda kaya tadi"

"bukannya aku yang seharusnya degdegan?"

"iya juga sih, semangat ya nanti ngomongnya"

"kak kok bawa jas dokter? Hari ini kerja?"

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang