53 - Prioritas

569 24 0
                                    

Dengan nafas nya yang masih tersenggal-senggal, Kak Dikta langsung menanyakan keberadaan gue.

"Jaf gimana? dimana Aya? Kenapa? dimana Jaf?"

"tenang dulu Bang"

"Jaf sebenernya kenapa sih? jelasin ke gue sekarang! Kenapa istri gue bisa gitu?!" tanya nya dengan nada yang sedikit tinggi.

"Bang lo tenang bisa gak?!"

"....."

"gue gatau Aya kenapa, tapi setelah dia balik dari toilet dia bilang perutnya sakit, terus dia tiba-tiba pingsan"

"terus ada pendarahan gak?"

"gak ada Bang"

Tiba-tiba suster itu memanggil "keluarganya Ibu Desya?"

"saya suaminya"

"silahkan masuk"

Kak Dikta masuk dengan terburu-buru.

"dokter Dikta?"

"iya dok dia istri saya, gimana keadaan istri saya?"

"istri anda hampir saja keguguran, untungnya tidak ada pendarahan, sepertinya istri anda kelelahan dan stres ditambah istri anda memiliki riwayat anemia, jadi saya sarankan untuk istirahat total dan tidak memikirkan sesuatu yang berat-berat"

"baik dok, terima kasih"

"untuk 2 hari ke depan sebaiknya dirawat di Rumah Sakit saja, istri anda dan kandungannya harus tetap dipantau, setelah 2 hari membaik maka diperboleh kan pulang dengan catatan tetap harus bedrest"

"oke baik dok"

"kalo begitu saya permisi"

Gue dipindahkan ke ruangan VIP. Tapi gue masih belum sadar.

"Aya dan bayinya gapapa kan Bang?"

"dia hampir keguguran Jaf, tapi untungnya mereka masih bertahan, gue gak kebayang kalo Aya keguguran, gue kecewa banget apalagi dia"

Kak Jafran berusaha menenangkan Kak Dikta. Gak lama kemudian Ayah, Bunda dan Mertua gue dateng. Disaat yang bersamaan gue sadar.

"K-kak" suara gue lemah

"kamu udah sadar? apa yang sakit? perut kamu masih sakit?"

"kenapa kalian semua ada disini?"

"Bunda tadi dikabarin Jafran kalo kamu masuk RS, Bunda kaget banget"

"Aku gapapa kok"

"coba jelasin kenapa Aya bisa pingsan?"

"jadi gini Bun, tadi beres meeting dan makan siang, kita mau pulang, tapi tiba-tiba Aya bilang perutnya sakit terus dia tiba-tiba pingsan" jelas Kak Jafran

"terus sekarang Aya dan bayinya gimana?"

"dokter bilang, Aya harus dirawat 2 hari disini, setelah itu bisa bedrest di rumah"

Kak Dikta menghela nafas sejenak "dokter juga bilang, sebenernya Aya hampir keguguran"

Deg. Gue kaget. Beberapa detik tidak ada yang buka suara.

"maafin Aya" tanpa sadar air mata gue juga ikutan turun

"hey..sayang.. ini bukan salah kamu" Kak Dikta meluk gue.

"tapi gara-gara aku, hampir aja anak kita meninggal Kak"

"gak Ay, justru aku mau bilang makasih karna kalian bisa bertahan"

"iya Ay, bukan salah kamu" kata Bunda

"udah ya jangan dipikirin, kata dokter kamu itu gaboleh stres, nanti bisa kaya gini lagi"

"iya Kak"

"Ay, sorry ya gue ngebebanin pekerjaan ke lo" kata Kak Jafran

"itu udah tugas aku Kak"

"Ay, sebaiknya kamu gak usah kerja ya? Kamu cuti aja, kan ada Jafran, ada sekretaris kalian juga, terus Ayah juga tetep pantau kantor kok selama ini dari rumah, jadi aman, kamu tenang aja" kata Ayah Laksana

"kali ini aku setuju sama Ayah, aku gak mau kamu dan bayi kita kenapa-kenapa, gimana Ay?" tanya Kak Dikta

"kalo ini yang terbaik, Aya bakalan nurut, lagian aku juga gak mau kalo anak kenapa-kenapa"

"makasih ya sayang"

"iya Kak"

"nanti Bunda sama Bunda Dewi bakalan sering ke rumah, biar kamu gak kesepian"

"janji ya? Awas kalo bohong"

"iya Ay iya"

"janji juga kalo Aya dibolehin lagi kerja di kantor Ayah"

"boleh lah, kantor Ayah selalu terbuka buat menantu kesayangan Ayah"

-------

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang