33 - Makna Cincin

597 37 0
                                    

Gue pulang ke rumah dengan wajah yang seolah gak terjadi apa-apa.

"eh anak bunda udah pulang, nanti malem nginep di RS lagi kan?"

"gak bun, aya cape, jadi harus istirahat dirumah"

"loh dikta yang jagain siapa?"

"kak jafran"

"ohh"

-------

Sementara ayah dan bundanya kak dikta datang menjenguk kak dikta di RS.

"wah lagi rame ya"

"ada sella sama tirta ternyata"

"iya om tante"

"ini sella udah berapa bulan kandungannya?"

"sekarang udah 5 bulan tan"

"bentar lagi aku punya cucu dong"

"haha tante bisa aja"

"eh ini aya kemana?"

"i-itu bun, aya pulang dia kecapean"

"ohh gitu, kalian ini calon pengantin malah pada drop, acaranya tinggal menghitung hari loh"

"bunda tenang aja, dikta bakalan cepet sembuh kok"

"tapi dik, kok kamu makin pucat ya?" tanya om laksana

"masa sih? dikta udah enakan padahal" jawabnya bohong.

-------

Keesokan harinya gue berangkat kerja seperti biasa. Pas gue mau berangkat, tiba-tiba di ruang keluarga udah ada tante dewi dan om laksana.

"aya, bunda takut banget pas denger kamu gak enak badan kata jafran, masa iya calon pengantin pada sakit"

"bunda tenang aja, aku gapapa kok"

"kamu mau berangkat kerja?" tanya om laksana.

"iya"

"minggu depan kamu cuti kan? jangan cape-cape ya" tanya nya lagi.

"iya tenang aja yah, sebelum aya cuti, aya harus beresin dulu project ini" gue udah mulai terbiasa memanggil om laksana itu ayah.

"nanti kalo udah jadi istri dikta, kamu kerjanya santai aja"

"loh jangan gitu dong yah, aku harus tetep profesional"

"ayah gak salah pilih calon mantu, kamu itu baik"

"makasih ayah, yaudah kalo gitu aya pamit berangkat kerja ya semuanya"

--------

Di Kantor

"permisi pak ini dokumen yang harus bapak tandatangani" gue menyodorkan map ke meja kak jafran.

"kamu beneran masih marah sama bang dikta? Kamu gak mau dengerin dulu penjelasan dia?" tanya kak jafran

"maaf pak ini masih jam kerja, saya harap tidak ada obrolan pribadi, permisi pak" gue bergegas keluar dari ruangan kak jafran.

"dia beneran marah" kata kak jafran di dalam hati.

-------

Sudah waktunya pulang kerja. Saat gue berjalan menuju lobby. Tiba-tiba ada yang menarik tangan gue.

"ay"

"kak sella?"

"ada yang mau aku omongin ke kamu"

"kalo soal kak dikta aku lagi gak mood kak"

"plis sebentar aja"

Akhirnya gue menuruti apa maunya kak sella. Dia mengajak gue ke parkiran. Dan gak gue sangka di parkiran udah ada kak tirta dan kak jafran.

"kak maksudnya apa ini?"

"maaf ay, kita terpaksa temuin kamu kaya gini" kata kak sella.

"kita bicarain baik-baik"

"apa-apaan sih? Udah aku bilang kalo soal kak dikta aku lagi gak mau bahas"

"mau sampe kapan? Aku tau kita semua salah udah nutupin soal adel, kita minta maaf, tapi kita juga gak mau kalo sampe lo dan dikta gak jadi nikah" kata kak tirta

"sebenernya..... gue juga salah udah marah kaya anak kecil" tanpa disadari gue meneteskan air mata.

"ay ini bukan salah lo, lo berhak marah, gue juga kalo ada diposisi lo pasti marah" kak sella meluk gue.

"mendingan lo sekarang ketemu bang dikta ya? Beresin semuanya" saran kak jafran.

Kita berempat langsung bergegas ke RS untuk menemui kak dikta.

"ay, kamu dateng?" kak dikta langsung memeluk gue

"maafin aku, aku salah, harusnya aku cerita ke kamu lebih awal, aku cuma takut" tanpa disadari kak dikta meneteskan air mata.

"kak kamu tau apa ini?" gue sambil menunjukan cincin yang melingkar di tangan kiri gue.

"asal kamu tau kak, ini bukan sekedar cincin yang dibeli terus dipake, untuk sampe ke tahap ini tuh gak mudah"

"....." kak dikta terdiam.

"tanggung jawab nya pun gak mudah, kita udah terikat, bahkan bukan kita doang, keluarga kita"

"......" dia masih terdiam.

"setiap kali aku ngeliat senyum bahagia kedua orangtua kita, mereka berharap besar ke kita, mereka pengen liat anak-anaknya bisa menikah dan bahagia"

"......." lagi-lagi dia terdiam.

"ketika kita udah terikat, yang akan kecewa bukan kita doang, tapi keluarga kita juga"

"aku gak kepikiran sejauh itu, apa aku masih pantes buat jadi suami kamu?"

"......." gue terdiam.

Keadaan tiba-tiba tegang saat gak ada satupun yang bicara.

"....." gue meluk kak dikta.

"gak ada manusia yang gak pernah buat salah, kita perbaikin sama-sama" kata gue.

Kak dikta mempererat pelukannya "makasih, makasih udah kasih aku kesempatan"

"akhirnya, jadi nih makan enak" kata kak jafran

"ay jangan marah lagi ya, aku takut didinginin kamu di kantor tadi" katanya lagi.

"ya tergantung sih kak"

"selain bisa hajar orang, sifat dinginnya pas lagi marah juga nakutin" kak jafran bergidik.

"merinding" ledek kak tirta

"aku janji bakal kasih tau kalo misalnya ada cewek yang nemuin aku, chat aku, deketin aku, dll" kata kak dikta

"hmm"

"hmm doang?"

" 'iya sayang', gitu dong"

"gak ada sayang-sayangan buat hari ini"

"akutuh lagi sakit, aku sakit gara-gara kepikiran soal ini loh"

"ini udah bisa bercanda, berarti udah sembuh kan?"

"aku sembuh pas kamu maafin aku"

"udah ah aku laper, pulang kerja langsung diculik kesini"

"hari ini gue yang traktir" kata kak tirta

"thankyou tir, sell, jaf, udah peduli sama hubungan gue dan aya"

"namanya juga keluarga dik"

Suasana diruang rawat itupun kembali hangat. Diisi oleh canda tawa seperti biasanya. Gue berharap ada yang bisa dipelajari dari kejadian ini.

-------

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang