25 - Maaf

733 49 0
                                    

"masuk" ajaknya ke dalam mobil.

"iya"

Kak dikta sibuk dengan kotak P3K nya.

"liat mukanya" dia mengecek muka gue yang berantakan.

"bersihin dulu pake tisu basah, ntar aku obatin"

"iya" gue segera menghapus kotoran yang ada di muka gue akibat perkelahian gue dan siska.

"aw"

"pelan-pelan makanya" katanya. "sini aku obatin".

Sembari kak dikta ngobatin luka dan memar yang ada di muka gue, gue perhatiin raut wajahnya. Iya dia marah, dia kecewa dan dia khawatir, seakan raut wajah itu campur aduk.

"kak"

"diem" katanya.

"maaf"

"diem" katanya.

"mana tangannya" dia lanjut mengobati luka ditangan gue yang belum sembuh itu.

"kak kalo misalnya marah sama aku, aku gapapa, tapi jangan sampe hubungan kamu sama mark jadi berubah, dia gak tau apa-apa"

"seakrab apa kamu sama mark? Sampe dibelain terus"

"gak gitu kak"

"kamu tau apa yang paling menyakitkan bagi seorang dokter?" tanyanya. "ngeliat keluarganya terluka" tambahnya.

"ini sakitnya double, sebagai dokter dan sebagai calon suami, aku ngerasa gagal, karna aku gatau apa yang terjadi sama calon istri aku sendiri, pas kamu diculik malem-malem dan dijatuhin ke jurang, sedangkan aku diem dan gatau apa-apa" katanya lagi.

"ini salah aku, aku yang selalu nutupin semua masalah dari orang yang aku sayang, aku pikir Cuma dengan cara nutupin adalah yang terbaik"

"aku emang bukan calon istri yang sempurna buat kak dikta, dan asal kakak tau, kak dikta itu gapernah gagal jadi calon suami aku, kak dikta itu terlalu sempurna buat aku, maaf kalo karna aku kak dikta ngerasa kak dikta gagal, tapi semua masih bisa dirubah kok kak, aku siap apapun keputusan kak dikta" tambah gue.

"kita udah janji kan buat gak saling nutupin apapun itu, mau kabar baik ataupun buruk sekalipun kita harus saling terbuka" katanya.

"maaf"

"........" kak dikta hanya diam dan bergegas menyetir mobil untuk kita pulang. Selama di perjalanan kita saling diam. Gue berharap kalo ini mimpi. Gue gapernah liat kak dikta semarah dan sekecewa itu.

-------

Di Rumah

"akhirnya mereka dateng" kata kak jafran.

Ternyata di ruang keluarga gue bukan Cuma kak jafran, ayah dan bunda gue, tapi ada ayah dan bundanya kak dikta.

apa iya kak dikta bakal batalin pertunangan ini? kak dikta bakal putusin gue?.

"kok kalian juga disini?" tanya kak dikta.

"gue udah ceritain semuanya bang, gue rasa mereka harus tau juga, maaf gue lancang, tapi gue cuma gamau lo ambil keputusan dalam keadaan emosi" kata kak jafran.

"sayang coba ceritain apa yang sebenernya, bunda mau dengerin dari kamu juga" bunda sambil mengelus kepala gue.

"............" gue jelasin semua panjang lebar dimulai dari pas gue diculik, gue kerjasama sama mark, dan gue yang ngehajar siska.

"ayah boleh bicara?"

"boleh yah"

"mungkin ini juga salah ayah dan bunda yang terlalu khawatir sama kamu, sampe-sampe kamu nutupin hal yang menakutkan itu sendirian, kamu nanggung semua itu sendirian, maafin ayah"

CERITA UNTUK DIKTA | DOYOUNG✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang