Selamat membaca, semoga sukaa
~
~
~
~GIS
Istirahat, lapang basket.Saat ini sedang ada latihan tim basket di GIS. Banyak siswa-siswi yang menonton di pinggir lapangan.
"Justin"
"Sam"
"Arkan"
"Raka"Kira-kira seperti itulah teriakan yang terdengar di GIS. Saat pertandingan tengah dimulai, suara alunan piano yang indah terdengar dari ruang musik. Semua orang terdiam sejenak. Karena penasaran, mereka berlarian menuju ruang musik meninggalkan lapangan termasuk para pemain basket. Tak sedikit para pemain basket pun berlari mengikuti yang lain. Hanya Justin dkk yang masih berdiri di lapangan basket.
Justin tak terima kegiatannya terganggu oleh apapun bahkan siapapun termasuk orang tuanya sekalipun.
"Siapa yang berani ganggu latihan gue hah?" Tanya Justin dengan suara yang keras membuat semua orang beralih menatap nya.
"Gue gak suka waktu latihan gue terpotong oleh apapun. Lo tau itu kan?" Tanyanya lagi saat para anggota basket kembali berkumpul di lapangan.
"Udahlah bos. Mereka cuma penasaran. Lagian kita bisa memulai nya lagi" ucap Raka mencoba menenangkan Justin
"Latihannya cukup. Lo semua bubar" ucap Sam tiba-tiba.
Justin berjalan menuju ruang musik dengan emosi diikuti Sam dkk. Suasana yang tadinya dipenuhi bisik-bisik kagum, kini tergantikan suasana hening. Hanya suara piano yang mereka dengar.
Brak
Justin menendang sebuah gitar di ruangan musik dengan keras, membuat orang yang bermain musik itu terhenti.
"Lo lagi Lo lagi. Kenapa sih Lo ganggu ketenangan gue terus hah?" Tanya Justin berteriak
"Bicara sama yang lebih tua itu yang sopan" jawab David tersenyum tipis. Yap dia adalah David.
"Kita cuma beda satu tahun Lo gak usah sok tua bangs*t. Gue gak ngelarang Lo lakuin apapun. Otak Lo dipake, ini ada alat kedap suara. Kenapa Lo gak pake hah" ucap Justin menarik kerah seragam David.
"Lepasin, seragamnya jadi kusut. Susah dibenerin" ucap Davin melepaskan cekalan Justin.
Bugh
Bugh
BughJustin memukul perut David dengan keras, berkali-kali. Tak berhenti sampai situ, Justin memukul wajah David sehingga membuatnya hampir tak sadarkan diri. Kemudian Justin meninggalkan Ruangan musik.
"Ini peringatan terakhir. Jangan ganggu ketenangan dia lagi. Sekali lagi Lo ganggu ketenangan dia, gue gak akan tinggal diam" ucap Sam datar kemudian menutup pintu dengan keras.
"Bawa sepupu Lo ke RS. Biaya urusan gue" ujar Sam saat melihat Panji di luar.
Ruangan Gym
Justin melampiaskan emosinya pada sebuah samsak di ruang gym. Ia memukul samsak itu dengan keras tanpa alat pengaman di tangannya."Justin stop" teriak Sam saat melihat darah segar bercucuran dari tangannya.
Bugh
"Gue bilang stop bangs*t" ucap Sam memukul pipi Justin dengan keras.
"Pergi" ucap Justin datar
"Lo kenapa sih hah. Gak puas Lo mukul dia disana? Kenapa gak Lo habisin aja sekalian. Malah nyakitin diri sendiri. Gak keren" bukannya pergi, Sam justru membantu Justin berdiri dan mengobati luka di tangannya.
"Bawel" ucap Justin datar
"Bodo. Ini ruangan pake cctv, bokap gue lihat mati gue" jawab Sam kesal
"Udah gue cabut kalo Lo lupa" ujar Justin dengan nada sinis.
"B*go. Ruangan ini gak pake cctv, apa yang Lo cabut" jawab Sam masih kesal
"Lagian alasan Lo itu terus. Bilang aja Lo khawatir, gitu aja kok susah" ucap Justin terkekeh
"Iya iya gue khawatir puas Lo?" Tanya Sam dengan kesal.
"Ekhm permisi. Pesanan anda datang tuan muda" ucap Arkan seperti tukang anrar makanan.
"Yeuh gue kira beneran Lo" ucap Justin melempar Arkan dengan handuk kecil.
"Eh tangan Lo kenapa? Lo mukul samsak lagi?" Tanya Raka khawatir
"Tebakan anda benar. Selamat anda mendapatkan 2 juta rupiah di potong pajak" jawab Justin
"Bagaimana perasaan anda setelah menang?" Tanya Arkan mengikuti alur
"Wah tentu saja saya senang. Ini satu impian saya saat saya masih cebong" jawab Raka dengan semangat
"Gila" ucap Sam datar
Justin, Arkan dan Raka yang mendengar umpatan dari Sam tertawa terbahak-bahak.
Jangan lupa vote yaa
Sorry kalau ada typo
KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTIN (Park Jeongwoo) || Tamat✓
FanfictionCerita biasa yang jadi luar biasa Cus baca langsung. Bukan bxb