eps 5

104 14 0
                                    

Air hujan pun ikut membasahi tumpukkan tanah merah yang baru saja di gali, Kania beserta keluarga Zyan berada disana berkabung menyaksikan peristirahatan terakhirnya.

Kania menghapus jejak air matanya yang mengalir tanpa diminta, setitik kesedihan selalu muncul dibenaknya, tak ada siapapun yang mau mendengar teriakan pilu yang ia pendam semalaman, kantung mata yang membengkak menandakan jika dirinya tak berhenti menangis dalam doa.

"Istirahatlah dengan tenang Imam ku, akan aku doakan dalam setiap sujud ku semoga kau bahagia disisi Alloh.." Kania pun menaburkan bunga dan setelah itu ia pun melangkah menjauh hatinya kini masih perlu terobati, Kania bukanlah wanita setegar itu dan ia masih memikirkan hari pernikahannya bersama sang suami.

....

Sedangkan Abdillah mengacak rambutnya kasar, sungguh menyedihkan dirinya di tolak oleh gadis yang ia inginkan, Abdillah menegak alkohol sebanyak mungkin tertawa dan menangis seperti hilang arah kenapa hari ini hatinya sangat sakit melebihi malam itu sungguh dadanya sangat sesak melebihi saat malam ia di tolak oleh Azkia.

Prangg

"Abdillah!!" Teriak Bondan yang baru saja masuk dengan wajah cemasnya sedangkan Abdillah mendorong Bondan tanpa sadar.

"Menjauh lah, tidak ada satu orang pun yang perduli padaku Sialan!!" Teriak Abdillah dengan wajah penuh marah sedangkan Bondan terdiam, kenapa dengan Abdillah, tidak biasanya ia berlaku berontak padanya.

"Apakah terjadi sesuatu??" Tanya Bondan.

"Pergilah!" Tatapan Abdillah membuat Bondan mengerti jika pria itu tengah dalam masalah, segera Bondan pergi membiarkan Abdillah menenangkan pikirannya.

Abdillah tertawa setelah sadar bahwa kalah dengan adiknya yang bahkan belum memiliki apa-apa dan kini dirinya yang harus memahami bahwa keinginannya telah terkubur untuk mendapatkan Azkia.

"Apakah Abdillah ada disini?" Tanya Yance yang baru tiba sedangkan Bondan menghela nafas dan mengangguk.

"Sepertinya putramu sedang mengalami kesulitan, sebaiknya kau berbicara dengannya." Ujar Bondan.

Yance segera masuk ke dalam ruangan yang dulu ia tempati jika dalam keadaan gundah, markas yang sering ia gunakan demi menjadi pelampiasan, kini malah putranya yang menanggung karmanya dimasa lalu.

"Abdillah!!" Namun tak ada respon segera Yance masuk dan menatap putranya yang menatap kosong.

"Kenapa hmm, katakan sesuatu pada Papa, kamu masih mendengar Papa kan??" Abdillah menoleh dan tersenyum sinis.

"Kenapa kau repot kesini, bahkan perduli padaku, anakmu ada di rumah sebaiknya kau datangi dia dan sayangi dia!" Yance menghela nafas.

"Kau pikir Papa akan diam saja melihat salah satu putra Papa begitu kesulitan, Abdillah kamu lebih beruntung dari Papa, bahkan dulu Papa hanya merasakan tinggal selama 9 tahun bersama nenekmu dan kini dia telah tiada kau tau betapa sulit hidup Papa, bahkan kekejaman Kakek mu membekas dalam jiwa ini, tapi setelah menemukan Mama mu yang menerima kekurangan Papa, disitu Papa dengan lantang ingin mengikatnya, Papa mengikatnya dalam pernikahan." Abdillah menengok.

"Papa pernah di tolak Mama?" Tanya Abdillah.

"Ya begitulah, andai Mama mu punya pasangan lebih baik Papa mundur, tapi dia sama sekali tidak menjalin hubungan akhirnya Papa bertekad mendapatkannya, karena Papa lebih baik menghargai keputusannya dari pada memaksa yang mungkin tidak berujung baik." Ucap Yance.

"Bagaimana jika Papa menginginkan Mama lagi dan hasilnya tetap sama?" Tanya Abdillah.

"Dia bukan jodoh Papa, jika memang kami berjodoh maka apapun dan dimana pun kami terpisah kami akan bertemu dalam kisah cinta yang telah Alloh tuliskan." Ucap Yance menatap Abdillah yang nampak mulai  mendapat pencerahan.

"Baiklah Papa, jika memang itu yang Papa katakan." Abdillah segera pergi entah kenapa jiwanya kini masih labil untuk memilih jalan padahal ia sudah dewasa.

...

Di sebuah hotel seorang gadis tengah bersama pemuda yang saling mengenal siapa lagi jika bukan Arkhan dan juga Azkia keduanya nampak sedang menghadiri pesta setelah kelulusan bersama teman-temannya.

"Berikan ini pada pemuda disana!" Salah satu pelayan mengangguk dan segera pergi mendekati Arkhan, Arkhan dengan senang hati menerimanya dan meminum dalam satu tegukkan.

Selang beberapa menit kepalanya sedikit pening ia pun mendekati Azkia, izin untuk ke kamar mandi karena Azkia kasihan sepertinya Arkhan sedang dalam kesulitan akhirnya membantunya.

Sesampainya di kamar mandi Arkhan menatap Azkia begitu dalam membuat Azkia merona namun yang Azkia tidak habis pikir Arkhan menyentuhnya, bibir yang bahkan belum tersentuh membuat Azkia meronta dan mendorong Arkhan dengan kasar walau sulit ia tetap berusaha hingga satu pukulan mendarat di pipi Arkhan.

"Sialan kau!!" Azkia menoleh mendapati Abdillah datang dengan wajah emosi, ia menjadi tidak enak mengingat penolakannya malam itu.

"Kakak..." Lirih Azkia.

"Kamu tidak apa kan?" Tanya Abdillah dan mendapati gelengan dari Azkia, tatapan gadis itu menuju Arkhan yang tergeletak tak sadar kan diri.

"Arkhan!!" Azkia langsung menghampiri Arkhan yang tergeletak dengan wajah babak belur, meminta Abdillah membawanya walau pria itu enggan.

Di dalam mobil Azkia masih mencoba menyadarkan Arkhan namun pemuda itu masih saja memejamkan matanya,air mata Azkia menetes begitu saja, Abdillah mengamati interaksi mereka membuat Abdillah tidak habis pikir kenapa Azkia masih saja perduli padahal dirinya sudah di lecehkan beberapa saat yang lalu.

"Masih saja kau perduli pada bajingan itu?" Tanya Abdillah dengan suara dinginnya.

"Sebelumnya Azkia minta maaf kak sudah menolak kakak tapi bisakah kita menjadi saudara saja, jangan jadikan penolakan itu memecahkan persaudaraan kalian, Azkia tidak suka karena Azkia kalian berubah." Abdillah memutar bola mata malas,entahlah walau dalam lubuk hatinya masih ada rasa sedih melihat adiknya babak belur karena ulahnya.

"Turun!" Azkia pun turun disusul Arkhan yang di gendong oleh Abdillah, Azkia mengekori dari belakang.

Cklek

"Astagfirullah...Arkhan kenapa??" Tanya Raina dengan panik, bagaimana tidak anaknya babak belur dengan kondisi pingsan.

"Dia melecehkan Azkia, untung aku datang dan menghajarnya mungkin dia linglung dan langsung pingsan." Jelas Abdillah.

"Ayo tidurkan di sofa Mama akan bawakan air hangat!" Raina segera berjalan cepat ke arah dapur karena panik.

"Stop!!biar aku." Teriak Yance membuat Raina terdiam ditempat mengamati suaminya yang melakukan hal yang sedang ingin ia kerjakan.

"Biarkan aku yang melakukannya Yance!" Sergah Raina namun di tolak lagi oleh suaminya, Raina hanya menatap kesal pada Yance yang sangat berubah-ubah.

"Diam!kamu sedang hamil jadi jangan mencoba melakukan pekerjaan berat." Mendengar penuturan Yance Abdillah maupun Azkia membulatkan mata.

"Astaga Aunty sedang mengandung???" Tanya Azkia kelewat syok sedangkan Abdillah menyembunyikan keterkejutannya.

"Salahkan Uncle mu, dia selalu merengek ingin punya anak bahkan menangis karena Aunty menolak,ya akhirnya jadi begini." Jelas Raina membuat Azkia tertawa mendengarnya.

"Jangan tertawa!" Suara tegas Yance membuat Azkia bungkam dalam sekejap.

"Mama kenapa bisa hamil sih,umur Mama udah tua harusnya punya cucu bukan anak hadeuhh..." Abdillah sebenarnya khawatir apalagi melihat usia Mama nya yang sudah tidak muda lagi.

"Kamu yang gak cepet nikah kasih Mama kamu cucu, sekarang siapa yang salah?" Pertanyaan Yance itu malah membuat Abdillah yang sekarang bungkam.

"Sudahlah kita harus menyadarkan adikmu dulu!" Abdillah mengangguk membantu Yance mengurus sang adik.

TBC.

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang