"Kamu tau kan apa pekerjaan Ayahmu?" Kania mengangguk.
"Kemarin Ayahmu betugas dan ternyata musuh dari Ayahmu cukup cerdik, ia mengetahui dimana keberadaan Ayahmu, saat itu Ayahmu hendak pergi ke negara N, namun musuhnya segera menyerang saat itu kebetulan paman sedang bertugas sehingga tepat waktu menyelamatkannya." Kania menghela nafas.
"Kenapa bisa para musuh tau, bukankah saat Ayah dan Kak Abdi kesana mereka baik-baik saja?" Tanya Kania.
"Entahlah nak, semua hanya ada ditangan sang kuasa, manusia bisa apa, sekarang berdoalah semoga Ayahmu baik-baik saja." Kania mengangguk.
Tak lama datanglah seorang dokter ia pun menyampaikan apa yang terjadi. "Maaf keluarga pasien?" Ujarnya.
"Ya kami dok, saya saudaranya." Ucap Yance dengan wajah khawatir.
"Begini karena cedera pada dadanya mengakibatkan ia mengalami kelumpuhan syaraf pada pita suaranya pasien akan mengalami kebisuan total sehingga tidak bisa lagi berbicara, kabar lainnya karena kaki beliau yang terlindas oleh roda mobil membuatnya patah tulang dan mengalami kelumpuhan total kami tidak bisa menyelamatkan kedua kakinya." Mendengar kabar itu Yance yang emosi menarik kerah dokter.
"Bagaimana bisa HAH, kau dokter macam apa menangani pasien sebegitu bodohnya!" Teriak Yance yang tidak terima.
Abdillah langsung melerai. "Sadarlah Papa, dokter sudah bekerja semaksimal mungkin, ini takdir Alloh!" Teriak Abdillah menyadarkan.
"Istighfar sayang, jangan menyalahkan sebuah takdir bukankah dokter sudah melakukan pekerjaannya mungkin ini ujian yang harus diterima Bondan!" Yance menghela nafas dan meminta maaf atas kelakuannya.
"Tapi dok, apakah Ayah saya tidak mengalami hal lain?" Tanya Kania dengan air mata yang sudah turun.
"Keadaan beliau cukup parah karena banyak kelumpuhan yang di alaminya hingga kini beliau masih kritis jadi berdoa semoga beliau segera sadar." Kania mengangguk.
Kania terduduk di kursi nampak badannya lemas mendengar kabar sedih itu, Kania menunduk Abdillah pun melihat itu menghampiri Kania dan memberikan kekuatan agar gadis itu tidak sedih karena ujian ini.
"Alloh pasti memberi jalannya kenapa manusia diberikan hal ini, Semua ada sebab dan akibat entah hal positif atau negatif." Kania menoleh mendapati Abdillah yang tersenyum tulus, dan ini hal pertama baginya.
"Aku tau Kak, manusia tidak luput dari ujian, semoga ujian ini kunci dimana kita berkumpul bersama orang Soleh, terimakasih selama ini kakak udah menjaga Ayah saat Kania belum sekalipun bertemu beliau." Abdillah mengangguk, ia menyodorkan air mineral.
Kania yang memang haus segera meneguknya, Abdillah membulatkan mata dan segera mengambilnya, membuat Kania hampir menyemburkan airnya.
"Astagfirullah maafkan aku Kania." Kania mengangguk walau ia sedikit terbatuk. "Ada apa Kak?" Abdillah nampak memalingkan wajah.
"Itu...botol bekas ku maafkan aku sampai lupa." Kania membulatkan mata sedangkan Abdillah hanya menggaruk tengkuk karena merasa bersalah sekaligus malu.
Raina yang melihat itu tertawa geli, bagaimana bisa mereka sekonyol itu, tapi Raina bahagia jika kini putranya sudah memiliki gadis yang tepat ia sudah senang tanpa di Bayangi putranya, Raina mendekat kearah Kania.
"Kania..." Kania menoleh.
"Ya Bu?" Tanya Kania.
"Panggil Mama saja, kebetulan saya dan Ayahmu sudah mengenal lama." Kania mengangguk.
"Ada apa Ma?" Raina tersenyum lembut, sosok ke ibuan yang diberinya membuat Kania merindukan sosok Dinda.
"Tinggallah dengan Mama nak, kita belum tau kapan Ayah kamu bangun, disini suami Mama yang akan menunggu bersama Abdillah sudah malam sebaiknya kita pulang." Kania menatap Yance.
"Benar apa kata istriku, pulang lah kalian, jika ada kabar lebih lanjut Papa akan mengabarinya." Kania menatap Abdillah.
"Percayakan apapun pada ibunda ratu." Raina menatap jengah sang putra bisa-bisa nya bercanda dalam keadaan serius seperti sekarang.
"Maaf merepotkan Papa dan Kakak." Ucap Kania.
...
Seseorang tertawa mendengar kabar itu,dimana musuhnya selama ini sedang dalam keadaan lemah,siapa suruh mengganggu kebahagiaannya.
"Apa yang kau laporkan selain itu Max?" Tanya pria yang menutup wajahnya dengan topeng.
"Anak Bondan sudah ikut kesana,dia ada di lingkungan pengawasan Yance Ojasvee kemungkinan kita sulit menculiknya." Ucapnya.
"Baiklah ternyata keberuntungan berpihak padanya, kalau begitu jalankan rencana B, kau tau bukan maksudku?" Max mengangguk.
...
Raina kini tengah berselonjor di sofa entahlah ia akhir-akhir ini sangat cepat letih, memang mungkin karena bawaan bayi walau baru beberapa bulan tetap saja itu berpengaruh.
"Mama kenapa?" Tanya Kania.
"Kaki Mama pegal nak, entahlah mungkin bawaan debay." Kania terkejut pasalnya ia tidak tau jika wanita di depannya tengah mengandung, ia pikir Arkhan adalah anak terakhir.
Kania pun langsung duduk dibawah Kaki Raina dan memijatnya lembut. "Eh tidak perlu nak, Mama hanya.." Kania menggeleng.
"Kania pikir saat Ibu dulu mengandung Kania seperti ini, bahkan Ibu sendirian tidak ditemani Ibu pernah bilang saat mengandung Kania sangatlah sulit karena Kania suka sekali rujak sehingga Ibu selalu terbangun untuk membuat nya." Raina tersenyum.
"Allah SWT memberikan ujian itu ingin melatih kebiasaan kita agar belajar bersabar. Logikanya, dengan seringnya datang ujian meski awalnya sulit, namun karena sudah terbiasa maka seiring berjalannya waktu, kesulitan itu akan sirna, Mama tau kamu dan Ibumu pasti sulit, tapi kebahagiaan akan selalu datang setelah kesedihan." Kania tersenyum dan setuju.
"Kania." Kania menoleh.
"Jika suatu saat Mama tidak bersama putra Mama, bisakah kamu menjaga mereka?" Kania nampak bingung dengan arah pembicaraan Raina.
"Maksud Mama apa, bukankah kalian akan bersama sampai Mama benar-benar bahagia?" Tanya Kania.
"Nak, di dunia ini hanya sementara, sedangkan akhirat menunggu kita begini, tidak asing bagi kita mendengar dunia ini fana, tapi memang itulah kebenarannya disini manusia di uji seberapa besar kesabaran mereka dalam melewati tantangan, ada bahagia sedih emosi dan segalanya Alloh menciptakan kita hanya untuk tunduk patuh akan perintahnya, jadi Mama tidak mungkin selamanya menatap kebahagiaan anak Mama." Kania setuju, itu memang benar adanya,karena ia juga merasakannya.
"Apa kamu bersedia, jika memang Alloh takdirkan Mama seperti itu, apa kamu ridho?" Kania menghela nafas dan mengangguk pelan.
"Insyaallah Ma, doakan saja yang terbaik untuk kita semua, Alloh tau hal terbaik bagi hambanya." Raina mengelus lembut kepala Kania.
"Mama berharap anak Mama ini namanya islami memiliki arti yang indah siapapun yang menamainya nanti semoga itu yang terbaik, Kania..."Raina tersenyum sambil mengelus perut buncitnya dan memeluk Kania dengan erat.
"Jangan kecewakan Mama, pertemukan Mama dan Ibu mu jika suatu saat kita berada di tempat yang sama." Entah kenapa namun tetesan air mata menggenang di pelupuk mata Kania.
"Mama disini sudah lama bukan, bagimana jika Kania membuatkan Mama makanan Indonesia contohnya kue kering?" Raina nampak senang,itu makanan kesukaannya saat lebaran dengan semangat Raina mengangguk bak anak kecil.
Malam itu Kania dan Raina menghabiskan waktu untuk membuat kue dan menghabiskannya dengan canda dan tawa orang yang melihatnya akan melihat betapa bahagianya mereka saat itu.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIND YOU 2 (END)
RomansaCinta segitiga antara saudara tidak sekandung mengakibatkan perpecahan antara keduanya Abdillah Ojasvee anak yang di buang dan di angkat menjadi anak oleh Yance tanpa diketahui menyukai Azkia Gideon yaitu anak dari Calista dan Daeshim permasalahan a...