eps 7

81 13 0
                                    

Abdillah kini tengah berkutat dengan laptopnya, tugas dari perusahaan membuatnya sibuk.

Tok

Tok

"Tuan ini berkas pengajuan untuk beberapa persyaratan pembangunan hotel." Ucap sekertaris Abdillah dan segera Abdillah mengangguk.

"Apa jadwalku sekarang?" Tanya Abdillah tanpa menoleh.

"Tidak ada tuan, tetapi setelah makan siang anda ada pertemuan dengan tuan Ronald." Ucap sekertaris nya menyelipkan rambut panjangnya.

"Hmm, pergilah!" Sekertaris Abdillah sangatlah sexy membuat ia sangat percaya diri dengan penampilannya, melihat wanita itu belum keluar.

"Apakah tuan perlu teman makan siang?" Tanya sang sekertaris.

"Apakah aku Sudi makan dengan nenek sihir, aku takut makananku di guna-guna, sekarang pergilah!" Abdillah menatap tajam membuat wanita itu ketakutan dan keluar.

....

Kini Kania telah selesai jam pelajarannya dan ia berniat ke kantin, disana ia melihat orang yang dikenal, segera Kania mendekatinya.

"Assalamualaikum Arkhan." Arkhan mendongkak dan tersenyum ternyata yang menyapanya adalah gadis yang dikenalnya.

"Waalaikumsalam Kania, ayo duduk!" Kania mengangguk dan ia pun duduk berhadapan dengan Arkhan, ia membuka laptopnya karena ada beberapa materi yang belum ia catat.

"Apakah kau sibuk??" Kania menoleh dan mengangguk. "Sepertinya akan banyak tantangan untuk kedepannya, kita sebagai mahasiswa bisa apa?" Arkhan setuju karena diapun sama.

"Semoga kita lulus dengan nilai terbaik." Kania mengaminkan dan Arkhan menyodorkan sebotol air membuat Kania menatap bingung. "Kau pasti lelah dengan tugasmu sebaiknya minum dulu agar otaknya berjalan." Ucap Arkhan.

"Hihi, kamu ini pintar bercanda juga, mana ada otak tetap berjalan. "Arkhan tersenyum, ia baru sadar jika perkataannya salah.

"Agar pembelajaran mu semakin bersemangat hehe..." Ia menggaruk tengkuk yang tak gatal, sedangkan Kania tertawa ringan dan meneruskan pekerjaannya.

"Ouh ya apa kau sendiri?" Tanya Arkhan.

"Tidak." Kania menutup mulutnya ia keceplosan berbahasa negaranya, Arkhan terkekeh. "Kau dari negara Indonesia, rupanya Mama ku punya saudara dari sana." Kania yang tidak mengerti akhirnya dijelaskan oleh Arkhan.

"Mama orang Indonesia, menikah dengan Papa orang Kolombia dan jadi orang sana, jika Mama bertemu denganmu Mama akan senang." Jelas Arkhan.

Tak disangka seseorang dari sana menatap kecewa dengan interaksi mereka yang sebenarnya tidaklah penting, siapa lagi jika bukan Azkia, gadis itu berjalan mendekat.

"Hai lagi bicara apa nih??" Azkia segera duduk di sebelah Arkhan sambil menyisikan tas miliknya.

"Ini, Kania ternyata orang Indonesia loh.." Azkia terkejut.

"Ouh ya, tapi kenapa wajahnya bule-bule gitu ya,mana cantik lagi." Goda Azkia sedangkan Kania tertawa kecil. "Mungkin keturunan Ayah tapi ya begitulah..." Jawab Kania acuh tak acuh, Azkia melihat Arkhan yang nampak memperhatikan Kania.

Tak berlangsung lama datang seorang pria tampan yang entah siapa, pria itu duduk di sebelah Kania. "Hai boleh gabung gak?" Azkia mengangguk.

"Kalian baru juga kan disini, perkenalkan namaku Bryce Oxford mungkin satu tingkat dari kalian, jurusan bisnis dan manajemen." Ucap Bryce membuat Arkhan antusias karena dirinya pun mengambil jurusan yang sama.

"Kita sama, bisakah aku memanggilmu Kakak?" Bryce mengangguk ia tidak keberatan karena memang usianya lebih tua.

"Siapa ini?" Tunjuk nya pada Azkia.

"Hallo kak namaku Azkia Gideon teman Arkhan." Ucap Azkia dengan senyum manisnya dan berjabat tangan dengan Bryce, Bryce menduga jika mereka adalah kekasih bukan sekedar teman, matanya tertuju pada gadis berhijab yang tidak ikut andil dalam percakapan mereka.

"Lalu siapa ini?" Tanya Bryce sambil menyenggol, Kania langsung menjauh.

"Maaf sebelumnya Kak, lebih baik kakak tidak terlalu dekat dengan saya, karena tidak semua gadis bisa disentuh seenaknya oleh lelaki. "Bryce menatap bingung." Apa menurutmu aku menjijikan?" Tanya Bryce kecewa.

"Sebagai muslim yang taat saya memiliki alasan mengapa tidak boleh bersentuhan secara langsung, agama anda boleh berpikir itu hal biasa tetapi dalam agama saya kehormatan wanita lebih di kedepankan sebagai penjagaan diri, bukan bermaksud menganggap kakak menjijikan." Jelas Kania dengan suara teduh.

"Tapi aku tidak berniat melecehkan mu." Ucap Bryce merasa bersalah.

Arkhan melihat perdebatan itu menghela nafas. "Begini kak, dalam ajaran agama kami yang bukan mahramnya tidak boleh bersentuhan maksudnya orang yang bukan salah satu syarat seperti misal yang boleh menyentuhnya hanyalah suaminya ayahnya kerabat ayahnya dan kakeknya, selebihnya ia tidak berhak disentuh, dan kakak bukan salah satu bagian keluarganya maka dia menjauh agar tidak menimbulkan fitnah orang lain." Bryce mengangguk.

"Ouh kalau begitu maafkan atas ketidak tau an ku tapi bisakah kita tetap berteman, bicara informal saja?" Kania mengangguk. "Berteman boleh saja, semoga tali silaturahim ini tetap berjalan, kenalkan namaku Kania Laurena kak." Ucap Kania mengatupkan tangannya.

"Baiklah ternyata aku memiliki adik yang bukan asli orang sini, kalau begitu salam kenal sepertinya kakak ada kelas sekarang, kalau begitu sampai ketemu kembali." Ucap Bryce berpamitan dan pergi.

"Ah benar juga sepertinya aku pun ada kelas, aku duluan Kania... Azkia.." Kania maupun Azkia mengangguk akhirnya mereka tinggal berdua.

"Kania!!" Kania menatap Azkia yang memanggilnya.

"Ya??" Tanya Kania.

"Menurutmu Arkhan seperti apa??" Tanya Azkia penasaran, jika Kania menyukai Arkhan lebih baik Azkia akan terus terang lebih awal agar Kania menjaga jarak.

"Arkhan??" Azkia mengangguk namun tak lama jam masuknya telah tiba, Kania segera izin ke kelasnya membuat Azkia kecewa karena belum mendapat jawaban. "Huh, nanti saja lagi deh.." Azkia segera berjalan untuk melewati taman sekolah.

Di ujung sana seorang pria tersenyum seringai menatap Azkia, entah apa yang di maksudnya bersembunyi di antara pepohonan.

....

Kini Kania sudah berjalan pulang namun ternyata tidak ada kendaraan sama sekali membuat nya harus rela menunggu sampai ada bus lewat,sampai seseorang mendekatinya.

"Belum pulang??" Kania menoleh mendapati Arkhan yang sendirian.

"Azkia mana??" Tanya Kania.

"Dia bilang belum selesai jamnya mungkin 20 menit lagi, ouh ya tadi apa jawaban nya??" Tanya Arkhan penasaran,Kania menggelengkan kepala.

"Belum ada kendaraan lewat." Ujar Kania sedikit khawatir jika sampai tidak menemukan kendaraan satu pun, Arkhan mengerti dan mengajak Kania untuk pulang bersama.

"Bagaimana jika aku mengantar pulang, sambil menunggu Azkia selesai jam pelajarannya?" Kania nampak berpikir. "Tidak perlu Ar, mungkin saat kau mengantarku Azkia akan mencari mu." Arkhan tersenyum dan menggeleng. "Percayalah aku hanya akan mengantar mu, untuk menolong." Kania akhirnya mengangguk pasrah walau dalam benaknya ada yang mengganjal.

Di perjalanan terlihat mobil yang mengantri panjang karena pohon besar yang jatuh tepat di tengah jalan. "Pantas tidak ada bus lewat ternyata pohon ini yang menghambat, biarkan aku membereskannya dulu Ka." Kania mengangguk.

Arkhan turun dan menolong beberapa orang yang bergotong royong menyingkirkan pepohonan yang jatuh itu,setelah beberapa menit akhirnya kendaraan kembali berjalan. "Biar aku naik bus saja Ar, Azkia pasti menunggu." Arkhan menggeleng. "Tidak baik setengah-setengah, lagian pasti rumahmu tidak jauh kan?" Kania mengangguk kembali.

Beberapa menit kemudian mereka sampai. "Ini rumahmu Ka??" Kania mengangguk.

"Wah di depan ada apartemen kan,itu tempat tinggal ku dan Azkia, kapan-kapan kau bisa kesana kamar Azkia nomor 180 dan aku depannya." Kania mengangguk.

"Terimakasih atas tumpangannya Ar, cepatlah jemput Azkia dia sudah menunggu pastinya." Arkhan mengangguk dan segera pergi. "Assalamu'alaikum Ka." Ucap Arkhan.

"Waalaikumsalam Ar." Ucap Kania.

TBC.

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang