END

176 7 1
                                    

"Hey kedua pengantin hilang!" Teriak salah satu orang disana.

"Mana bisa, baru saja sejam yang lalu akad selesai?" Ucap tamu yang kebingungan karena baru menyadarinya juga.

"Sudah aku katakan pada kalian untuk menutup gerbangnya dengan pengawasan ketat kenapa bisa seceroboh ini?" Ucap Azkia yang memarahi para bawahannya.

"Tapi..." Belum sempat menjelaskan sebuah pesan masuk.

Kak Abdillah
Jangan khawatir aku menculik pengantin wanitanya untuk seharian, kalian nikmati saja jamuan nya semua aman.

Azkia menghela nafas setelah mengetahui nya.

"Hey dimana kakak kenapa mereka tidak ada?" Tanya Arkhan sambil membawa Aisyah dalam gendongannya.

"Mereka tidak di culik, tapi kabur sendiri sudahlah jangan di pikirkan mereka sedang menikmati hari berdua." Ucap Azkia.

"Eh kamu mau kemana, Aisyah menangis aku tidak mengerti cara menenangkannya." Ucap Arkhan.

"Jika kamu tidak bisa bagaimana denganku, hanya Kania yang mengerti haisshh Ar aku harus pergi, ada sesuatu hal yang mendesak maafkan aku." Azkia segera pergi meninggalkan acara begitu saja.

"Sebenarnya apa yang membuatmu berubah Kia, apakah kematian keluarga mu?" Gumam Arkhan, ia segera membawa Aisyah pergi jalan-jalan.

...

Sedangkan dua pengantin itu tengah menikmati hari di sebuah pantai dengan masih berbalut pakaian pengantin mereka, Kania bahagia bisa merasakan kebebasan itu.

Sebuah tangan melingkar dibelakangnya, kecupan manis mendarat di bahunya membuat Kania merasa nyaman, siapa lagi jika bukan suaminya, orang yang selama ini ia tunggu.

Sejak kematian suami pertamanya Kania sebenarnya masih trauma untuk mengikat tali pernikahan tetapi setelah melihat semua pengorbanan sosok Abdillah yang berbeda dengan suami pertamanya membuat ia berpikir dua kali, Zyan adalah sosok lembut dan mampu membuatnya terkesan sedangkan suaminya yang sekarang sosok yang tangguh yang bisa mencuri hatinya.

Sosok Zyan tetaplah ada di dalam hatinya, tetapi dimasa kini dan masa depan sosok Abdillah akan tercantum dalam jiwa dan raganya.

"Melamun kan pernikahan mu yang dulu?" Tanya Abdillah menyenderkan kepalanya di bahu mungil sang istri.

"Iya, dulu aku sempat beranggapan akan hidup dengan kak Zyan tapi tidak, ternyata Alloh belum memberikan jodoh yang tepat, Kak Zyan memang pemuda yang aku cintai tapi bukan jodoh hidupku dan jodohku baru aku temukan sekarang." Abdillah yang mendengarnya seketika senang.

"Aku tidak menyalahkan takdir bahkan aku bahagia bisa memilikimu, aku bersyukur Alloh memberikanku kesempatan menjadi pendamping mahkluk nya yang seperti bidadari ini." Kania menyikut lembut perut suaminya.

"Ouchh geli sayang." Bukannya kesakitan malah Arkhan kegelian membuat keduanya tertawa bahagia.

"Suamiku, aku ingin jujur sebenarnya aku belum mencintai kamu..." Abdillah melepas pelukannya memutar tubuh Kania, menangkup kedua pipinya.

"Cinta datang karena terbiasa, cinta datang tanpa di paksa, cinta datang dari Alloh dan untuk kita, mau kamu sudah cinta atau belum aku yakin karena kita jodoh cinta itu akan muncul." Kania tersenyum.

"Aku belum menjelaskan sampai selesai maksud ku aku belum mencintai kamu saat kita belum menikah, tapi saat kamu memintaku pada kakek ku hati ini berdesir dan menjawab segala, AKU MENCINTAI KAMU KARENA ALLOH." Seketika hening mendera hanya semilir angin yang terasa.

"Kania....AKU BAHAGIA!!" Teriak Abdillah langsung membawa Kania dalam gendongannya dan membawanya berputar membuat momen mereka begitu romantis, jika dilihat oleh orang lain tapi sayang pantai dalam keadaan sepi sehingga hanya mereka dan Alloh yang tau.

"Yaalloh kak, aku lupa Aisyah!!" Abdillah pun mencubit gemas pipi sang istri.

"Jangan panggil Kakak terkesan aku kakak kamu, panggil suamiku oke!" Kania mengangguk polos,membuat Abdillah gemas sendiri.

"Kamu tenang aja Arkhan ada disana dengan beberapa maid kemungkinan ia tidak repot, hari ini sampai sore nanti kita akan menikmati momen berdua saja sebelum pada aktivitas yang lain, jadi kamu harus tau kalau suami mu ini suka suasana tenang." Kania mencebik, bisa-bisanya pria itu begitu santai.

"Apa kamu haus??" Tanya Abdillah.

"Sepertinya buah kelapa bagus untuk tenggorokan." Abdillah segera berlari mencari pohon kelapa, setelah melihatnya ia hendak memanjat.

"Suamiku, mau apa kamu?" Tanya Kania.

"Tentu saja mengabulkan permintaan istriku yang cantik." Kania menggeleng tidak setuju, benarkah Abdillah akan memanjat pohon itu, sangat mengerikan jika dilihat.

"Tidak suamiku, kita bisa beli di tempatnya tidak perlu memanjat, bahaya tau!" Pinta Kania.

"Kamu tenang saja, suami mu ini sudah terbiasa melakukannya bahkan kamu bisa mencium ku jika aku berhasil, aku ingin membuktikan kalau aku suami siap siaga." Kania menghela nafas dan hanya mengikuti perkataan Abdillah.

Setelah berhasil menjatuhkan satu buah Abdillah dengan semangatnya turun tapi kakinya tergelincir hingga terjatuh ke pasir, Kania yang panik segera menghampiri.

Bughh

"Arghh pinggangku." Teriak Abdillah kesakitan.

"Tuh kan, apa aku bilang ngeyel sih kayak bocah kan udah encok bisa apa coba? harus ke tukang urut!" Cerocos Kania.

Kania pergi meninggalkan sang suami begitu saja, Abdillah yang ditinggalkan merasa memprihatinkan, jika ada Arkhan mungkin mukanya sudah hilang ditelan bumi.

Tak berlangsung lama sang istri datang dengan seorang pria tua dan mendekatinya, dengan perlahan pria tua itu membaringkan Abdillah dalam posisi telungkup mengurut punggungnya dan terdengar suara.

Trakk

"Arhhggg sakit!!" Teriak Abdillah sedangkan Kania menatap miris dengan geraman sang suami, Kania pun mengecup dan mengelus surai suaminya dengan lembut membuat Abdillah yang teriak kini terdiam.

"Suamiku kan kuat, bahkan jatuh saja tidak bergerak lagi,jadi sekarang tahan sedikit lagi ya." Abdillah masih terpaku pada wajah khawatir istrinya, jadi memikirkan lebih baik sering sakit saja agar diperlakukan manis ah ia menjadi kepikiran.

Trakk

Dan bunyi kedua menandakan sudah selesai. "Sepertinya jangan melakukan kegiatan apapun selama 2 hari lukanya cukup parah, baring kan saja dengan selalu di olesi obat ini." Ucap pria tua itu.

"Ah terimakasih pak." Ucap Kania.

"Tuh denger kan suamiku,karena kesalahan kamu sendiri jadi sakit kan aku bukannya mau menyepelekan kamu, tapi aku mau yang terbaik buat kamu!" Abdillah malah tersenyum dengan tampang tidak berdosa.

"Kalau tiap hari sakit tapi di manjain mana nolak." Ucap Abdillah dengan senyum ciri khas anak kecil yang bahagia.

"Ouh ya, beneran mau sakit aja terus malam penggantinya gak jadi yaudah deh syukur aku gak perlu memikirkan apapun!" Kania segera berdiri meninggalkan suaminya yang memanggil namanya.

"Aish aku sampai lupa malam pengantinku sendiri, aduh mana tidak boleh ada kegiatan dulu Ya Alloh nasibku yang satu ini sungguh menyedihkan." Ujar nya.

Abdillah segera menyusul Kania dengan pinggang yang masih ngilu, tak lama sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan tangannya yang di sangga bahu mungil sang istri.

"Gak tega liat suamiku kaya kakek usia 100 tahun." Goda Kania.

"Hey awas ya kamu, dosa ngatain suami!" Kesal Abdillah.

Cupp

Satu kecupan mendarat di bibir sang suami untuk yang pertama kalinya. "Jangan marah, aku bercanda." Ucap Kania tertawa geli melihat reaksi suaminya.

"Kamu...ah suamimu makin cinta sayang." Ucap Abdillah manja.

"Istrimu jauh mencintaimu karena suamiku kelewat tampan." Mendengar itu Abdillah merasa pipinya memanas andai saja ia tidak sedang sakit sudah pasti ia membawa istrinya pergi menikmati hari berdua dengan khidmat.

Tamat

Series 2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang