Malam ini Bondan beserta bawahannya sedang mengadakan rapat yang memang sangat privasi, hanya terdapat empat orang yang diantaranya Abdillah Bondan dan dua orang kepercayaannya.
Mereka tengah duduk saling melingkar, sedangkan Abdillah duduk di sebelah Bondan yang nampak sedang menyiapkan strategi melumpuhkan musuh yang berani masuk kedalam kandang mereka.
"Yang paman tau bahwa ini adalah pekerjaan Silvermoon, namun paman tidak bisa berkata 'ya' karena pada pantauan yang sampai kini ditelusuri ada salah satu bukti yang menunjukkan lambang ice mungkin saja ini pekerjaan Ex-Ice organisasi mereka terlalu lemah untuk melawan sendirian maka dari itu paman berasumsi jika Ex-Ice bekerja sama dengan Silvermoon untuk meruntuhkan markas kita di sini!" Jelas Bondan, Abdillah memijit kepalanya sebentar.
"Jika memang begitu, memang dari awal mencurigakan, paman tau saat Abdi baru saja akan pulang para anggota Silvermoon hendak mencelakai Abdi, paman tau bahkan mereka tidak akan diam begitu saja, tidak lama kabar markas kita dirusak sangat kontras dengan kejadian itu, bisa saja Silvermoon ikut andil dan Ex-Ice adalah salah satu kambing hitam yang mereka gunakan." Bondan setuju dengan pemikiran keponakannya.
"Bagus, artinya kita sudah tau dalang dibalik semua ini, lalu bisakah kau jadikan anggota Ex-Ice sebagai bagian dari kita?" Tanya Bondan.
"Maksud paman, mereka salah satu orang yang hendak merusak, kenapa kita harus mengajak mereka dalam satu bagian?" Tanya Abdillah kebingungan.
"Yang jelas teman dari musuh lebih menyenangkan dari pada musuh dalam selimut, kau tau Abdi sudah hampir 20 tahun paman dalam organisasi gelap ini, dan paman tau hal yang pantas mereka semua dapatkan karena merugikan pekerjaan kita." Ucap Bondan, Abdillah menimang pendapat pamannya saat di pikir ia kembali mengangguk.
Setelah selesai berdiskusi Abdillah datang keruang kerja pamannya yang hening, hanya cahaya lampu temaram menemani pamannya, ia melangkah mendekat.
"Paman, bolehkah meminta waktunya sebentar?" Tanya Abdillah, membuat Bondan terkekeh.
"Biasanya kau langsung to the point, pasti ini masalah pribadi?" Abdillah mengangguk.
"Ayo duduk, katakan apa yang ingin kamu sampaikan!" Abdillah menghela nafas.
"Saat di bandara, Abdi tidak bersama paman Abdi saat itu menunggu coffe disebuah cafe mini tidak lama Abdi didatangi seorang gadis.." Bondan menoleh.
"Gadis? apakah maksudmu meminta paman menjodohkan mu?" Abdi tentu menolak mentah bagaimana mungkin ia ada pemikiran kesana.
"Ayolah Abdi usiamu sudah matang untuk menikah, tapi baiklah kita skip dulu, jadi gadis apa yang kamu hendak bicarakan?" Tanya Bondan.
"D-ia menanyakan paman, setelah itu dia memberikan nomor telepon nya pada Abdi agar paman menghubunginya." Ucap Abdillah menyodorkan kertas itu.
Bondan mengambilnya ia membulatkan mata, nomor orang Indonesia kenapa ada bersama gadis itu.
"Siapa namanya?" Tanya Bondan.
"Entahlah paman aku tidak begitu tertarik berkenalan, dia hanya memintaku memberikan nomor ponselnya, tapi bisa saja dia mata-mata karena kepalanya memakai jilbab seperti Mama." Bondan kembali menoleh.
"Jilbab,Bagaimana cirinya?" Tanya Bondan.
"Dia sangat pendek dariku mungkin saja tingginya 160, wajahnya blasteran eumm..mirip...kenapa wajahnya nampak pernah Abdi lihat ah pokoknya dia tidak biasa saja menurut Abdi, juga ia nampak kenal dengan Azkia dan Arkhan." Ucap Abdillah mendapat tawa dari Bondan.
"Kau begitu jujur, baiklah terimakasih paman akan menghubungi nya nanti dan mencari tahunya." Abdillah segera pamit keluar setelah member informasi itu.
...
"Bagaimana suasana disana, aku jadi kangen kampung halaman." Ucap Kania sambil mengambil sepotong daging di piringnya.
"Tentu saja menyenangkan, keluarga kami begitu rindu dan jelas kami pun rindu tempat kami, kau tau Ka, aku dan Arkhan jalan-jalan sebelum satu hari pulang." Ujar Azkia.
"Hwaa...kalian licik sekali, aku mana bisa pulang kampung karena disini pun aku mengandalkan uang saku beasiswa, dan bekerja di toko." Ucap Kania.
"Kau yakin? sangat hebat kami saja selalu di transfer oleh orang tua kami." Ucap Azkia.
"Ya aku kan memang tidak sekaya kalian." Ucap Kania.
"Mau kaya atau miskin kita tetap sama di mata Alloh, jadi tidak baik jika kamu merendah seperti itu, walau kenyataan memang begitu tapi kita tetap layak untuk setara, kamu bisa mengatakan sesuatu jika kekurangan apapun, aku dan Azkia akan selalu membantu." Ucap Arkhan, Azkia mengangguk setuju.
"Ah kalian memang teman yang baik, mana bisa aku tidak nyaman jika begitu aku membohongi diriku sendiri, terimakasih Kia, Ar kalian teman baikku." Ucap Kania.
Melihat jam pukul 8 malam akhirnya Azkia dan Arkhan pamit undur diri mereka pun masih harus packing barang-barang mereka sebelum tidur dan besok kuliah.
Sepeninggal sahabatnya dering ponsel Kania menyala menandakan panggilan masuk, segera Kania menyimpan piring kotor dan mengangkat telepon.
"Assalamualaikum maaf ini dengan siapa?" Tanya Kania dengan suara lembutnya orang di sebelah sana nampak tak menunjukkan suara, Kania melihat nomor orang asing.
"Siapa ini, saya mendengar dari keponakan saya jika kamu ingin menghubungi saya?" Kania meneteskan air matanya, artinya dialah ayah yang di cari.
"Hiks.... Subhanallah...terimakasih Ya Alloh...Ayah ini aku Kania putrimu." Ucap Kania dengan ucapan rasa syukur dalam hatinya.
Sedangkan di sebrang sana Bondan mematung, benarkah yang menelpon nya adalah putrinya, anak yang selama ini ia cari.
"Putriku??" Ucap Bondan dengan tangis yang sudah tak bisa lagi di bendung.
"Iya Ayah, Kania putrimu Kania Laurena hiks...anak dari tuan Bondan dan Nyonya Dinda." Bondan menggenggam erat tangannya sungguh dia putri yang memang Bondan cari.
"Ayah akan kirim alamat untuk pertemuan kita besok, Ayah akan bertemu langsung dengan mu Nak." Di seberang Kania mengangguk.
"Kalau begitu tidurlah ini sudah malam, besok kita akan melepas rindu nak, terimakasih masih mau menghubungi Ayah." Ucap Bondan.
"Iya Ayah, Assalamualaikum." Ucap Kania Bondan mengangguk dan menutup panggilannya, suara lembut yang sama, saat dirinya membina rumah tangga dengan Dinda.
...
Bondan berlari mencari Abdillah, setelah menemukannya Bondan segera memeluk Abdillah dengan bahagia. "Terimakasih Abdi, paman sangat senang kau orang yang memberikan apa yang paman cari selama ini." Abdillah diam mencerna perkataan Bondan.
Bondan menepuk bahu Abdillah bangga. "Kamu akan paman beri hadiah apapun, katakanlah paman akan mengabulkannya." Ucap Bondan bahagia.
Abdillah tersenyum. "Jika paman bahagia Abdi bahagia anggap itu salah satu rezeki paman." Ucap Abdillah namun Bondan menggeleng.
"Paman tidak suka penolakan, ayo katakan apa keinginanmu." Ucap Bondan dengan tersenyum bahagia.
"Untuk sekarang Abdillah belum memiliki keinginan kalau begitu tunggu saja sampai Abdillah menginginkannya." Bondan mengangguk.
"Kenapa Paman sebahagia ini?" Tanya Abdillah.
"Kau tau paman sudah menemukan putri paman yang selama ini paman cari, ternyata orang yang ingin paman hubungi adalah anak paman sendiri." Abdillah diam mematung, sungguh takdir yang tak pernah terduga, scenario Alloh sungguh tak terbatas.
"Alhamdulillah jika begitu, Abdillah turut bahagia." Ucap Abdillah.
"Terimakasih nak." Ucap Bondan kembali, Abdillah mengangguk ikut merasakan kebahagiaan pamannya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIND YOU 2 (END)
RomanceCinta segitiga antara saudara tidak sekandung mengakibatkan perpecahan antara keduanya Abdillah Ojasvee anak yang di buang dan di angkat menjadi anak oleh Yance tanpa diketahui menyukai Azkia Gideon yaitu anak dari Calista dan Daeshim permasalahan a...