eps 3

114 16 0
                                    

Arkhan kini sedang duduk didepan teras mansion dengan berbagai camilan yang sengaja ia bawa, ia mencari tukang kebun namun tidak ada alhasil yang datang adalah Papa tampannya.

"Kenapa diam diluar?" Tanya Yance duduk di sebelah putranya, Raina mengatakan bahwa Arkhan sedang ada masalah dengan putra angkatnya maka Yance inisiatif akan bertanya.

"Hanya sedang memikirkan sebuah masalah Pa." Ucap Arkhan menatap sekeliling taman mansion sedangkan Yance menghela nafas benar saja apa kata istrinya.

"Ceritakan pada Papa!" Arkhan menengok kearah Yance yang memang sepertinya dalam mode serius dan ini kesempatan Arkhan.

"Papa, Arkhan rasa kak Abdi tidak suka pada Ar." Yance nampak berpikir kenapa putranya punya pemikiran sedangkal itu.

"Apa yang kamu katakan, sedari kecil kita tau  kalau kamu dan Abdi adalah saudara dan kalian selalu bersama,ingat saat itu usiamu masih 6 tahun dan dibully seorang anak lelaki dan siapa yang menyelamatkanmu, Abdillah kakakmu Ar!" Arkhan menunduk ia sadar kakaknya begitu melindunginya sedari kecil, tapi kenapa sikapnya berubah setelah kelulusan yang sedari dulu Abdillah mati-matian menyemangati nya.

"Tapi kenapa kakak jadi berubah saat Ar lulus?" Yance membulatkan mata mana ada hal itu terjadi, sepengetahuannya semua baik-baik saja, bahkan sempat Abdillah datang padanya dengan senyum dan mengatakan bangga memiliki adik seperti Arkhan.

"Tidak benar, mungkin dia sedang lelah, bahkan jarang di rumah, kau tau kakak mu datang pada Papa dan mengucapkan selamat atas keberhasilan mu." Jelas Yance menepuk pundak putranya, sedangkan Arkhan menghela nafas.

"Apakah Papa tidak bohong?" Tanya Arkhan.

"Kamu kenal Papa Ar, Alloh tidak suka kebohongan kenapa Papa melanggar aturannya, sampai saat ini Papa tau yang benar dan salah karena apa, karena aturan itu,Ar kakak mu adalah kakak terbaik bahkan dia tidak pernah mengeluh saat kau lebih banyak mendapat perhatian dari kami selaku orang tua kalian." Arkhan mengangguk dan menyodorkan minuman kaleng.

"Untuk Papa, Ar tau Papa sudah berhenti minum alkohol karena Mama kan?" Yance membulatkan mata.

"Tau dari siapa?" Tanya Yance penasaran.

"Ya siapa lagi yang punya rahasia itu,kakak gak mungkin cerita,tau kan kakak orangnya sibuk Pa." Yance menyimpulkan benar jika istrinya yang bercerita, memang Raina bawel.

"Yasudah masuklah hari mulai petang, jangan lupa sholat Ashar karena kebetulan Papa juga belum, bagaimana jika sholat berjamaah?" Arkhan mengangguk dan mengekori Yance dari belakang.

Disisi lain kini Raina sedang berdua dengan Abdillah membicarakan masalah yang memang harus diselesaikan.

"Apa ada masalah dengan adikmu?" Tanya Raina namun Abdillah masih saja diam membisu tak melihat wajah wanita yang sudah 18 tahun merawatnya dengan sangat baik.

"Tidak." Raina hafal betul dengan semua tabiat putranya, jika Arkhan mudah ditebak maka Abdillah mudah terungkap karena ekspresi wajahnya.

"Pasti ada masalah, kedua anak Mama sangat baik bukan, jika ada masalah tidak baik jika dipendam, sebaiknya cerita Mama gak akan bilang sama Arkhan. "Abdillah menoleh dan mengangguk.

"Abdillah menyukai Azkia." Seketika jantung Raina terpacu dengan begitu cepat, apakah Alloh sedang mengujinya, Raina tau jika Arkhan menyukai Azkia juga tapi bagaimana jika sudah terjadi seperti ini.

"Sejak kapan?" Tanya Raina.

"Sejak kecil, Mama tau bukan Abdi selalu di samping Arkhan bahkan Arkhan selalu menempel dengan Azkia mana bisa Abdi menolak pesona gadis cantik itu." Ucap Abdillah terus terang, melihat respon Raina Abdillah yakin jika Raina tidak setuju.

"Kenapa Azkia nak?" Abdillah mengeratkan gigi nya, mana bisa cinta memilih, bahkan ia sudah nyaman dengan Azkia pertanyaan apa yang patut didengar.

"Mama bilang kenapa?? apa Mama lupa kenapa Mama memilih Papa, gak ada jawaban bukan?" Raina terdiam ia menghela nafas.

"Jadi sungguh kamu menyukai Azkia?" Tanya Raina sekali lagi, memastikan jika benar Abdillah tertarik dan Abdillah mengangguk kembali.

"Apa Mama tidak setuju?" Pertanyaan kembali pada Raina segera Raina memegang kedua telapak tangan anaknya, melihat keduanya.

"Tangan ini yang dulu Mama gapai ketika ketakutan, tangan ini yang menarik baju Mama ketika kelaparan, tangan ini yang menghilangkan jejak air mata kesedihan yang Mama dapatkan, dan tangan ini kenangan yang selalu Mama bawa sampai kini..Abdi ingatlah kamu anak Mama, walau tidak lahir dari rahim Mama tetap saja Abdi anak Mama, jika Abdi menyukai Azkia dapatkan dia secara sehat, jika dia tidak mau jangan memaksanya Mama pernah di posisi itu, tetap hargai keputusan seorang wanita karena mereka mengerti apa yang sedang mereka pikirkan, Abdi...kamu belajar dari Mama jangan jadikan ajaran Mama menjadi kekecewaan saat Mama melihat apa yang akan kamu perbuat, Mama Papa sayang kamu nak." Abdillah cukup bungkam dengan semua perkataan Mamanya.

"Ma, Abdi janji tidak akan memaksa pihak mana pun, Abdi tau siapa Abdi terimakasih sudah merestui jalan Abdi." Raina mengangguk.

"Orang tua tidak mungkin menyakiti perasaan anaknya, siapapun yang Abdi atau Ar suka Papa dan Mama selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian kedepannya." Ucap Raina.

"Ma ,malam ini Abdi akan terus terang pada Azkia doakan semoga berjalan lancar." Raina mengangguk akhirnya semua hal yang ingin diutarakan tersampaikan juga.

....

Abdillah sudah siap dengan stelan jas nya,ia tinggal menunggu Azkia karena sudah mempersiapkan dinner nya, dan tepat 3 menit akhirnya Azkia datang dibalut dress Lily.

"Mempesona." Gumam Abdillah segera ia datang dan mempersilahkan Azkia menduduki bangku yang ia persiapkan seindah mungkin.

Azkia menolehkan pandangannya, taman sepi hanya ada meja romantis yang ia lihat, ia bingung apa mungkin Abdillah tengah memikirkan sesuatu.

"Selamat malam cantik, selamat atas kelulusan mu." Azkia tersenyum tulus ia memang sudah tau jika tujuan Abdillah mempersiapkan ini untuk penyambutannya.

"Selamat malam kak dan terimakasih." Ucap Azkia dengan suara yang lembut, Abdillah selalu senang dengan balasan yang Azkia berikan dan ia sangat puas.

"Azkia apakah kamu tau tujuan kakak melakukan semua ini?" Azkia menggeleng pertanda ia masih belum mengerti, Abdillah meminta seorang pelayan menyajikan hidangannya dan mereka makan bersama sampai makanan habis Azkia memberanikan diri bertanya.

"Maksud kakak apa?" Azkia dilanda kebingungan dengan sikap romantis Abdillah membuatnya berdebar merasa takut akan hal yang ia pikirkan sekarang.

Abdillah membawa Azkia sambil menutup matanya dengan telapak tangan hingga mereka berdiri di sebuah pohon besar Abdillah berbisik. "Buka matamu..." Azkia membuka mata terlihat di pohon besar itu tertulis I Love You dalam tulisan Spanyol.

"Kak...." lirih Azkia sedangkan Abdillah tersenyum puas akhirnya perasaannya sudah tersampaikan namun Azkia malah marah padanya.

"APA MAKSUDNYA KAK!!" Abdillah terdiam ia pikir responnya bukan seperti ini. "Aku mencintaimu Azkia.." Ucap Abdillah.

"Kakak tau, sampai sekarang aku hanya menganggap kak Abdi adalah kakak stop jangan diperpanjang anggapanku akan tetap sama, Kak Abdi tetaplah kakakku penolongku!" Azkia langsung pergi meninggalkan Abdillah yang diam mematung.

Deg

Hatinya sudah lenyap setelah perkataan Azkia walau tidak sakit entah mengapa merasa ada yang hilang dan ia rasa jiwanya telah pupus dimakan kegagalan.

TBC

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang