eps 19

62 16 2
                                    

Esok harinya Kania tengah memasak untuk sarapan, kebetulan ia masuk pagi jadi sudah harus mempersiapkan dari subuh, terlihat jam menunjukkan pukul 5 subuh, ia memasak telur dadar dan nasi secukupnya untuk mengganjal perut.

Baru saja hendak makan satu suap, suara bel mengalihkan atensinya, segera Kania berjalan ke arah pintu, saat membuka terlihat Abdillah dengan wajah yang nampak kelelahan,segera Kania membawanya masuk.

"Kenapa kakak kesini subuh-subuh?" Tanya Kania dengan sejuta pertanyaan yang dibenaknya.

"Buka ponselmu!" Kania membukanya.

"Kakak akan mengantarku?" Tanya Kania memastikan, Abdillah mengangguk dengan kantung mata yang begitu kontras.

"Apakah Kakak bergadang?" Tanya Kania penasaran.

"Ya, aku bergadang karena memikirkan pesanku yang tak kunjung di baca!" Kania tersentak, ia pikir pria itu tidak mau mengantarnya karena sibuk.

"Semalam...." Belum selesai berkata Abdillah tertidur di sofa.

"Aishhh mengapa bisa se konyol ini,memang pria menjengkelkan hihi.." Entah kenapa melihat Abdillah yang sudah lelap tertidur dirinya menjadi sedikit terhibur.

Kania naik keatas membawakan selimut, ia pun menutupi tubuh Abdillah dengan selimutnya, wajah tenang itu nampak terlihat semakin tampan di mata Kania, namun tak lama ia menepis.

"Astagfirullah...tuh kan inilah akibatnya kalau berduaan, ada aja syaitan yang menggoda, kuatkan imam mu Kania!" Kania segera kembali memasak agar saat bangun pria itu tidak kelaparan dan menghabiskan sarapan yang telah ia buat tadi.

Kania menatap jam masih menunjuk arah jam 6 masih ada satu jam lagi ia tidak ada kegiatan, Kania segera mengambil Al-Qur'an membaca surat Yusuf dengan begitu syahdu, membuat orang yang tertidur semakin pulas dan tenang.

Setelah selesai dengan membacanya Kania melihat setengah jam lagi Arkhan pasti akan datang, semalam ia sudah mengatakan jika butuh tumpangan ia setuju lebih baik ikut orang yang mau ditumpangi lumayan menghemat uang.

Mata berwarna biru itu akhirnya terbuka, karena sinar matahari mulai menyorot ke arahnya jarinya memijit pangkal hidungnya yang mancung, sesekali menguap sambil meregangkan ototnya yang kaku, ia menatap sekeliling dan kosong matanya menatap selimut tebal menutupinya mungkinkah Kania yang melakukannya, senyum hangat mampu terhias di bibir tipisnya.

Abdillah baru ingat ia dimana, segera ia mencari Kania dengan gusar takut gadis itu ikut dengan Arkhan, namun saat tiba di meja makan ia mendapati gadis itu sibuk dengan peralatan makannya. "Selamat pagi.." Sapa Kania dengan senyum indahnya, sekarang nikmat apa yang engkau dustakan?

Lihatlah keindahan di pagi hari yang belum pernah Abdillah rasakan, entah perasaan apa tapi kini hatinya mulai menghangat dan itu karena ulah gadis jutek di depannya. "Aku memasak telur gulung saja jika kamu tidak terbiasa dengan nasi putih, 20 menit lagi aku akan berangkat dengan Ar..." Belum sempat Abdillah duduk menghadap Kania.

"Tidak ada penolakan, kamu berangkat denganku!" Kania membulatkan mata, mana ada pemaksaan yang keterusan.

"Tapi...." Abdillah mendekatkan jari telunjuknya ke bibir. "Stttt...aku ingin sarapan dengan khidmat!" Kania mengangguk dan duduk sambil menunggu tamunya selesai makan.

Baru setengah suapan dering ponsel Abdillah menyala segera Abdillah mengangkatnya ternyata itu dari sang Mama.

"Assalamualaikum Ma, ada apa?" Tanya Abdillah.

"Apa!! Baiklah Abdi akan pulang Ma, Waalaikumsalam." Kania nampak khawatir melihat keterkejutan Abdillah apakah ada kabar tidak enak.

"Kania, aku harus pulang paman Bondan kecelakaan!" Kania membulatkan mata terkejut.

"Astagfirullah Ayah kecelakaan?" Tanya Kania panik, ia baru saja mendengar jika Ayahnya akan datang kesini namun kabarnya malah yang sebaliknya.

"Hiks....kenapa bisa Kak hiks...Ayah..." Kania merasa sedih untuk kedua kalinya, entah kenapa jika bersangkutan dengan orang yang di kasih Kania akan menjadi sosok yang sensitif.

"Kamu tenang, hari ini kita langsung kesana ya Ka, masalah kuliahmu biar Arkhan dan Azkia yang bereskan." Ucap Abdillah menenangkan.

Tak butuh lama akhirnya mereka segera menuju tempat Bondan, Abdillah sengaja menggunakan jet pribadi karena ia tau itu lebih cepat mereka pun berangkat langsung menuju sana.

Sedangkan Arkhan terus memencet bel, tapi sang tuan rumah belum juga mengeluarkan batang hidungnya. "Kok Kania gak muncul sih?" Tanya Arkhan.

Kania
Assalamualaikum Ar, maaf tolong izin kan aku, Ayah kecelakaan jadi aku dengan Kak Abdi menuju kesana

Arkhan
Inalillahi, semoga keadaannya baik-baik saja, kamu tenang saja Kania aku dan Azkia akan melakukan yang terbaik

Kania
Terimakasih Ar

Arkhan segera menghubungi Azkia dan mengabari masalah Kania, gadis itu sempat ingin menyusul tetapi Arkhan mencegah, biarkan Kania dan Abdillah yang mengurusnya, kebetulan keluarga mereka juga sudah tau, terutama yang tau mengenai ini adalah Yance.

Setibanya mereka di negara yang berjulukan Los Cafeteros, akhirnya mereka segera turun dan bawahan Abdillah sudah siap berjejer karena demi keselamatan tuannya.

...

"Mama, bagaimana kabar paman?" Tak perlu lama setelah barang mereka di simpan di mansion oleh supir Abdillah dan Kania segera menuju rumah sakit.

"Paman masih di tangani oleh dokter." Ucap Raina, tatapannya terpaku pada gadis cantik di sebelah Abdillah.

"Siapa dia?" Tanya Raina.

Kania terdiam, karena ia tidak bisa berbahasa Spanyol, ia hanya bisa dua bahasa Indonesia dan Inggris.

"Ah perkenalkan dia Kania Laurena anak dari paman Bondan dan Nyonya Dinda." Ucap Abdillah.

"Apa, jadi kamu putri sahabatku?" Ucap Raina dengan bahasa Indonesia, pantas saja gadis itu tidak menyahut.

"Iya Bu, saya anak Ibu Dinda." Ucap Kania dengan suara lembutnya, Raina langsung memeluknya, menitihkan air mata entah kenapa sudah beberapa tahun lamanya Dinda menghilang bahkan ia belum bertemu saat Raina menikah.

"Kamu cantik sekali nak, tapi kalau saja wajah kamu nurun ke Dinda pasti Ayu nya orang Indonesia, eh kamu malah nurun ke Bondan kan jadi keliatan bukan orang Indonesia asli." Kesal Raina.

"Ushh jangan begitu Ma, kalau Kania wajahnya tidak sama dengan Paman bagaimana mungkin Paman akan percaya Kania anaknya." Raina menatap putranya yang menggerutu, ia pun terkekeh.

"Suamiku menurutmu apakah Kania cocok dengan Arkhan putra kita?" Tanya Raina menatap suaminya, Calista yang mendengar itu ikut mendekat.

"Eh bener keliatannya cocok, Arkhan kan orangnya ganteng sholeh, keliatan Kania juga Sholehah pas banget, Kak Yance sebaiknya Kakak nikahkan mereka saja." Goda Calista.

"Kalian melupakan Azkia, terutama Bibi Bukannya Bibi sudah merencanakan perjodohan mereka?" Tanya Abdillah.

"Ah kamu nih, pernikahannya kan belum terjadi bisa aja kan diganti dulu gimana kamu setuju gak?" Tanya Raina menyenggol putra sulungnya.

"Gak Ma, Abdi gak setuju kenapa saat itu kalian menentang Abdi mendekati Azkia sedangkan sekarang kalian benar-benar gencar pada Kania,lebih baik Kania dengan..." Abdillah terdiam.

"Dengan apa putraku??" Goda Raina.

"Sudahlah, jangan membahas itu yang penting adalah paman!" Ucap Abdillah dan segera menjauh dari para kaum wanita.

"Maafkan putraku, dia memang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan fasih jadi kamu tidak bisa mengerti pembicaraan kita tadi, sayang sekali kami juga tidak bisa bahasa Inggris." Ucap Raina kecewa.

"Tidak masalah Bu, ouh ya Ayah kenapa bisa kecelakaan?" Tanya Kania penasaran.

Raina menoleh pada suaminya agar yang menjelaskan adalah Yance, dirinya sendiri hanya tau setengahnya dan tak berniat mendengar kelanjutan yang tragis itu.

TBC.

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang