eps 21

70 11 0
                                    

Sudah 3 hari Kania masih menetap di kediaman Yance kini ia mendapat kabar jika Bondan telah sadar, dengan langkah bahagia Kania masuk ke ruang rawat sang Ayah disana Bondan telah membuka matanya.

"Assalamualaikum Ayah, bagaimana kabar Ayah Kania disini Ayah." Kania tidak bisa membendung rasa rindunya, tangan Bondan terjulur meminta kekuatan atas takdirnya saat ini,air mata nya luruh membuat Kania yang sedang bersedih terhenti dengan mengusap air mata sang Ayah tercinta.

"Ayah jangan bersedih, Kania akan selalu bersama Ayah, jangan jadikan hal ini sebagai kekurangan Ayah, taukah dengan Ayah masih bertahan untuk Kania, disini Kania senang masih bisa berbicara dengan Ayah." Mendengar ungkapan putrinya Bondan merasa lega dan bahagia.

"Dokter bilang Ayah tidak bisa berbicara lagi dan kaki Ayah tidak bisa di gerakkan, tapi satu yang harus Ayah tau Kania yang akan jadi mulut dan Kaki Ayah." Bondan bersyukur Tuhan masih memberikannya kesempatan bertemu dengan putrinya.

Cklek

"Kania, bisakah aku berbicara sebentar?" Ucap Abdillah yang baru tiba di ruang rawat Bondan,Kania langsung mengangguk.

"Ada apa kak?" Tanya Kania.

"Kania aku akan membawa Ibu mu kesini, kamu tau kan jika kamu akan meneruskan kuliah sedangkan Ayahmu masih dalam keadaan sakit?" Kania menoleh kearah Bondan yang tidak bisa bergerak karena banyak alat medis di tubuhnya.

"Lakukan yang terbaik kak,aku selalu setuju dengan langkah Kakak, bagaimana respon Ibu nanti aku yang akan tanggung." Abdillah mengangguk.

"Kakak hari ini akan menjemput Ibu mu, tolong kirimkan pesan padanya agar beliau tidak salah paham." Kania mengangguk, Abdillah segera pamit.

"Kak, hati-hati di jalan." Ucap Kania sebelum ia masuk kedalam ruang sang Ayah, detak jantung Abdillah seolah berhenti apakah itu sebuah perhatian atau hanya rasa khawatir akan keselamatan demi membawa sang Ibu, entahlah tapi Abdillah sungguh bahagia mendengarnya gadis yang pertama kali membuat jantungnya berhenti berdetak sesaat.

Dengan senyum mengembang Abdillah segera pergi, ia tidak akan menghilangkan kesempatan bertemu dengan orang tua Kania yang lain.

...

"Sudah 3 hari belum ada kabar baik dari Kania!" Azkia menghela nafas.

"Kalian membicarakan Kania?" Azkia maupun Arkhan menoleh, ternyata Bryce yang datang.

"Ya kak, Kania masih menemani Ayahnya yang sakit, entah sampai kapan ia berada disana." Bryce menghela nafas dan mengangguk. "Aku baru tau kabar itu,maaf karena belum mengerti keadaan." Azkia mengangguk.

"Memang sakit apa?" Tanya Bryce.

"Itu yang belum Kania kabari juga, ia hanya bilang jika Ayahnya terkena musibah kita disini hanya bisa menunggu kabar baiknya." Arkhan pun membawa Azkia untuk segera masuk kelas.

"Kania tidak ada di kampus,terasa sepi." Gumam Bryce.

Kania
Azkia, besok aku sudah bisa pulang untuk melanjutkan kuliah, keadaan Ayah sudah lebih membaik ia sudah sadar dari masa kritisnya, tetapi kabar duka Ayah tidak bisa berbicara lagi dan berjalan

Azkia
Astagfirullah sungguh, innalilahi semoga paman cepat sembuh dengan benar, kami disini hanya bisa berdoa semoga Alloh segera menyehatkannya.

Kania
Ya, terimakasih Kia.

Kania kini sedang menatap sang Ayah yang memejamkan mata hatinya sungguh bahagia, apalagi jika bisa melihat kedua orang tuanya saling bersama kembali.

Sedangkan di lain tempat Abdillah tengah mencari alamat yang Kania berikan, dan terlihat seorang pria parubaya dan wanita yang lebih muda sedang duduk di depan sebuah rumah sederhana.

Abdillah segera menghampiri mereka. "Assalamualaikum..." Mereka menengok,dan terlihat menatap bingung dengan kedatangan seorang pria bule.

"Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dinda dengan ramah.

"Perkenalkan nama saya Abdillah teman Kania putri Ibu." Dinda membulatkan mata segera ia mempersilahkan Abdillah untuk masuk.

Sedangkan ayah dari Dinda nampak terdiam tidak mengerti bahasa mereka, Dinda yang paham menjelaskan ulang pada sang ayah. "Kabar Kania baik-baik saja kan?" Tanya Dinda.

"Alhamdulillah baik Bu, tapi kedatangan saya kesini ada perihal lain." Dinda merasa penasaran dan menanyakan Maksud yang Abdillah katakan.

"Suami ibu tuan paman Bondan sedang membutuhkan anda." Wajah Dinda seketika berubah menjadi tidak bersahabat.

"Pergi dari sini, jangan sekalipun membawa nama pria itu!" Teriak Dinda.

Abdillah menghembuskan nafas. "Maaf sebelumnya, Ibu salah faham dengan kejadian yang terjadi." Dinda menatap tajam pada Abdillah membuat Abdillah nampak sedikit perlu kesabaran,inilah buah dari sebuah kesalahan yang bukan kenyataan.

"Diriwayatkan oleh malik dari Abu Hurairah RA, bahwa rasulullah SAW bersabda, 'Jauhilah prasangka karena prasangka itu adalah cerita yang paling dusta, dan janganlah kamu saling memaki, saling mencari kesalahan, saling membanggakan, saling ber-iri, saling membenci dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.' (HR.At-Turmuzi),saya tau itu Bu maka dari itu saya mohon dengarkan kejadian yang sebenarnya insyaallah semua ada jalan keluarnya." Dinda kini terdiam menatap ayahnya.

"Mohon maaf kek, saya disini ingin menyampaikan kejadian mengenai masalalu yang menjadi Boomerang bagi rumah tangga anak kakek, jadi mohon di dengarkan." Kini Abdillah mencoba menjelaskan dengan bahasa Inggris.

Selesai itu Dinda termenung, benarkah kejadian yang sebenarnya itu adalah ke salah pahaman lalu malam itu seseorang memintanya datang untuk menyaksikan perselingkuhan suaminya sendiri. "Jika Ibu tidak percaya mari ikut dengan saya ibu akan tau semuanya." Ucap Abdillah.

Dinda menatap sang Ayah dan diangguki. "Pergilah nak, jika itu hal yang sebenarnya pasti Alloh sedang memperbaiki kecelakaan yang terjadi antara kamu dan suamimu, ini jalan agar cucuku merasakan nikmatnya keluarga yang utuh." Dinda menatap Abdillah dan mengangguk,senyum terbit di bibir Abdillah ternyata benar segalanya pasti ada jalannya.

....

Esoknya

Kania kini tengah membaca ayat Alquran menemani Ayahnya yang sedari tadi mendengarkan, air matanya luruh entah kenapa setiap mendengar kalimat yang Kania bacakan, memberikan kedamaian tersendiri selepas sholat subuh Kania segera membaca Alquran merasa perlu untuk di lantunkan.

"Ayah perlu sesuatu?" Tanya Kania yang nampak melihat pergerakan tangan sang Ayah, segera Kania memberikan kertas dan pulpen.

"Dinda." Itulah kalimat yang ditulis sang Ayah, Kania menatap sendu serindu itu sang Ayah pada Ibu nya, sungguh jahat orang yang dulu memfitnah keluarganya Kania bisa merasakan apa yang ayahnya rasakan, karena jelas ia pun merindukan sosok pria yang kini telah bahagia di surga insyaallah.

"Berdoa saja ya Yah, semoga Ibu bisa datang menjenguk Ayah, Abdillah keponakan tersayang Ayah tengah menjemputnya." Bondan mengangguk pelan.

Abdillah menyebalkan
Assalamualaikum Kania, insyaallah siang nanti aku dan Ibu mu sudah sampai kesana

Kania jutek
Alhamdulillah, terimakasih atas usahamu kak

Abdillah menyebalkan
Sama-sama

Kania tersenyum, ia lega sang Ibu mau datang dan itu hal yang paling membahagiakan dirinya.

TBC.








BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang