Terlihat perkumpulan orang berbadan besar sedang berjejer dengan sikap tegaknya. "Tuan." Ujar mereka saat seorang pria berbadan atletis itu melewati mereka dan duduk tepat di kursi kebesarannya.
"Jadi, apa yang kau dapat?" Tanya pria itu.
"Saya mendengar bahwa mereka akan meminta Ex-Ice bergabung dengan mereka." Mendengar itu sang tuan tertawa sangat menggelegar.
"Hahahaha....bodoh bahkan Ex-Ice sudah musnah, mereka masuk jebakan ku sehingga mereka akan sibuk mencari Ex-Ice dan melupakan siapa musuhnya!" Ucapnya dengan sorot mata tajam, bibirnya menyeringai membuat semua bawahannya menunduk.
"Baiklah, rencana kita tinggal satu langkah lagi, yaitu menjebak raja nya jadi alangkah baiknya kita siap jika mereka memiliki cara lain!" Ucapnya dengan percaya diri.
"Baik tuan." Ucap mereka serempak.
"Apa lagi informasi yang kau dapat Max?" Tanya tuannya, sedangkan yang ditanya menyeringai.
"Tentu kami mendapat informasi yang begitu besar." Ucapnya membuat tuannya menatap penuh pertanyaan.
"Jadi?" Tanya tuannya.
"Bondan memiliki anak gadis, kini ia berada di negara ini, dan gadis itu bernama Kania tuan." Senyum misterius sungguh terlihat jelas walau pencahayaan cukup gelap.
...
Kania kini terbangun dari tidurnya ia melihat jam pukul 4, ia sedikit kesiangan segera ia mengambil air wudhu dan sholat subuh dan membaca surat pendek yang sedang ingin ia baca.
Jam menunjukkan pukul 5 ia segera membuat sarapan yang mudah karena hari ini hari yang ditunggu, selesai dengan semuanya Kania segera melangkah untuk pergi ke kampus.
Tin
Tin
Kania menoleh, melihat sebuah mobil hitam yang melintas tepat di depannya ia melihat kaca mobil mulai turun dan terlihat seseorang yang ia kenal.
"Butuh tumpangan manis?" Dengan wajah mempesona itu Kania menunduk ia tidak tau harus mengatakan apa.
"T-tidak perlu, aku bisa meng.." Pria itu segera menggeleng kuat.
"Tidak ada penolakan, aku sedang ingin membantu, ayolah Kania..." Dengan senyum manisnya membuat Kania hanya pasrah, tidak enak juga jika terus menolak.
"Baiklah, terimakasih kak." Ucap Kania segera masuk.
Di dalam keheningan pria itu sesekali menatap Kania yang nampak sibuk dengan pemandangan luar membuat pria di sebelahnya menjadi penasaran. "Adakah hal yang mengganggu pikiran cantikmu Nona?" Kania menggeleng.
"Tidak ada kak, ouh ya kakak punya jadwal hari ini emang?" Bryce, ya pria itu adalah Bryce entahlah akhir-akhir ini pria itu nampak lebih sering berjumpa dengan Kania.
"Ya kebetulan jadwal kita sama, ouh ya apakah kau ada waktu siang ini, aku pikir meminum coffe sambil membahas sesuatu sangat menyenangkan,ayolah anggap aku temanmu.." Dengan nada memohon.
"Tidak bisa kak, bagaimana lain waktu, kita mengajak Azkia dan Arkhan agar lebih ramai, aku tidak mau orang salah faham jadi tidak apa kan?" Bryce menghela nafas.
"Baiklah demi kau aku akan mengatakan sanggup untuk satu itu." Kania tersenyum senang, melihat senyum itu seketika Bryce terdiam mematung.
Tak terasa mobil telah sampai di kampus, Kania segera berpamitan ia sungguh dijadwalkan sangat pagi karena dosennya memang orang yang tidak suka keterlambatan.
"Kania!! semangat." Ucap Bryce mengepalkan tangan keatas diangguki Kania, walau dalam hati Kania merasa apakah seharunya ia membalas apapun yang diucapkan Bryce, mereka adalah dua orang yang baru kenal, kenapa juga Kania nampak dekat dengannya, ah sudahlah membahas itu Kania merasa kurang nyaman.
...
"Arkhan, aku baru tau jika Kania pernah menikah." Arkhan terkejut mana bisa ia baru tau jika temannya sudah menikah.
"Serious, bahkan aku tidak melihat ring di jarinya." Ucap Arkhan terkejut.
"Yes I Know But...aku belum menjelaskan sampai akhir Arkhan, sebenarnya she is a widow,her husband died after marriage." Jelas Azkia membuat Arkhan tidak bisa berkata lagi.
"Maksudmu meninggal setelah menikah itu ditempat??" Tanya Arkhan.
"Yes, saat suaminya mencium keningnya dan mengatakan istriku hiks...hwaa...gak bisa lanjut huhuhu..." Tiba-tiba Azkia menangis tidak bisa menahan lagi air matanya, Arkhan langsung mengelus puncak kepala Azkia.
"Jika sulit menceritakan tidak perlu di lanjut." Ucap Arkhan lembut.
"Mana ada, bahkan orangnya saja sekuat baja bercerita, masa aku yang mendengar cerita lebih payah, jadi setelah itu hiks...suaminya meninggal di pangkuannya hwaa....gak kuat aku..." Azkia kini tidak bisa membendung lagi tangisnya untung ia selesai bercerita.
"Masya Allah, begitu kuat hati Kania dia begitu hebat menjalani takdir itu, Azkia kita harus bangga memiliki teman sepertinya, kecil kemungkinan orang akan ikhlas menerima takdir itu, jika tidak kuat iman pasti dirinya sudah gila saat ini." Ucap Arkhan.
"Arkhan..." Azkia menengok ke arah Arkhan.
Tatapan mereka seketika menjadi serius. "Ajari aku Islam." Mendengar itu Arkhan seperti mendapat sebuah air padahal disekelilingnya adalah gurun pasir, sungguh kebahagiaan yang tidak terduga.
"K-amu..s-eriusan?" Dengan wajah syok Azkia sungguh gemas pada Arkhan ia mengangguk dengan mantap.
"Alhamdulillah, aku sungguh bahagia mendengarnya besok aku akan mendatangi seorang ustadz insyaallah tidak lama aku akan menuntun mu mengajarimu semua tentang Islam, semoga kamu menjadi bagian dari umat baginda nabi Muhammad." Ucap Arkhan, Azkia ikut bahagia mendengarnya, ia sudah lama mencari tahu agama itu entah dari saat melihat kisah Kania ia menjadi lebih ingin tau kenapa bisa ia setegar itu lalu ia menguaknya dalam kitab Al-Qur'an banyak yang ia pelajari di dalamnya apalagi kisah wanita penghuni surga ia sangat tau dan ia begitu terpukau oleh apa yang para wanita itu teguhkan, Azkia mendapat banyak pencerahan melalu semua ilmu itu.
"Arkhan tidak masalah bukan jika aku tidak mengenakan hijab, biarkan aku mencari waktu yang tepat." Arkhan tersenyum.
"Saat kau menjadi seorang muslim saja aku bahagia Azkia, ingatlah Islam bukan agama yang memaksa Islam agama yang menyukai perdamaian, kedamaian apalagi Islam sangat memuliakan seorang perempuan, Jika memang kamu belum mampu menggunakannya tidak masalah asal kamu sepenuh hati menjadi seorang mualaf." Azkia mengangguk.
"Aku pasti yakin Arkhan, maaf selama ini aku terpuruk karena Mami seorang Islam sedangkan Papi tidak memiliki agama membuatku lebih baik tidak memihak keduanya." Ucap Azkia.
"Alloh tau yang terbaik untuk hambanya." Ucap Arkhan disetujui Azkia, gadis cantik itu bernafas lega setelah apa yang selama ini ingin ia utarakan akhirnya telah terpenuhi.
Arkhan segera mengabari apa yang Azkia telah putuskan, ia memanggil Calista sebagai Ibu dari Azkia.
"Assalamualaikum Mami." Ucap Arkhan, setelah peristiwa dimana Azkia mengetahui yang sebenarnya Arkhan mulai mengakrabkan diri dengan memanggil Calista Mami dan Daeshim Papi.
"Waalaikumsalam ada apa calon menantu?" Tanya Calista menggoda.
"Ada kabar bahagia Mi." Calista menautkan alisnya.
"Kabar apa Ar?" Tanya Calista.
"Alhamdulillah Azkia menetapkan diri akan menjadi seorang muslim." Mendengar kabar bahagia itu Calista bersyukur ternyata doa nya terkabul, ia sungguh bahagia mendengar nya.
"Dimana dia sekarang?" Tanya Calista.
"Di sebelahku Mi." Ucap Arkhan.
"Sungguh kamu menetapkan keputusan itu sayang?" Tanya Calista.
"Iya Mi, doakan yang terbaik semoga hijrah ini berlanjut, Mami aku harap sehat-sehat karena lama loh Azkia disini." Calista terkekeh.
"Tenang saja sayang, Mami akan selalu doakan terimakasih kalian juga harus jaga kesehatan, jangan terlalu serius dengan kuliah sehingga lupa makan." Ucap Calista.
"Tenang captain soal makan sih gak akan lupa hehe..." Calista menggeleng sebelum akhirnya panggilan berakhir.
TBC.
![](https://img.wattpad.com/cover/297815467-288-k430698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIND YOU 2 (END)
RomanceCinta segitiga antara saudara tidak sekandung mengakibatkan perpecahan antara keduanya Abdillah Ojasvee anak yang di buang dan di angkat menjadi anak oleh Yance tanpa diketahui menyukai Azkia Gideon yaitu anak dari Calista dan Daeshim permasalahan a...