eps 9

78 14 0
                                    

Kini Raina sedang berbelanja pakaian ditemani Abdillah, Raina meminta putranya untuk mengisi perut mereka dulu di tempat terdekat dan menemukan tempat yang cocok untuk mengisi perut.

Setelah memesan Raina meminta Abdillah duduk di depannya, Raina harus mengutarakannya hari ini. "Abdillah sayang..." Abdillah menatap wanita yang sangat menyayanginya.

"Ada apa Ma?" Tanya Abdillah.

"Maafkan Mama atau Papa mu jika kami pernah melakukan kesalahan padamu yang kami tidak sadar, Mama tau saat itu kami seharusnya tidak memiliki anak dulu karena saat itu kamu masih kecil." Raina menunduk ia yakin jika Abdillah tidak bahagia di saat kecilnya.

"Tidak Ma, justru Abdillah bersyukur. "Raina menggeleng." Mulut boleh berkata hal lain, tapi mata mu tidak bisa membohongi Mama, Papa memang tidak menyadarinya tapi Mama sebagai orang yang sayang sama kamu tidak akan tertipu, sekarang jujur sama Mama, apa yang kamu rasakan?" Sungguh Abdillah tidak bisa berbohong, benar apa kata Raina hanya wanita itu yang selalu mengamatinya.

"Jujur, Abdillah merasa iri pada Arkhan karena mendapat kasih sayang kalian, saat kalian sibuk dengan putra kalian, aku hanya bisa bersandar pada paman Bondan." Raina merasa sakit mendengar kata jujur dari putranya.

"Hiks..maafkan Mama nak,Mama tidak menyadari saat itu karena Arkhan masih kecil, Mama tidak sadar bahwa kamu masih perlu Mama hiks...mau kan Abdi memaafkan Mama??" Abdillah mengangguk, ada rasa senang di hatinya kala Mama nya kini sudah kembali.

Raina memeluk Abdi dengan penuh kasih sayang. "Sebenarnya bukan hanya hal ini yang ingin Mama bicarakan denganmu, tapi...Mama ingin dengar kejujuran kamu, sekarang apa perasaan kamu saat Azkia pergi??" Abdillah terdiam.

"Huh, mungkin Abdi kini sudah mengikhlaskan nya." Ucap Abdillah. "Bukan sayang..." Mendengar itu Abdillah penasaran dengan kelanjutannya. "Lantas?" Tanya Abdillah bingung.

"Sebenarnya itu bukan perasaan cinta nak, melainkan hanya rasa sayang pada seorang adik, kamu bilang menyukainya saat selalu bersama dia dan menolongnya itu berarti kamu sangat ingin menjaganya sebagai kakak, jika kamu benar mencintainya kini kamu sudah pergi menjemputnya sayang." Jelas Raina.

Deg

"Jadi...selama ini rasa ini hanya rasa sayang kepada adik Ma?" Raina menghela nafas. "Mama tau jika kamu tidak pernah merasakan cinta lawan jenis hingga kamu menyimpulkan itu, Mama liat di matamu ada kasih sayang pada Azkia bukan perasaan cinta seperti adikmu." Ucap Raina.

"Astagfirullah jadi selama ini aku mementingkan egoku yang sebenarnya bukan hal yang seharusnya ku lakukan, aku menjadi merasa bersalah pada Arkhan yang tidak tau apapun Ma." Ucap Abdillah dengan wajah penuh rasa bersalah.

"Kenapa kamu bisa menyimpulkan jika kamu mencintai Azkia?" Tanya Raina menelisik.

"Waktu itu, ada seorang wanita datang padaku saat itu aku masih remaja, dia bilang Azkia adalah cintaku dan Arkhan ingin merebutnya sehingga aku harus mengejar cintaku agar bahagia dan tidak kesepian lagi." Abdillah mengingat itu, wanita yang memakai masker yang entah siapa dan bodohnya Abdillah remaja sangat mempercayainya.

"Lain kali ikuti kata hatimu sayang, orang tidak tau kehidupanmu kamu pun tidak tau orang lain itu seperti apa, mereka tidak akan bertanggung jawab atas semua yang akan menimpamu." Abdillah kini mendapat pencerahan dari sang Mama.

Pesanan akhirnya datang membuat Raina bahagia karena anaknya ingin makanan yang dingin dan manis.

"Ouh ya Ab, Mama pingin punya cucu dari kamu." Abdillah langsung terbatuk mendengarnya.

"Jangan bahas itu dulu Ma, kasihan adikku harus seumuran nantinya dengan keponakannya." Raina tertawa mendengarnya, benar juga jika itu terjadi maka anaknya akan jadi Aunty muda.

"Hehe Mama lupa, Mama hanya berdoa semoga kamu segera dipertemukan dengannya, Mama harap calon mantu Mama mirip sama Mama biar bisa marahin kamu kalau berbuat salah, jangan cari yang Sexy aja tapi cari akhlaknya dulu yang baik!" Abdillah mengangguk. "Abdi pikir kepribadian sosok Sayyidah Asiyah istrinya Baginda Nabi cocok untuk Abdi." Raina menatap sebal putranya yang percaya diri.

"Mama selalu doain yang terbaik,tapi kalau pingin yang kayak Aisyah harusnya kamu bercermin dulu,karena jodoh adalah cerminan diri." Ucap Raina menohok.

"Terus kenapa Mama yang baik berjodoh sama Papa yang sebenarnya seorang mafia, Mama muslimah terus Papa tidak beragama jadi salah dong pribahasa nya??" Raina menggeleng.

"Ya gak ada salahnya, buktinya Papa kamu mau angkat kamu sebagai anak, kalau Papa kamu jahat mana mau dia jadikan kamu anak angkat nya, itu bukti kalau Papa kamu juga orang baik Abdi...bahkan sekarang sudah jadi mualaf artinya Alloh meminta Mama sebagai perantara merubah Papa kamu.." Abdillah terkekeh ternyata berdebat dengan bumil memang tidak ada habisnya.

"Iya deh Mama ku tersayang yang cantik dan pintar." Ucap Abdillah merasa terhibur dengan wajah Mama nya yang semakin berisi sejak hamil lagi.

...

"Ya Alloh ku titip doa ini untuk suamiku yang telah pergi, tempatkan lah ia di sisimu, lapangkan lah kuburnya serta masukkan lah ia kedalam golongan orang yang Shaleh, Aamiin..." Setelah selesai dengan sholat nya Kania segera melipat kembali sajadahnya.

Sampai bunyi ketukan dari pintu membuat Kania segera membukakan dan ternyata yang datang adalah Azkia, Kania yang senang di kunjungi akhirnya mempersilahkan Azkia untuk masuk ke rumah kecilnya.

"Apakah mau dibikinkan teh atau kopi?" Azkia hanya menggeleng,Kania pun duduk di samping Azkia.

"Sebenarnya aku ingin mengatakan hal yang jujur padamu Kania." Kania mengangguk sebagai tanda dirinya siap mendengarkan.

"Aku menyukai Arkhan!" Kania tersenyum dengan tulus, Azkia menatap bingung dengan reaksi Kania yang biasa saja bahkan tersenyum tulus.

"Alhamdulillah jika kamu menyukai seorang pria, kudengar kamu Kristen ya apakah kamu tau di dalam Islam tidak mengenal pacaran, apa kamu sanggup jika Arkhan tidak berpacaran?" Azkia kini bingung, kenapa jawaban Kania seperti tidak terjadi sesuatu.

"Kania...aku suka Arkhan!" Jelas Azkia kembali.

"Ya..lalu kenapa, sepertinya kamu ingin menyampaikan sesuatu padaku adakah hal selain itu??" Azkia menggeleng.

"Kamu tidak menyukai Arkhan?" Tanya Azkia.

"Aku suka Arkhan, dia baik dan juga mampu bersikap dewasa namun suka sebagai teman, jika kamu berpikir aku suka karena cinta kamu salah Azkia karena aku tau kalian saling menyukai namun tidak saling mengungkapkan?" Azkia kini merona bagaimana bisa dia mempertegas bahwa menyukai Arkhan sedangkan Kania ternyata hanya menganggap teman.

"Kamu tidak menyukai Arkhan,dia tampan loh..." Pancing Azkia.

"Kamu mau aku suka pada Arkhan?" Goda Kania dan langsung dibalas gelengan. "Please aku mencintai Arkhan Ka." Kania tertawa mendengarnya,mana bisa Azkia seimut ini.

"Arkhan gak akan berpaling pada gadis manapun jika menyukai gadis seimut kamu Kia." Azkia tersipu kenapa dia selalu lemah jika dipuji,hingga telinganya memerah membuat Kania tidak kuat menahan tawa.

"Apakah kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya Azkia.

"Aku tidak memilikinya,namun aku telah bersuami." Azkia melotot, hal yang tak di percayanya Kania terlihat masihlah seorang gadis muda bahkan mungkin masih duduk di bangku SMA juga cocok.

"Apa!! seriusan terus mana suami kamu?" Tanya Azkia.

"Sudah bersama sang Khaliq." Azkia tidak mengerti dengan ucapan Kania. "Dia sudah bahagia di sisi Alloh, dia sudah bahagia tanpa kesakitan." Kania kini tak kuasa menjatuhkan air mata mengingat masa dimana dirinya ditinggal tanpa membuat kenangan indah dalam bahtera rumah tangga.

"Maafkan aku...apakah ia meninggal saat kalian baru beberapa bulan menikah?" Tanya Azkia penasaran.

TBC.

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang