eps 8

86 14 0
                                    

Kini Arkhan kembali ke kampus karena dijalan hampir setengah jam ia menghabiskan waktu, dan kini terlihat gadis yang berdiri tepat di luar gerbang menatap dirinya kesal.

"Darimana??" Pertanyaan yang dilontarkan akhirnya dibalas oleh helaan nafas Arkhan yang mengerti dengan situasinya.

"Aku mengantar Kania pulang lebih dulu karena tadi tidak ada kendaraan yang lewat, sambil menunggumu." Hati Azkia sungguh kesal bagaimana tidak sudah 30 menit ia berdiri karena menunggu keberadaan Arkhan tapi tak kunjung menemukan keberadaan nya.

"Aku capek Arkhan, kakiku pegal kau tidak tau kan rasanya menunggu 30 menit??" Arkhan menghela nafas ia tau jika Azkia sedang kesal padanya, Arkhan hanya mencoba menghadapi kekesalan Azkia dengan sabar.

"Maafkan aku Kia, aku hanya menolong Kania saja, selagi ada waktu." Azkia membola mata dan segera naik ke atas motor Arkhan,walau suasana hatinya tidaklah sedang baik.

Akhirnya motor pun jalan dengan kecepatan sedang, Azkia masih saja menggerutu akibat keterlambatan dan keakraban Arkhan pada Kania, hatinya masihlah sama tetap panas dan tidak menyukai apa yang Arkhan lakukan mungkinkah ini dinamakan cemburu buta.

Setibanya di depan Apartemen, Azkia turun dari atas motor sedangkan Arkhan masih memarkirkan, setelah itu Arkhan mengajak Azkia untuk berbincang." Kamu tau, ternyata Kania rumahnya di depan Apartemen kita,aku sudah memberi tahunya jika mau berkunjung kita berhadapan kamarnya." Azkia menatap Arkhan sinis kenapa harus begitu juga padahal ia berharap rumah Kania jauh darinya.

"Ouh, aku masuk duluan Ar." Azkia segera mendahului Arkhan yang masih menatap bingung, kenapa dengan sikap gadis yang dicintainya biasanya Azkia tidaklah seacuh itu, apakah ia benar marah karena masalah keterlambatan itu.

Arkhan segera menyusul, sedangkan seseorang yang sedari tadi membuntuti mereka tertawa senang, Kania melihat mereka menunduk, Karena jendela memang berada di depan jalan.

"Apa benar aku melakukan kesalahan, Maaf Azkia jika tak sengaja membuat hatimu memburuk,huh besok aku akan menemuinya." Ucap Kania sambil berbenah dan memasak.

....

Dorr

Suara tembakkan menggema begitu nyaring, dua mobil saling menarik kan kecepatan kendaraan mereka, hingga salah satu berhasil menyelip, sedangkan mobil yang jauh didepan kini tersusul membuat mobil terpaksa berhenti.

Cittt

Keluarlah seorang pria berbadan tegap dengan gagah, membuka kacamata hitamnya menatap seseorang yang masih terdiam di dalam mobil.

"Keluar!!" Teriaknya, namun orang yang di dalam masih terdiam tak merespon membuatnya geram dan menggebrak pintu mobil dengan kasar, namun tangannya malah tersetrum.

"Arghhh keparat!!" Teriaknya.

Kaca perlahan menurun memperlihatkan senyum seringai, pria di dalamnya menatap sebentar sambil membenarkan kacamatanya dan menatap ke depan." Masihkah punya rasa kepercayaan diri Kura-kura,bahkan kau yang lamban tetap saja tidak peka." Ujarnya.

"Abdillah Ojasvee!!" Teriaknya sambil menggeram marah, sedangkan hati Abdillah semakin bangga akan perbuatannya.

"Kenapa, kau yang memulai tapi kau sendiri yang lamban membaca situasi..." Abdillah menengok dengan wajah seriusnya. "Jangan pernah bermain-main denganku jika kau sendiri tidak ingin rugi, katakanlah pada atasanmu jika dia berani datang langsung padaku jangan pernah bermain di belakang karena GoldenWolf tidak membutuhkan pesaing mengenaskan sepertinya!" Abdillah pun segera melesat pergi, pria yang ditinggal langsung menendang tanpa arah karena tidak berhasil membawa Abdillah pada atasannya.

"Silvermoon tidak akan pernah diam Abdillah!" Ucapnya dengan mata memerah.

Abdillah masih menjalankan mobilnya sebenarnya hatinya tidaklah menginginkan untuk ikut dalam bisnis gelap itu, namun pamannya Bondan terlihat butuh orang yang bisa di andalkan pernah ada salah satu anak yang dibawa Yance namun anak itu malah berkhianat dan ikut organisasi lain yang membuat Bondan pernah di landa kekecewaan. Ia sendiri menganggap Bondan sebagai ayahnya karena pada dasarnya saat Raina sibuk mengurus bayi Arkhan dia datang pada Bondan dan diberi pelatihan yang membuat rasa kesepiannya berkurang, pernah ia menangis saat Yance membela Arkhan kecil ketimbang dirinya yang tidak sengaja melakukan kesalahan disitu ia hanya menganggap Yance ayah angkat, berbeda dengan Bondan yang menyayanginya dikala dirinya kesepian dan butuh sandaran disitu ia menyayangi Bondan.

"Kau dimana??" Suara dari sebrang telepon di balas oleh Abdillah.

"Di perjalanan paman." Setelah itu sambungan dimatikan, tak berselang lama deringan ponsel kembali padanya dan langsung Abdillah angkat.

"Waalaikumsalam Ma, kenapa??" Abdillah pun hanya mengangguk. "Baiklah Abdillah akan segera pulang." Abdillah mematikan sambungan telepon nya dan segera datang ke mansion depan.

Mobilnya ia parkir kan dan masuk kedalam mansion disana sudah ada Yance yang berpakaian badut. "Papa??" Yance menatap Abdillah dan mendekatinya. "Abdillah tolong pergilah dari sini sebelum kau juga kena!" Ucap Yance yang masih membuat Abdillah kebingungan.

"Ada apa Pa??" Raina datang memeluk Abdillah serta mengecup pipi putranya. "Putra tampanku, sini duduk!" Abdillah mengikuti kemana Raina membawanya dan ia di dudukan di sebuah sofa.

"Pejamkan matamu sayang." Dengan patuh Abdillah memejamkan matanya tak berlangsung lama suara foto terdengar di telinganya.

Ckrekk

"Ah foto yang bagus,terimakasih sayang kamu tidak seperti Papamu yang sangat kejam, lihat Mama membuatnya seperti badut karena dia tidak mau masuk kolam sewaktu subuh." Abdillah menegak ludah, bagaimana bisa di jam segitu suhu air begitu dingin mungkin dirinya juga akan menghindar.

"Ah emm..iya Ma..." Abdillah hanya menggaruk tengkuk,Raina memeluk tubuhnya. "Adikmu suka bau badanmu bisakah tetap menemani Mama??" Abdillah mengangguk.

"Tidak boleh sayang, anakku harus denganku bukan yang lain!" Yance yang berpakaian seperti badut mendekat.

"Aaaaa seram..Abdi usir dia!" Pinta Raina dengan wajah seolah ketakutan.

"Kau ini kenapa, kau sendiri yang mendandaniku seperti ini kenapa kau yang takut?" Kesal Yance.

"Abdi gimana kalau kita jalan-jalan??" Tanya Raina dengan wajah berbinar.

"Boleh Ma..." Namun belum selesai Yance menolak. "Tidak kenapa harus dengan Abdillah, aku masih bisa mengantarmu sayang, kau sudah tua mau dikatain berondong?" Ucap Yance.

"Kamu ngatain aku tua?? gak sadar diri banget sih Yance jahat!!" Ucap Raina dengan wajah sedih. "Ehhh maaf ya bukan begitu maksudku sayang..." Bujuk Yance gelagapan.

"Udah Pa percayakan sama Abdi, kasian adik Abdi gimana kalau nanti ngeces kan gak bagus juga buat kedepannya." Raina mengangguk setuju.

"Setuju, debay maunya sama kakaknya!" Tekan Raina namun tetap di tolak oleh Yance membuat bibirnya melengkung kebawah, Abdillah tidak tega dan meminta izin Papanya dengan bujukan maut, sudah seperti berselingkuh didepan Yance saja padahal ia kan anaknya, akhirnya membuat Yance mau tak mau menurut walau ia tau hanya gertakan, karena tidak tega pada istrinya sendiri.

"Huh 1 jam setelah itu pulang!" Yance segera pergi dengan wajah menahan kesal, Abdillah hanya terkekeh melihat kelakuan Yance yang sudah tua tapi tetap saja cemburuan.

TBC.

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang