eps 11

67 13 0
                                    


Sudah dua hari Azkia dan Arkhan di negara mereka dan kini mereka akan kembali setelah melihat Rayen sudah mulai membaik. "Mama Arkhan dan Azkia kembali lagi untuk berkuliah jadi baik-baik disini, jaga Adik Arkhan yang pasti akan seperti Mama yang kuat, Arkhan pergi dulu." Ucap Arkhan.

"Ya nak belajarlah yang rajin,di sini kami mendoakan kalian agar berhasil menggapai cita-cita kalian." Ucap Raina memeluk putranya.

"Jangan pernah menganggap kamu bukan bagian dari keluarga kami Kia!" Tegas Calista dan dibalas anggukan, karena kemarin Azkia sempat murung dengan hal yang baru diketahuinya.

"Makasih Mi, Pi, masih mau menerima Azkia." Calista dan Daeshim memeluk putri mereka dengan bahagia.

"Kami akan selalu menjadi orang tua mu sayang." Ucap Calista dan diangguki Daeshim yang sangat setuju.

Tak berlangsung lama akhirnya mereka pun segera pergi menuju bandara.

....

"Tuan anda harus segera mengecek keadaan markas yang ada di negara N, beberapa anak buah kita bilang ada pemberontakan disana." Bondan nampak terdiam dan akhirnya mengangguk.

Bondan segera mengabari Abdillah karena satu-satunya orang yang dipercayainya adalah anak angkat dari sahabatnya.

"Abdillah cepatlah kemari, ada kabar yang tidak mengenakkan." Tak berselang lama Abdillah datang dengan sedikit tergesa.

"Kita harus berangkat malam ini apakah tidak masalah?" Abdillah mengangguk. "Kebetulan sahabatku Roy sudah kembali dari masa berlibur nya jadi aku bisa mempercayakannya jika hanya untuk dua hari." Bondan bernafas lega karena mengingat usianya ia tidak bisa berangkat sendiri karena bahaya mengintai.

"Bersiaplah sekarang kita akan berangkat dengan jet pribadi paman." Abdillah mengangguk, tak berlama ia mengambil beberapa pakaian didalam bag sedang nya.

Pesawat kini segera take off. "Jangan sampai Arkhan atau Azkia tau kita ke sana, bisa menjadi berbahaya untuk mereka." Abdillah mengangguk faham.

....

Seorang gadis termenung di depan jendela kamarnya. "Dorr!! kenapa melamun?" Kania menghela nafas ia pikir siapa yang mengagetkannya ternyata pria yang dikenalnya.

"Kak Bryce kenapa bisa kau disini?" Tanya Kania.

"Apakah aku tidak berhak kesini?" Kania menggeleng. "Hanya bingung saja, kenapa bisa kebetulan kakak tau rumahku." Bryce terkekeh.

"Alasannya karena pasti bisa terjadi, jikapun disengaja itu tidak masalah bukan?" Kania mengangguk.

"Apakah kau tidak akan mengundangku masuk?" Kania menggeleng. "Kita hanya berdua nanti ketiganya syaitan, lebih baik bicara begini tidak membuat orang curiga." Bryce menggeleng.

"Negara ini tidak ada masalah jika lelaki masuk ke rumah wanita." Jelas Bryce. "Dalam agamaku mau negara manapun aturannya tetap sama kak, tidak boleh mengundang pria yang bukan mahramnya jika hanya berduaan di dalam rumah!" Bryce akhirnya mengalah.

"Baiklah kau benar, kau sangat keagamaan ya, memang apa yang kau dapat dari mengenali sebuah agama?" Tanya Bryce.

"Tidak ada masalah dalam hidupku, kecuali cobaan dari sang Khaliq, hidupku rasanya memiliki tujuan yang positif yaitu beribadah, temanku yang dulunya tidak terlalu dekat dengan Tuhan dia merasa bahwa hidupnya selalu penuh dendam namun saat teringat tuhan ia melupakan dendam itu dan hingga kini bahagia karena sebelumnya hidupnya selalu di hantui rasa tidak puas." Bryce menatap Kania dalam.

"Apa kau menyindirku?" Kania langsung gelagapan. "Ah maafkan aku jika kakak tersinggung, tapi aku hanya bercerita sesuai realitanya bukan bermaksud yang lain." Bryce tiba-tiba terkekeh.

"Aku juga hanya bercanda Kania,kau tidak perlu berlebihan begitu, kalau begitu aku harus pergi,sampai bertemu kembali." Kania mengangguk dan melihat punggung Bryce yang sudah menjauh.

Kania mendapat kabar jika malam nanti Azkia dan Arkhan akan kembali, dan ia akan menjemput mereka berdua, Kania diberi amanah oleh Azkia untuk membawa supir pribadi mereka.

Kania kini bersiap karena rasanya jenuh jika Azkia tidak ada disampingnya biasanya Azkia akan bercerita walau baru beberapa hari tapi ia tau jika Azkia cocok dijadikan temannya.

Waktu menunjukkan pukul 7 malam dan ini saatnya Kania harus ke bandara, untuk kedua kalinya ia datang kesana, ia pun mencari mengedarkan pandangannya guna menemukan batang hidung Azkia ataupun Arkhan.

"Tuan Bondan ini berkas yang anda minta." Kania terdiam sebentar, mendengar nama Bondan mungkinkah, atau itu hanya salah mendengar, ia edarkan pandangannya mencari dimana suara itu berasal.

Dan...

Ya, wajah yang sedikit mirip dengannya, besar kemungkinan itu adalah Ayah yang di cari, segera Kania mendekat guna memastikan namun saat beberapa langkah lagi terlihat Bondan menepuk bahu seseorang dan masuk ke mobil berkelas.

"Tidak!!" Kania masih berusaha berlari namun sayang mobil yang tadi sudah pergi alhasil dirinya tidak mendapatkan informasi apapun, namun pemuda tadi masih berdiri menunggu coffe nya terisi penuh.

Tapp

Kania memegang pundak itu sebentar sehingga yang di pegang bereaksi.

"Assalamualaikum..." Pemuda itu menengok, wajah yang gagah nan tampan sungguh memikat, namun Kania tidak memikirkan hal itu, ia membutuhkan informasi.

"Waalaikumsalam.." Balasnya membuat hati Kania tenang, ternyata pemuda itu juga seorang muslim, di negara ini mayoritas bukan beragama Islam jadi ia perlu hati-hati.

"Maaf tuan, bolehkah saya bertanya?" Tanya Kania dengan sedikit ketakutan, ia takut jika pemuda itu sulit memberinya informasi, tapi bukankah lebih baik berusaha dulu.

"Silahkan." Walau terkesan dingin tapi Kania lega jika masih di respon.

"Pria tadi, apakah anda mengenalnya, kebetulan namanya tuan Bondan." Pemuda itu menatap penuh tanya, sepertinya mencurigai Kania terlihat sorot mata yang begitu mendelik tak terelakkan.

"Siapa kamu?" Tanya pemuda itu, mungkin usianya sudah kepala 3 jika dilihat dari wajahnya yang dewasa.

"Ah saya mengenalnya, saya ingin bertemu dengan beliau, jika anda tidak keberatan saya titip nomor saya agar beliau menghubungi saya, saya mohon tuan." Kania memberikan sebuah kertas dengan nomor telepon yang ia catat sendiri.

Pemuda itu menatap remeh, zaman sekarang menulis kontak dengan secarik kertas, kampungan!

"Kalau begitu saya permisi, semoga anda mau membantu saya." Kania segera pamit, Pemuda itu menatap punggung Kania yang semakin jauh, namun gadis itu menghentikan langkahnya kala dua orang berada tepat di depannya.

"Azkia?? Arkhan?? siapa gadis itu?" Batinnya.

"Tuan Abdillah, kami disuruh mengantar anda ke markas langsung oleh tuan Bondan." Abdillah mengangguk dan segera mengikuti para bawahannya.

....

"Kania,ya ampun aku kangen banget sama kamu." Azkia memeluk Kania dengan erat, Kania terkekeh melihat Azkia yang manja padanya.

"Aku pun, kalian sudah mendapat kabar baiknya?" Azkia mengangguk.

"Alhamdulillah Rayen sudah baik-baik saja sudah tinggal menunggu pemulihan beberapa hari lagi." Kania mengangguk.

"Alangkah baiknya malam ini makan malam di rumah ku saja, kebetulan aku memasak lebih, sekarang masih bisa untuk makan malam." Azkia maupun Arkhan jelas menerima jamuan itu, mereka pun belum makan sama sekali.

"Kebetulan sekali, aku juga penasaran makan masakan mu." Ujar Azkia membuat Kania mengangguk dengan wajah bersemu.

TBC.

BIND YOU 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang