chapter 2

1.6K 186 8
                                    

Vote nya jangan lupa
.
.
.

Dalam ruangan dengan cahaya remang tepatnya di dalam kamar bernuansa kasual karena perpaduan warna cat antara hitam dan putih, seorang pria berkulit pucat duduk di bangku tepat mengarah kearah ranjang nya,suara jam dinding berdetik seakan menjadi pengisi keheningan.
Sejak dua jam yang lalu pria berkulit putih pucat itu terus menggigit jari kukunya,tak ada niatnya untuk beranjak dari duduknya,rasa panas pada bokongnya karena terus duduk tanpa mengubah posisi tidak juga ia hiraukan.
Matanya fokus pada satu titik yaitu pada seorang remaja ah mungkin anak kecil karena tubuhnya memang kecil sedang terlelap di atas ranjangnya,ranjang kesayangan nya, ranjang yang hanya boleh di tiduri olehnya sekarang sudah ada seonggok manusia di atas ranjang kesayangan nya.

"Kurasa kau benar-benar gila! Bagaimana bisa kau membawa anak kecil dan menidurkan nya di atas ranjang ku!"

"Lihat otot lengan nya,masih ingin menyebutnya anak kecil?"

Pria berkulit pucat itu sudah habis kesabaran,ia berdiri dan mendekati seonggok manusia di atas ranjangnya itu dengan nafas memburu,namun ekspresi nya berubah kala ia melihat pria di atas ranjangnya itu berwajah sangat pucat.

"Apa dia sudah mati?"

Suara lain mendengung di telinganya membuat nya tersadar.

"Jangan asal bicara!"

Pria kulit pucat itu dengan tergesa meraih handphone yang ia letakkan tadi di atas nakas, dengan segera ia menghubungi seorang dokter kepercayaan nya untuk datang,semoga saja doker yang sedang ia hubungi ingin datang di jam tiga pagi seperti ini.

Tak lama suara serak di sebrang sana terdengar, terlihat sekali bahwa ia baru saja mengganggu tidur seseorang.

"Tolong datang ke mansion ku secepatnya! Ada orang sekarat!"

Setelah sambungan terputus,pria berkulit pucat itu panik tidak tahu harus berbuat apa, dengan insting nya ia mencoba mengguncang tubuh lemah itu,semoga saja nyawanya belum di ambil Tuhan.

"Hei bangun,hei"

Bahkan jika harus di guncang sekuat apapun remaja di atas ranjang nya tak akan bangun.

"Mungkin harus kau cium baru bangun, seperti kisah Putri salju"

"Diamlah Suga! Jangan asal bicara jika tidak bisa membantu!"

Sungguh pria pucat itu semakin panik,ditambah dirinya yang lain terus bicara omong kosong,ya dia memiliki alter ego,jangan tanya kenapa bisa ia memiliki penyakit semacam itu,jawaban sudah pasti karena dirinya trauma di masa lalu, tepatnya saat masih kecil.

"Aku hanya memberi saran Min Yoongi, lagipula kau itu seorang hakim yang pintar,kasusmu selalu selesai dalam sekejap lalu kenapa kasus seperti ini tidak bisa?"

Ingin rasanya Yoongi mencabik-cabik Suga saat ini saja, namanya saja yang suga'r tapi tingkah nya tak ada manis-manisnya sama sekali.

"Membuktikan kebenaran dan menghidupkan orang mati itu berbeda! Kau pikir aku tuhan?!"

"Eunghh"

Pertengkaran antara dua jiwa satu tubuh itu berhenti saat mendengar suara erangan dari remaja di atas kasur itu,perlahan mata sipit itu terbuka dan meringis kesakitan memegang perutnya setelah itu.

"Bukan kah erangan nya sangat merdu Yoongi?"

Pikiran mesum Suga mulai kumat,ya tuhan tolong kuatkan Yoongi untuk menghadapi Suga saat ini.

"Kau baik-baik saja?"

Yoongi memilih mendekati remaja itu dari pada mendengar ocehan Suga yang mulai berisik lagi.

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang