chapter 16

968 132 9
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Nafas nya kian memburu kala ia sedang berlari tergesa melewati koridor rumah sakit, beberapa kali bahkan ia tak sengaja menabrak bahu orang lain yang berlalu-lalang di koridor,merasa tidak perduli karena di dalam kepalanya hanya ada nama seseorang yang sedang dirawat, seharusnya kemarin ia pulang saja dan menolak ajakan hakim min untuk menginap.
Air mata bahkan sudah membasahi kedua pipi chubby nya, perasaan menyesal terus ia rasakan di hatinya.

"Seokjin Hyung"

Nama itu terus terucap pada dua belah bibir tebal nya,mata sipit nya terus meneliti nomor setiap kamar.

"Kamar nomor 125 Jim "

Pria lain di belakangnya terus memperingati kamar yang akan mereka tuju.

Sampai tiba-tiba pria dengan kulit pucat di belakangnya menarik tangan nya agar berhenti berlari,nafas mereka memburu hebat karena baru saja berlari,berdiri di depan pintu untuk memastikan apakah kamar di hadapan mereka benar atau tidak.

'cklek'

Seorang pria jangkung membuka pintu saat Yoongi ingin mengetuk, membuat Jimin dan pria jangkung di hadapan nya terkejut.

"Jimin"

Isakan yang tadinya sudah berhenti kini kembali terdengar saat mata Jimin menatap kedalam kamar yang sudah terbaring tubuh lemas Seokjin.

Pria tinggi itu memberi jalan Jimin dan Yoongi untuk masuk, Seokjin terlihat pucat dengan beberapa alat medis tertempel di tubuhnya.
Jimin menggenggam tangan Seokjin yang terasa dingin, hatinya hancur melihat Seokjin seperti ini,terasa rindu dengan ocehan pria yang sedang lemah terbaring ini.

"Maaf karena tidak bisa menjaga Hyung mu"

Jimin melihat kearah Namjoon yang juga terlihat hancur,raut wajah nya terlihat sedih menyaksikan sang kekasih masih terbaring koma.

"Ini bukan salah Hyung, justru Hyung yang sudah menyelamatkan Seokjin Hyung, terimakasih sudah membawa Seokjin Hyung kerumah sakit tepat waktu"

Jimin menundukkan kepalanya, sesekali ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit di dalam hatinya, sesungguhnya ia bersyukur karena Seokjin bisa di selamat kan tepat waktu.

"Tapi aku gagal menghentikan Jungkook, jika saja aku tidak datang tepat waktu mungkin Jungkook sudah melakukan hal yang lebih dari ini"

Jimin memejamkan matanya erat, tangan nya juga terkepal erat,ia baru ingat jika yang menembak Seokjin adalah Jungkook,tapi hati kecil Jimin tidak bisa menerima fakta yang disebut kan oleh Namjoon,Jimin tidak mengerti kenapa Jungkook melakukan nya, Jungkook itu anak yang menuruti perintah Seokjin daripada dirinya, kepenuhan hidup Jungkook juga selalu Seokjin penuhi tidak mungkin Jungkook menaruh dendam kepada Seokjin, juga Jungkook darimana belajar tentang bagaimana cara menggunakan senjata.

Yoongi sejak tadi diam mendengarkan perbincangan antara Namjoon dan Jimin, didalam benaknya terus berputar banyak pertanyaan,begitu tidak masuk akal nya kejadian ini, sejujurnya ia pun merasa bersalah karena menahan Jimin kemarin di rumahnya, dengan alasan rasa trauma Jimin kepada Mr.J agar Jimin tetap tinggal di apartemen nya padahal malam itu Yoongi hanya ingin tetap berada di dekat Jimin.

"Namjoon Hyung bisa jaga Seokjin Hyung sebentar? Aku ingin pergi menemui Jungkook"

Mata Yoongi kini menatap kearah Jimin kembali, terlihat pria mungil itu kebingungan dengan situasi yang menimpa nya.

"Ya, aku pasti akan selalu menjaga Seokjin"

Jimin kini menatap kearah Yoongi,mata berkaca-kaca itu sudah membuat Yoongi yakin jika Jimin butuh sandaran saat ini.

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang