chapter 20

809 121 3
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Taehyung berjalan gontai di koridor sel tahanan, wajahnya babak belur karena baru saja mendapat pelajaran dari Namjoon karena menerobos masuk tanpa ijin,di tangan Taehyung kini sudah ada sebuah kunci, pikiran Taehyung terus melayang pada sebuah laptop yang kini berada di tangan Namjoon.

Taehyung berhenti di depan sel yang sering ia kunjungi, tangan nya dengan perlahan membuka pintu sel,ia masuk kedalam dan melihat seonggok manusia sedang tertidur,kening pria itu mengernyit karena terganggu dengan suara yang ia buat.

"Apa kabar, bunny?"

Jungkook buru-buru merubah posisi nya menjadi duduk,ia terkejut melihat Taehyung babak belur.
Taehyung tersenyum lembut melihat Jungkook menatap nya dengan sangat khawatir meskipun Jungkook tidak mengeluarkan suara apapun seperti orang bisu.

"Gwenchana,ini tidak sakit. Kau sudah makan?"

Taehyung bertanya sembari melihat arloji di pergelangan tangannya, sudah lewat tengah malam tentu saja Jungkook pasti sudah makan, Taehyung meringis karena pertanyaan nya barusan.

"Kau ingin..."

'bruk'

Taehyung tidak melanjutkan kalimatnya karena merasakan hangatnya tubuh Jungkook yang memeluk nya, awalnya sedikit terkejut namun selanjutnya Taehyung membalas pelukan itu.

"H-hyung"

Mata Taehyung membulat terkejut mendengar suara bisikan lirih keluar dari bibir Jungkook, kedua tangan Taehyung menangkup kedua pipi Jungkook agar melihat kearah nya.

"Kau bisa bicara sayang?"

Setitik air mata menetes menuruni pipi Jungkook,ia akhirnya berhasil melawan rasa trauma nya.

"Hyung sebenarnya..."

"Sssttt jangan di paksa oke, semua akan baik-baik saja"

Taehyung kembali memeluk tubuh Jungkook kedalam pelukannya,ia menepuk-nepuk punggung Jungkook agar pria itu lebih tenang,bibir nya terus berucap semua akan baik-baik saja dan Jungkook tidak perlu cepat-cepat memaksa diri untuk bercerita mengenai apa yang terjadi.

Malam itu Taehyung kembali menginap di dalam sel menemani kekasih nya, di dalam jeruji besi ini terasa sangat dingin, Taehyung tidak bisa membayangkan bagaimana tidur Jungkook selama berada di sini, hatinya hancur jika harus mengingat nya, Taehyung semakin mengeratkan pelukannya agar Jungkook merasa hangat.

"Akan ku keluarkan kau secepatnya, bunny"

🐱

Suara dari Elektrokardiogram masih terdengar sampai saat ini,pria dengan wajah hampir cantik itu belum juga membuka matanya, sudah hampir sebulan dirinya terbaring.

Pria lain di dalam ruangan itu berdiri dari duduknya, sebuah kebiasaan baru dirinya adalah menemani kekasihnya yang tak kunjung bangun karena ulah nya, terkadang perasaan nya puas melihat target nya sekarat seperti ini tetapi perasaan itu akan cepat berubah menjadi sebuah penyesalan di dalam hatinya.

"Dear,kau tidak lelah terbaring sepanjang hari? Tak ingin membalas dendam padaku?"

Pria itu terkekeh di akhir kalimat,walau bagaimanapun ia tahu Seokjin tak akan sanggup menodongkan pistol kearah nya,hati Seokjin teramat lembut.

"Tak ingin melihat Jungkook di pengadilan? Jungkook akan di adili seminggu lagi,akan sangat seru jika kau juga melihat berapa lama Jungkook akan di hukum"

Jari-jari panjang nya kini mengelus rambut hitam Seokjin yang masih saja terasa lembut meskipun belum di keramas selama koma.

"Ayo bangun. Kita harus berkenalan dengan benar,aku ingin memperkenalkan diriku sebagai Kim Jhonatan"

Pria berdarah Amerika Korea itu kini mengarahkan jari-jari nya pada wajah lembut Seokjin.
Wajah yang tertidur seperti bayi, Namjoon jadi ingin menyimpan Seokjin untuk dirinya sendiri.

"Aku lelah terus bermain,ingin segera menyelesaikan semua ini tetapi akan terlihat monoton jika tidak bermain-main,kau juga berfikir begitu kan?"

Namjoon masih saja mengajak Seokjin mengobrol meskipun ia tahu Seokjin tidak dapat menjawab ucapan nya.

Hening kembali terasa, bukan Namjoon lelah karena terus bicara, saat ini pikiran nya sudah berkelana entah kemana,harus nya sekarang ia berada di dalam kamar min Yoongi untuk menghabisi Jimin, semudah ia menodongkan pistol kearah Seokjin seperti saat itu, tetapi waktu selalu tidak tepat seakan takdir benar-benar melindungi Jimin dari nya.

"Jika kau bertanya apakah aku menyesal mencintai mu? Jawaban nya adalah iya,aku menyesal bertemu dengan mu sebagai target ku, keadaan ini menyiksa ku Seokjin"

Suara Namjoon menjadi parau, beberapa detik yang lalu wajah Seokjin yang memandangnya dengan damba melintas di pikiran nya, ia ingin mencintai Seokjin secara normal tetapi disisi lain hatinya berkata ia harus menuntaskan balas dendam nya.

Namjoon kembali duduk pada tempat nya, matanya terus saja menatap Seokjin dalam diam,ia tidak bodoh untuk mengetahui bahwa sebenarnya Seokjin mendengar setiap kata yang ia ucapkan, terbukti dari ujung mata Seokjin yang terus mengeluarkan air mata, Namjoon sudah sering melihat Seokjin seperti itu, meskipun Seokjin mendengar ucapannya tetapi mata bulat milik Seokjin tak kunjung terbuka.

Sampai mata tajam milik Namjoon sedikit membulat saat melihat pergerakan kecil dari jari-jari Seokjin,pria manis itu berusaha untuk sadar.

Namjoon masih menunggu Seokjin untuk membuka mata, tidak ada niat sedikitpun untuk memanggil dokter,ia ingin wajahnya lah yang dilihat pertama kali saat Seokjin membuka mata nya, bukan dokter ataupun suster.

"Come on, wake up baby"

Suara serak Namjoon terdengar berbisik, tangan besar nya mulai menghapus jejak air mata dari sudut mata Seokjin dengan lembut.
Jari nya kini beralih mengelus pipi yang sedikit tirus itu karena kekurangan nutrisi.

Perlahan, dengan sangat pelan akhirnya mata itu terbuka.
Seperti yang Namjoon harapkan sejak awal, Namjoon lah pemandangan yang Seokjin lihat pertama kali,senyum seringai itu begitu tampak nyata di depan Seokjin.

Teringat kembali di dalam benak Seokjin penyebab ia berbaring di rumah sakit, tangan nya perlahan meremas selimut rumah sakit yang menyelimuti badannya.

Mata nya yang lemah berusaha untuk kembali tertutup, Seokjin tidak bisa lari, badannya masih terasa lumpuh paska bangun dari koma,ia butuh pertolongan.

"welcome Dear"

Ucap Namjoon masih dengan senyum seringai di bibirnya, Seokjin tidak bisa berkata apapun,hanya air mata yang terus tumpah dari sudut matanya.
Ingin rasanya ia menghempaskan tubuh Namjoon jauh-jauh, apalagi saat bibir tebal pria itu mengecup kening nya, kedua matanya nya dan di akhiri bibir pucat nya.

Bahkan jari-jari nya sejak tadi tidak pernah berhenti untuk mengelus lembut pipi nya, tatapan penuh kerinduan Seokjin anggap sebagai penipuan, tidak ada penjahat yang memiliki perasaan seperti cinta untuk orang lain, penjahat hanyalah memikirkan dirinya sendiri, penjahat itu egois.

Sampai kata selanjutnya yang keluar dari belah bibir Namjoon ingin sekali Seokjin kembali koma, badannya yang sedikit tenang kembali bergetar, jantung nya pun kembali berdetak kencang.

"Siap melanjutkan permainan kita?"

Seokjin rasanya benar-benar ingin kembali jatuh koma.

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang