chapter 19

878 114 15
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Yoongi menatap seonggok manusia yang sedang tertidur pulas di atas kasur nya,suhu tubuhnya sudah normal sehingga ia tidak lagi cemas dengan keadaan Jimin.

Yoongi membawa mangkuk kosong bekas bubur Jimin ke dapur, sejujurnya pikiran nya masih berkelana memikirkan apa yang sedang Suga rencana kan,Yoongi takut Suga melukai Jimin, Yoongi tidak ingin trauma masa kecilnya terulang kembali, meskipun ia tahu Suga bukan lah dalang dibalik rasa trauma nya tetapi Suga hadir dalam hidupnya di awal rasa trauma itu muncul.

"Suga"

Yoongi menaruh mangkuk di wastafel sembari melihat kearah meja makan dimana Suga sedang duduk di sana sembari menatap kearah nya tajam.

"Jangan sakiti Jimin"

Lanjutnya.

Mendengar tuduhan itu membuat Suga merasa kesal,Suga tahu jika Yoongi kembali mengingat trauma nya 15 tahun yang lalu.
Kening Suga mengerut karena teramat kesal, bahkan giginya saling beradu.

"Kau kembali menyalahkan ku? Kau tau aku tidak melakukan nya! Bukan aku pelakunya!"

Gebrakan pada meja makan tidak membuat Yoongi terkejut sedikit pun,ia tahu watak Suga yang tidak bisa mengontrol emosi nya.

"Ya,waktu itu aku percaya pada mu tapi tolong, jangan hancurkan kepercayaan ku setelah ini, jangan melakukan apapun yang bisa melukai Jimin. Aku tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya"

Suga memutar bola matanya kesal.

"Perkataan mu itu seolah-olah aku lah yang membunuh ibumu! Bukan aku! Dia sendiri yang mengakhiri hidupnya sendiri! Bukan aku yang membunuhnya!"

Yoongi merasa jantungnya berdebar kencang, kilatan ingatan itu muncul kembali.
Darah, pisah dapur dan tidak adanya keadilan di persidangan.
Hinaan semua orang yang dilontarkan kepada ibunya sebagai kupu-kupu malam dan tak pernah mengurusnya setelah ibunya bercerai dengan ayahnya, perkataan menyakitkan itu masih Yoongi ingat betul,ibu nya frustasi karena keadaan ekonomi dan memilih jalan pintas yaitu bekerja sebagai kupu-kupu malam.

Dimalam yang deras Yoongi bisa melihat dari celah pintu kamar, ibunya sedang beradu mulut dengan partnernya, hampir saja pisau dapur di tangan pria tambun itu menggores leher ibunya jika Yoongi ah, bukan Yoongi tetapi Suga yang tiba-tiba muncul dalam dirinya karena tekanan yang tidak pernah berhenti di anak seusianya itu berlari dan menerjang pria itu, kekuatan anak dengan umur 7 tahun seperti tenaga orang dewasa, tatapan mata tajam yang membuat pria itu ketakutan, Suga yang mengendalikan tubuh Yoongi kecil langsung mengambil pisau di tangan pria tambun itu dan tak tanggung-tanggung menancapkan pisau itu ke bahu lebarnya.
Setelah itu Yoongi kembali ke dirinya sendiri dan melihat pria itu masih menjerit kesakitan,Yoongi melihat ibunya sudah ketakutan di sudut tembok, saat ia ingin mendekat, ibunya malah menodongkan gunting kearahnya, Yoongi kecil tentu saja tidak tau apa yang terjadi.

"Eomma.."

"Jangan panggil aku eomma! Kau bukan anakku! Yoongi eomma tidak pernah membunuh seseorang!"

Yoongi mengerutkan keningnya bingung, kemudian ia kembali menatap pria tambun itu tergeletak tak berdaya.

"Eomma.."

"Sudah kubilang jangan panggil aku eomma! Jika kau mendekat maka aku akan menusuk diriku sendiri!"

Yoongi kecil yang tidak tau apapun hanya bisa menangis,ia ingin menenangkan ibunya yang ketakutan entah karena apa, saat kaki kecil nya berjalan dua langkah, ibunya benar-benar menusukkan gunting itu tepat di lehernya.

"Eomma!!!"

Di persidangan,Yoongi kecil yang polos menjadi saksi,ia hanya anak kecil yang tidak bisa berbohong,ia mengatakan yang sebenarnya bahwa pria tambun yang saat itu menjadi tersangka hendak membunuh ibunya, bukan hanya itu Yoongi juga sering melihat pria itu sering memukul ibunya,tetapi hakim di depan nya membebaskan pelaku begitu saja dengan alasan tidak ada bukti sidik jari di gunting tersebut bahwa pria itulah yang membunuh ibunya, juga memar pada tubuh ibunya dianggap bukan bukti mengingat pekerjaan ibunya,bisa saja memar-memar ditubuh ibunya di dapat dari orang lain begitu kata hakim, selesai persidangan di belakang gedung Yoongi dapat melihat pria tambun itu memberikan segepok uang pada hakim,ia tahu ibunya tidak mendapatkan keadilan, sejak hari itu Yoongi bertekad ingin menjadi seorang hakim yang jujur agar semua orang dapat merasakan keadilan.

"Kalau begitu jangan membuatku berprasangka buruk padamu, katakan apa yang ingin kau lakukan kepada Jimin?"

Suga menyeringai,ia berjalan mendekat kearah Yoongi yang sejak tadi tidak bergeser dari tempatnya berdiri.

"Cukup percaya padaku"

Yoongi ingin marah sebenarnya, tetapi ia tidak ada nafsu untuk memarahi Suga, akibat ingatan nya kembali kepada trauma nya membuat ia menjadi pusing.

Di tempat yang berbeda...
Kim Taehyung menatap rumah kecil di hadapan, rumah itu terpasang tanda police line sehingga orang-orang dilarang mendekat, Taehyung malam ini tidak sedang mengerjakan tugas berpatroli,ia mengenakan setelan santai.

Awalnya Taehyung hanya ingin pergi jalan-jalan malam untuk menenangkan pikirannya, tetapi langkah kakinya membawa nya ke rumah yang dulu di huni Jungkook, Seokjin dan Jimin.
Untuk kasus ini Taehyung tidak di berikan ijin untuk menyelidiki, membuatnya kepikiran dan merasa penasaran apa yang terjadi sebenarnya.

Kedua kakinya melangkah masuk tanpa takut ada polisi lain yang bertugas menjaga tempat kejadian,dirasa sepi dan aman Taehyung masuk ke dalam.
Tidak ada penerangan karena lampu-lampu di matikan,pun Taehyung juga tidak ingin membuat rumah tak berpenghuni ini menjadi pusat perhatian sehingga ia membiarkan lampu di padamkan, hanya dari lampu handphone Taehyung bisa melihat keadaan.

Rasa penasaran Taehyung lebih dominan pada sebuah lemari pakaian milik Seokjin, matanya terus menatap benda persegi dua pintu itu, tangan nya dengan perlahan membuka salah satu pintu lemari, tidak ada apapun di sana, Taehyung kembali membuka pintu yang lain, matanya membulat terkejut melihat sebuah laptop di dalamnya.
Buru-buru Taehyung mengambil laptop itu karena perasaan nya mengatakan laptop itu adalah bukti dari semua nya.

Taehyung menggigit kuku jari jempolnya dengan cemas, laptop di depan nya masih berusaha ia hidupkan namun ia berdecak dengan kesal karena setelah berhasil hidup layar itu menjadi hitam, baterai nya habis.

"Sialan!"

Buru-buru Taehyung merogoh setiap laci mencari Carger untuk mengisi ulang baterai laptop.

"Ini dia"

Taehyung semakin bersemangat saat ia berhasil menemukan apa yang ia cari, buru-buru ia menancapkan charger pada lubang saklar, perlahan laptop itu hidup kembali, kesempatan untuk nya membuka setiap file, tetapi sayangnya butuh waktu lama membuka nya.

Taehyung terlalu fokus menatap layar sampai tak sadar sudah ada seseorang yang sedang berdiri di belakangnya.
Sampai Taehyung merasakan sebuah benda dingin menempel pada tengkuknya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Suara bariton sedikit serak itu membuat Taehyung merinding, perlahan ia membalikkan badannya, matanya terkejut melihat moncong pistol tepat di depan wajahnya,ia merasakan tubuhnya bergetar takut melihat siapa yang sedang berdiri di depan nya, ajalnya sudah dekat begitu pikir Taehyung.

"Tuan Namjoon"

Taehyung semakin terkejut saat tangan Namjoon yang panjang itu menutup laptop dengan kasar sampai menimbulkan bunyi, pistol masih ditodongkan padanya sehingga Taehyung tidak dapat bergerak sedikit pun.

"Kau akan terkena sanksi karena masuk tanpa ijin ketempat kejadian, Taehyung"

🐱

Maaf atas keterlambatan update 🙏🏻

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang