chapter 22

796 119 3
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Yoongi melangkah kan kaki nya cepat menuju kearah Supermarket, sudah lebih setengah jam Jimin tidak kembali, padahal supermarket ada di depan rumah sakit ini.
Yoongi merasa sangat khawatir apalagi Jimin adalah salah satu orang yang menjadi buronan Mr.J.
Ucapan Namjoon bahkan sudah tidak lagi Yoongi pikiran,entah siapa musuh dalam selimut itu Yoongi tidak perduli, yang ia perduli kan hanya lah Jimin.

Suara lonceng dari atas pintu supermarket terdengar pertanda ada yang masuk,Yoongi buru-buru menuju kearah kasir.

"Permisi apa tadi ada seorang pria kira-kira tinggi nya sekitar 174cm, rambut nya berwarna pirang dan memakai sweater berwarna biru langit?"

Wanita kasir itu mencoba mengingat pelanggan yang ciri-ciri nya di sebutkan Yoongi tadi, seingatnya tidak ada pria dengan tinggi 174, berambut pirang dan menggunakan sweater berwarna biru.

"Tidak ada tuan,saya tidak melihat pria yang anda maksud berbelanja di sini"

Yoongi berdecih kesal,itu berarti Jimin belum masuk ke supermarket.
Yoongi kembali mencoba menghubungi Jimin namun lagi-lagi panggilan telepon nya tidak di angkat.

"Sialan Jimin kau dimana!"

Yoongi keluar dari supermarket tanpa banyak kata,ia kembali kerumah sakit dan menuju keruang cctv.

"Tolong periksa cctv di teras rumah sakit"

Tanpa banyak kata petugas itu langsung melakukan apa yang Yoongi minta, terlihat di sana Jimin sedang memanggil sebuah taksi,entah kemana tujuan Jimin meninggalkan nya.
Sialnya plat nomor kendaraan taksi yang di tumpangi Jimin terlihat buram sehingga Yoongi tidak bisa melihat nya dengan jelas.

Untuk yang terakhir kali Yoongi mencoba menghubungi Jimin namun tetap saja tidak diangkat.

"Bocah itu suka sekali membuat ku khawatir!"

Niat Yoongi ingin kembali ke mansion nya ia urungkan setelah ia mendapat panggilan dari klien nya,Yoongi lupa jika ini jadwal nya dan klien nya rapat mengenai kasus penipuan.

Yoongi membuang nafas panjang untuk menenangkan pikirannya, semoga Jimin  sedang berada di mansion nya.

Di tempat lain, tempat yang pengap dan gelap Jimin di letakkan di atas lantai berdebu,entah sudah berapa lama tidak di bersihkan.

Setelah pintu tertutup rapat, perlahan mata Jimin terbuka, sebenarnya Jimin sudah sadar saat penculik membawanya ke sini di perjalanan.

Tangan Jimin terikat di belakang dengan kuat,Jimin membiasakan matanya pada ruang gelap tanpa cahaya ini, hanya remang-remang penerangan dari lampu jalan lewat ventilasi.

Jimin berusaha membuka ikatan di tangan nya, namun itu hanya sia-sia.
Di tengah ia berusaha,Jimin mendengar suara nafas halus di sampingnya.

"Apa ada orang?"

Suara Jimin berbisik lirih, tidak ada yang menyahut nya, tetapi suara nafas yang menjadi berat itu masih terdengar,Jimin merinding mendengar nya.

"Apa ada orang? Tolong jawab,aku juga di culik"

Jimin kembali bersuara, volume suaranya sedikit ia besarkan.

"Jimin?"

Jimin tersentak kaget, seorang pria dengan suara teramat lirih dan lemah.

"Hoseok-ssi?"

Jimin buru-buru beringsut mendekati Hoseok,Jimin melepaskan sepatu di kaki kirinya menggunakan kaki kanannya dengan mudah dan begitupun sebaliknya, kakinya yang tanpa alas itu mencoba menyentuh tubuh Hoseok.

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang