chapter 6

1K 126 14
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Pengap adalah satu kata yang pas dirasakan oleh seorang pemuda yang tergeletak mengenaskan di lantai,baju nya sudah kotor karena darah dan keringat ditubuhnya bercampur dengan debu tebal di lantai.

Sudah lebih dari seminggu ia berada di sini, sebuah gudang lama terbengkalai yang sedikit jauh dari rumah penduduk.
Dalam ingatan nya masih segar tentang bagaimana kekasihnya di bunuh oleh tiga orang secara mengenaskan, hanya karena kekasihnya a.k.a Bora tak sengaja merekam tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh atasan mereka atau sering disebut bos.
Harusnya ia juga dibunuh saja daripada disiksa tanpa ampun disini.

Mata nya yang lebam berwarna biru masih berusaha untuk terbuka,sekali lagi berusaha untuk melihat dan mengenali wajah yang tidak terlihat jelas karena remang cahaya dari lampu gantung.

'ckrek'

'ckrek'

'ckrek'

Flash kamera membuat matanya menjadi perih,pelaku yang sudah mengurung nya itu hanya tersenyum puas melihat hasil bagus jepretan nya.

"Hasil yang bagus, walaupun wajah mu babak belur tetapi masih terlihat tampan kok"

Pelaku itu menaruh kamera yang akhir-akhir ini bertengger di lehernya keatas meja,juga tanda pengenal nya yang menggantung di leher ia lepaskan, tidak ingin noda darah sampai mengenai tanda pengenal nya. Tangan nya kini mengambil sebuah pisau kater yang sudah ia siapkan sedari tadi,merasa bosan karena korban nya tidak mengeluarkan suara kesakitan walaupun sudah ia siksa.

"Baiklah Sehun-ssi,aku tahu kau merindukan kekasihmu, kemarilah biar ku antar kesana. Ck, kenapa menjauh? Sejak kemarin kau terus berteriak ingin mati kenapa sekarang takut?"

Sehun terus berusaha membawa tubuhnya untuk menjauh, rasanya jika ajal sudah mendekat seperti ini,Sehun ingin sekali menarik kata-katanya yang ingin mati, teringat dengan kedua orang tuanya di rumah.

"Ck, come on ini tidak sakit,aku janji hanya goresan kecil"

Bahkan wajah sumringah itu terlihat begitu mengerikan,kaki nya berhasil ditarik dengan kuat,ingin berontak pun tenaganya sudah habis.

"Oh biar ku hidupkan dulu kamera nya"

Setelah itu si pelaku kembali menahan tubuh Sehun di bawah,sang korban dengan tubuh gemetar terus berusaha lepas dari Kungkungan si pelaku.

"Lepaskan! Aku tidak ingin mati! Aku tidak ingin mati!"

Bahkan suara jeritan pilu itu tak di hiraukan.

Sang pelaku memejamkan matanya karena merasa terganggu dengan suara teriakan serak dari korban nya, sungguh tidak mengasyikkan, korban nya tak menangis sama sekali.

"berisik sekali"

Awalnya ia melihat kearah kamera yang sengaja ia hidupkan,detik demi detik waktu dalam kamera terlihat menandakan jika kegiatan nya sudah terekam,senyum seringai terpatri di bibirnya,lalu ia kembali menoleh kehadapan korban, wajah penuh mohon di bawahnya ini terlihat sangat putus asa,ia suka melihatnya.

Merasa sudah mulai bosan,pelaku itu mencekik leher putih korban dengan kuat, bahkan urat di lengan nya sampai terlihat menonjol karena kuatnya cekikan yang ia lakukan,sang korban tak bisa bernafas, bahkan lidahnya terjulur meminta pasokan oksigen.
Sang pelaku tertawa puas, kesempatan itu ia lakukan dengan memotong lidah korban yang terjulur, korban bahkan tak bisa lagi menjerit merasakan bagaimana sakit nya benda tajam itu memotong lidahnya seperti seakan memotong daging sapi.

Nafas korban tersendat-sendat, akhir hidupnya semakin dekat,tahu jika korban seperkian detik lagi akan tewas,maka tangan nya yang sudah berlumur darah itu terangkat dengan pisau kater yang sama ditangan nya.

Seringai di bibirnya semakin lebar kala ia dengan sekuat tenaga menusuk mata kiri korba. Darah segar mengotori setengah wajah tampan nya, bahkan beberapa tetes sampai mengenai tali tanda pengenal yang ia taruh tadi di atas meja,puas sekali rasanya ia menghabisi korban.

Setelah Sehun tidak lagi bergerak,sang pelaku berdiri dari tempatnya,ia mematikan kamera yang sejak tadi merekam kegiatan nya.
Tersenyum puas melihat hasil rekaman nya, kamera yang ia gunakan milik reporter Bora yang juga menyimpan kasus pembunuhan anak kecil, terpampang jelas wajah nya kala sedang membunuh, salahkan setiap korban nya  yang sudah mengusik nya,sengaja maupun tidak ia tidak perduli.

Pelaku itu sekali lagi melihat Sehun yang sudah tiada,di tangan nya masih ada lidah milik lelaki tampan itu,organ yang akan menjadi koleksi nya untuk yang kesekian.
Sayang sekali ia tidak sempat mengambil organ milik Bora karena terpergok oleh seseorang.
Orang yang entah kebetulan atau takdir adalah incaran nya sejak dulu,dia park Jimin,korban nya selanjutnya.

"Ahh tak sabar ingin ku kuliti tubuh nya dan mengambil jantungnya."

Sayangnya Jimin tidak tahu apapun tentang nya, padahal orang-orang mengenal dirinya bak artis papan atas. Sering di panggil Mr.J.

"Jika bukan karena rencana sudah dari dulu ku habisi kau Park"

Gerutu nya sembari menuangkan sianida pada ujung pisau kater dan mulai mengukir huruf J pada telapak tangan korban.

"Sebentar lagi lukisan ku akan terukir di telapak tangan mu, Park"

🐱

Awan mendung sejak tadi pagi menghiasi kota Korea Selatan, meskipun mendung namun hujan tak mengguyur kota maju itu.

Jimin membuang nafas nya panjang, sekarang ia sudah ada di depan supermaket,di suruh Jin Hyung membeli kecap manis dan garam.

Padahal tadi nya Jimin masih ingin bergelung dengan selimut tipis namun nyaman di kamarnya,akibat kurang tidur karena tadi malam Yoongi benar-benar mengajaknya pergi ke pantai,dilanjut dengan mengirimnya kepada Taehyung karena tahu ia baru mencuri sepatu sekolah untuk Jungkook, rasanya Jimin ingin menendang Yoongi dari atas jurang saat itu juga,untung ia tidak di bawa ke kantor polisi karena Yoongi dengan menyombongkan dirinya membayar sepatu yang ia curi dari toko.
Entah motif apa yang sedang Yoongi mainkan,saat kasus nona Bora di tutup,Yoongi dengan tegas berkata bahwa ia tak ingin lagi bertemu dengan nya, karena setiap kali bertemu dengan nya Yoongi merasa kesialan,itu sih karena nasib Yoongi saja yang jelek,namun tadi malam malah mengajaknya jalan-jalan. Benar-benar ahjusi yang aneh kan?

Saat kakinya baru masuk kedalam toko, mata tajam milik penjaga kasir sudah menatapnya, sudah hafal betul dengan dirinya yang suka mencuri.

Merasa mata itu semakin tajam menusuk,Jimin dengan kesal menunjukkan uang yang ia bawa, seolah mengatakan "aku tidak akan mencuri".

Sampai aksinya terhenti saat ia mendengar suara dari televisi yang menyiarkan saluran berita.

"Pembunuhan kembali terjadi, jasad korban di temukan di sebuah gudang terbengkalai. Di perkirakan korban di bunuh tadi malam pada jam sebelas malam, mengingat luka masih baru. Ditemukan luka gores dengan huruf J pada telapak tangan korban."

Para pengunjung supermaket terkejut mendengar berita yang disiarkan di TV, Jimin menatap kearah tv yang tertempel di dinding, merasa cukup terkejut juga padahal baru kemarin kasus nona Bora ditutup sudah ada lagi pembunuhan. Untung saja ia tak lagi menjadi saksi pembunuhan itu.

Tak ingin berlama-lama untuk menyimak acara berita di tv,Jimin memilih melangkahkan kakinya kearah rak bahan dapur, saat tangan nya hendak mengambil garam, tangan seseorang sudah lebih dulu menahan tangan nya.

"Dasar pencuri!"

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang