chapter 10

990 144 9
                                    

Vote nya Jangan lupa

.
.
.

Sudah seminggu yang lalu Jimin di pulangkan,kini keadaan sudah lebih baik, tenaganya pun sudah lebih stabil.
Saat ini Jimin sendiri di pinggir jalan,jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Jimin hendak kembali ke rumahnya setelah mengantar Jungkook di acara kelulusan nya dan membiarkan Jungkook merayakan kelulusan dengan teman-teman nya, tidak menyangka jika Jungkook lulus dengan nilai terbaik.

Jimin menatap kearah langit gelap nya malam, tidak ada bintang bertebaran di sana seperti biasa, mungkin mendung dan sebentar lagi akan turun hujan, disaat seperti ini Jimin malah teringat dengan kejadian seminggu yang lalu,dimana Jimin bersikeras mengatakan kepada Yoongi bahwa Hoseok adalah dalang di balik semua ini, semua bukti pun sudah terarah kepada Hoseok namun Yoongi mengatakan dengan tegas bahwa Hoseok tidak bersalah karena Yoongi pernah memiliki hubungan dengan Hoseok sebelumnya,jelas Yoongi sudah tau luar dan dalam bagaimana Hoseok.
Karena ucapan Jimin waktu itu, Yoongi marah besar,Jimin di tinggalkan begitu saja sendiri duduk di kursi roda.

"Mungkin aku memang salah"

Jimin merenung merasa bersalah,ia hanya menuduh dengan bukti yang samar, seperti mimpi dan baju dokter di lengan Hoseok itu bukanlah bukti yang kuat, bahkan Hoseok mengaku bahwa jas dokter itu milik kekasihnya yang memang bekerja di rumah sakit itu.

Sampai Jimin harus menghentikan langkahnya saat ia merasa ada yang terus mengikuti nya,Jimin tidak ingin berbalik badan karena takut memang ada yang mengikuti nya,Jimin meneruskan langkahnya dengan cepat dan lebar, perasaan nya semakin tidak enak saat ia mendengar suara benda keras bergesekan dengan aspal, dengan keberanian yang ada Jimin mulai melihat kearah belakang, tubuh Jimin bergetar samar saat ia melihat seseorang dengan jarak dua meter dari nya sedang memegang Kampak berlumur darah, pria dengan setelan baju berwarna hitam,tak lupa topi yang turut menutup wajahnya agar tidak terlihat.

Jantung Jimin berpacu dengan kuat saat ia mencoba berlari,pria di belakang nya juga ikut mengejarnya.
Nafas Jimin memburu hebat,dalam hati terus berdoa semoga ada yang menolong nya.

Pun malam ini entah mengapa Jimin merasa tidak ada orang satu pun yang melintas di jalan raya,ah tentu tidak ada karena ini adalah jalan tikus,jalan yang sering Jimin gunakan untuk jalan pintas,merasa pria di belakang nya semakin dekat,Jimin dengan kaki nya yang kuat berbelok menuju kearah jalan pintas lainnya,jalan yang akan membawa nya kepada kerumunan banyak orang.

Setelah berhasil keluar dari dalam gang, Jimin merasa lega karena pria di belakangnya seperti melambatkan larinya, tentu Jimin tahu jika pria di belakangnya tidak ingin menjadi pusat perhatian, sampai mata Jimin membulat  melihat seseorang dengan jarak beberapa meter sedang berdiri sembari menelpon seseorang, rasanya lega melihat pria di depannya.

"Yoongi Hyung!!"

Teriakan Jimin membuat ia menjadi pusat perhatian,yang di panggil Yoongi ikut melihat kearah suara yang baru saja memanggil nama nya cukup kuat.

'Bruk'

Jimin menubrukkan tubuh nya kepada Yoongi,pria dengan kulit pucat itu terkejut namun berusaha menyeimbangkan badan nya agar tidak jatuh,nafas Jimin pun terdengar memburu hebat.

"Kau kenapa?"

"Kumohon jangan lepaskan pelukannya Hyung"

Yoongi tahu jika Jimin tak sanggup untuk menahan berat badan nya sendiri,kaki Jimin terasa lemas karena ketakutan dan baru saja berlari menyelamatkan nyawa.
Perlahan tangan Yoongi ikut memeluk bahu sempit Jimin,mata nya kini terarah kepada seseorang yang mencurigakan di belakang Jimin,jarak cukup jauh namun karena mencolok Yoongi jadi dapat berasumsi bahwa pria itu baru saja mengejar Jimin,pria di sana terlihat berdecak dan pergi dengan Kampak besarnya.

"Dia sudah pergi, jangan takut"

Bahkan Yoongi sudah tidak perduli dengan seseorang yang menunggu jawaban nya di sebrang telepon, ia mematikan telepon nya dan kembali fokus menenangkan Jimin.

Perlahan Jimin melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Yoongi yang terlihat khawatir, bahkan kedua tangan pria itu sudah berada di kedua pipinya, sialnya perlakuan itu mampu membuat jantung Jimin berdebar.

Tersadar dari pikirannya,Jimin memundurkan langkahnya,tau betul jika Yoongi pasti setelah ini akan mengusir nya seperti dua hari yang lalu karena tidak ingin melihatnya lagi, padahal mereka bertemu tidak sengaja.

"Kau baik-baik saja?"

Jimin melihat kearah Yoongi sekilas,raut wajah ketakutan masih tersisa di wajah Jimin,ia mengangguk menjawab pertanyaan Yoongi.

"A-aku akan pulang"

Suara Jimin terdengar serak karena tenggorokan nya yang kering,Jimin kembali kejalan awal, sejujurnya ia tidak ingin kembali pulang melewati jalan yang sama.

Yoongi mengerutkan keningnya bingung,tau jika Jimin enggan untuk kembali kejalan yang sama,ia tahu Jimin sedang di teror oleh seseorang,atau mungkin Mr.J seperti yang dikatakan Jimin seminggu yang lalu.

Yoongi memilih menyusul Jimin,ia tidak ingin Jimin berjalan sendirian seperti tadi.

"Ingin ku antar?"

Jimin terlihat terkejut dengan kehadiran nya,entah perasaan saja atau memang Jimin sengaja menghindar dari nya.

"Sebaiknya kita pergi ke apartemen ku"

Jimin menghentikan langkahnya,ia sedikit mendongak untuk melihat kearah Yoongi,jelas kerutan di dahi Yoongi mengatakan bahwa Yoongi mengkhawatirkan nya,tapi kenapa Yoongi harus khawatir tentang nya?

"Tidak perlu Hyung,aku bisa pulang sendiri"

Yoongi menghela nafas nya,ia tahu Jimin menghindari nya.

"Kau menghindari ku?"

Mendengar itu Jimin menggeleng,meski sebenarnya Jimin memang menghindari Yoongi,ia tidak ingin membuat Yoongi sial karena bertemu dengan nya.

"Jelas kau menghindari ku, baiklah ucapan ku dua hari lalu memang kasar, kau bukan pembawa sial, saat itu aku hanya kesal dan melampiaskan nya pada mu,maaf. Nah sekarang ayo ku antar pulang"

Jimin bahkan merasa jika Yoongi tidak tulus meminta maaf, seharusnya Jimin sudah tau dengan sifat Yoongi yang seperti ini, semaunya sendiri.

Sedangkan Yoongi kini sedang berfikir agaimana cara agar membuat Jimin mengerti bahwa tidak bertemu sehari saja dengan Jimin adalah bencana, Yoongi seperti bukan dirinya,ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Jimin,ia akui ucapan nya terlalu kasar, sungguh ia merasa bersalah, pun tanpa ia sadari ia selalu saja mengkhawatirkan Jimin tanpa sebab, bahkan jantung nya akan terus menggila merasa rindu jika tidak melihat Jimin, sebelumnya Yoongi tidak pernah merasa tertarik kepada seseorang sampai seperti ini.

"Tidak perlu Hyung, terimakasih"

Saat Jimin kembali hendak pergi,Yoongi menarik lengan Jimin membuat Jimin kembali menatap kearah Yoongi.

"Apa kau sedang di teror seseorang?"

Jimin terdiam, telapak tangan nya kembali berkeringat, melihat gerak-gerik Jimin sudah membuktikan bahwa Jimin merasa terancam dan tidak aman.

Apalagi saat Jimin kembali menatapnya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

"Tolong aku, Hyung"

Hakim Min [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang