Bram pulang dari kantornya dan saat memasuki mansion nya, ia mendengar suara anak kecil yang tertawa dan mendengar suara tawa dari sang anak.
Ia berjalan menuju ruang keluarga dan disana bram melihat aldan dengan seorang anak kecil laki-laki, mereka sedang bermain.
'Ayah tak pernah melihat mu tertawa lepas seperti itu. Mungkin itu dulu, saat kamu masih kecil. Ayah ikut bahagia melihatmu tertawa nak.'pikir bram menatap sendu aldan yang sedang bercanda dengan zero.
Aldan yang menyadari ada sang ayah pun, memanggil bram sambil tersenyum kecil. "Ayah, kenapa disitu? Kemari, bergabunglah dengan kami."ucapnya.
Ekspresi sendu sekarang berganti menjadi senyuman, bram berjalan ke arah sang anak dan aldan bersalaman dengan bram.
Bram tersenyum dan mengelus kepala zero, ia bertanya kepada aldan. "Nak, siapa anak tampan ini?."
Zero yang dielus kepalanya pun menunduk dengan malu.
"Dia zero ayah, anak angkat ku atau yang sekarang menjadi cucumu ayah."jawab aldan sambil tersenyum kecil.
"Maksudnya?"tanya bram sekali lagi karena ia masih tidak paham dengan ucapan sang anak.
"Jadi tadi siang aku, raina dan ranzi pergi ke sebuah panti asuhan untuk menyumbangkan mainan dan beberapa kebutuhan di panti, dan saat aku sedang berdiri melihat anak-anak bermain, aku melihatnya yang sedang duduk sendiri dengan kepala yang menunduk karena penasaran aku pun menuju kearahnya dan kemudian duduk disampingnya, pertama kali aku melihat wajah dan matanya, aku melihat ada diriku di dalam tubuhnya, entahlah ayah aku tak paham tapi perasaanku sangat nyaman dengannya dan ingin selalu melindunginya."jelas aldan kepada sang ayah.
"Jadi ayah, bolehkah zero menjadi anakku dan tinggal disini?"lanjut aldan dengan sorot mata berharap kepada sang ayah.
Bram tersenyum lembut dan mengelus rambut aldan, ia menjawab. "Tentu saja, ayah mengizinkannya. Apapun itu, yang terpenting kamu bahagia nak."jawabnya dan diakhiri didalam hati.
Senyuman kebahagiaan tak bisa tertahan lagi diwajah tampan aldan dan wajah imut zero yang sedang menunduk.
"Terima kasih ayah!"ucap aldan dengan gembira dan memeluk sang ayah, diikuti oleh zero.
Anak laki-laki itu mengucapkan sesuatu yang membuat hati bram menghangat. "Telima kacih kakek, cudah menelima zelo di sini."ucapnya.
Bram terkekeh pelan dan mencubit pelan pipi zero dan mengatakan. "Sama-sama boy."
Aldan melepaskan pelukannya dan melihat kearah zero yang sedang dipangku oleh bram.
"Kamu harus berganti baju boy. Lihatlah, tangan dan badan kamu tak terlihat."ucap aldan sedikit bercanda dengan sang anak.
Bram yang baru menyadari itu pun menggelengkan kepalanya dengan pelan dan masih mengelus rambut zero.
Zero yang mendengar ucapan itu pun melihat kearah dirinya sendiri, benar apa yang dikatakan sang ayah. Badan dan tangannya tak terlihat. "Memangnya daddy cudah membeli baju untuk ku?"tanya zero kepada aldan.
Aldan mengangguk pelan dan zero kembali bertanya. "Kapan? Zelo tak melihatnya?."
"Kamu tak perlu tau. Tadi, ketika daddy ke dapur, bi ira mengatakan bahwa pakaian untuk dirimu sudah datang dan bi ira juga berkata bahwa pakaianmu sudah ada di kamar daddy. Jadi, ayo kita mengganti pakaianmu, daddy takut kamu kedinginan dan jatuh sakit."jelas aldan kepada zero yang masih dipangkuan bram.
"Baiklah dad, ayo kita berganti baju!"ucap zero dengan semangat, ia takut jika ia sakit sang ayah dan sang kakek khawatir dengannya, ia tak ingin merepotkan sang ayah dan sang kakek.
Aldan menggendong zero dan menyuruh sang ayah untuk berganti baju juga. "Aku akan mengganti baju zero dan ayah juga berganti lah."ujar aldan.
Bram tersenyum lembut dan mengangguk, ia pun menuju kamarnya sendiri. Sedangkan aldan pergi menuju kamarnya bersama dengan zero.
Beberapa menit kemudian, aldan kembali menuju ruangan keluarga bersama zero yang sudah rapi dengan pakaian yang terkesan imut dan juga wangi.
Bram juga sudah berganti pakaian dan kembali menuju ruang tamu, ia melihat aldan yang sedang membereskan mainan zero dan zero yang sedang duduk di sofa menatap polos aldan dengan mata bulatnya, ia juga melihat zero yang memakai pakaian yang terkesan imut.
Bram duduk di samping dan mencubit pelan pipi zero. "Cucu kakek imut sekali, ini pasti yang milih daddy kamu yaa?"tanya bram kepada zero.
Zero mengiyakan pertanyaan sang kakek dan menjawab. "Iya ini yang memilih daddy, bagaimana kakek tau?"tanya zero.
"Tentu saja kakek tau, daddy kan anak kakek."jawab bram kepada zero.
Zero yang mendapatkan jawaban seperti itu pun memanyunkan bibirnya yang mengundang gelak tawa dari sang kakek.
Aldan yang melihat itu hanya terkekeh pelan dan duduk di samping zero. Zero langsung memeluk sang ayah dan mengucapkan. "Daddy, kakek teltawa."
Aldan tersenyum sambil membalas pelukan zero dan menjawab ucapan sang anak. "Wajar saja jika kakek tertawa, soalnya kamu imut banget sih."
"Ihh aku tak imut daddy, tapi aku tampan."elak zero dengan kesal kepada sang ayah.
"Iya, kamu tampan."ucap aldan kepada zero agar zero tidak kesal lagi dengannya.
"Bagaimana jika kita bertiga berjalan-jalan?"ucap bram dengan tiba-tiba kepada sang anak dan sang cucu.
Zero yang mendengar kata 'berjalan-jalan' pun sangat senang dengan mata yang berbinar. "Ayo! Daddy, kakek! Aku tak cabar untuk beljalan-jalan."ucapnya dengan cadel dan dengan nada yang bersemangat.
"Baiklah boy. Kita berjalan-jalan tapi kamu harus menuruti perkataan daddy dan juga kakek, mengerti boy?"ucap aldan kepada zero dan diangguki oleh sang anak.
Mereka pun langsung pergi menuju sebuah taman hiburan tanpa mengganti pakaian mereka karena mereka termasuk santai.
.....
Komen untuk next→
Jangan lupa vote, komen and share!
Bye cayank:3
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]
Teen Fiction[No plagiat!] [NORMAL!! ] Ia hanyalah seorang figuran di dalam sebuah novel best seller yang baru-baru ini sedang viral di kalangan anak remaja. Aldan kavran dallara. Seseorang yang sangat tenang dan juga tampan, namun ia hanyalah seorang figuran...