08. Mengunjungi dan Flashback

5.3K 483 3
                                    

Burung-burung berkicauan dipagi hari, seorang anak kecil menangis karena mengira bahwa sang ayah meninggalkannya.

"Hiksss! Daddy dimana?!"teriak zero sambil menangis mencari aldan.

Aldan yang sedang ada di kamar mandi pun langsung keluar dari kamar mandi dan menghampiri sang anak, ia hanya menggunakan celananya saja karena terburu-buru jika sang anak menangis bertambah keras.

Aldan langsung menggendong zero dan mengusap punggung zero agar berhenti menangis, ia berkata. "Daddy disini boy, udah ya jangan menangis."

Zero pun berhenti menangis, walaupun ia masih cegukan. Zero menatap wajah aldan dan kemudian bertanya. "Daddy tadi di mana? Zero kira daddy pergi ninggalin zero."

"Daddy tadi sedang mandi boy, mana mungkin jika daddy meninggalkanmu. Zero adalah anak kesayangan daddy, jangan pernah mengira jika daddy akan meninggalkanmu karena daddy akan selalu bersamamu."jawab aldan dengan jelas kepada zero dan menatap sang anak dengan sorot mata yang lembut.

Zero langsung memeluk aldan dengan erat dan bergumam. "Zero sayang daddy."

"Daddy juga sayang zero."balas aldan kepada sang anak.

"Zero mau ikut daddy mengunjungi nenek?"ajak aldan kepada zero, dan zero yang tadi memeluk sang ayah pun melihat kearah aldan.

"Nenek? Zero mau. Dari zero disini, zero tak pernah melihat nenek."jawab zero sambil mengangguk.

" Kamu akan melihatnya sendiri boy. Ayo, zero harus mandi."ucap aldan sambil berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, zero sudah rapi dengan pakaiannya sama seperti aldan.

Mereka berdua berjalan bersama menuju ruang makan dan seperti biasa, bram sudah ada disana menunggu mereka.

"Pagi ayah."

"Pagi kakek."

Bram tersenyum lembut dan membalas sapaan mereka. "Pagi juga anak ayah yang tampan dan cucu kakek yang imut."

"Ihh kakek, aku ini tampan seperti daddy bukan imut."protes zero kepada sang kakek.

Bram terkekeh pelan dan mengucapkan. "Iya, zero tampan kok."

Aldan mendudukan zero di kursi yang ada di sampingnya. "Udah-udah, ayo makan."ucap aldan kepada mereka berdua.

Mereka pun sarapan bersama dan setelah sarapan, mereka langsung menuju ke makam sang bunda dari aldan.

Aldan menatap makam sang bunda dengan sendu dan kemudian melihat kearah zero yang ada di gendongan sang ayah. "Ini adalah makam nenek kamu boy, namanya farah wijara dallara."ucap aldan kepada sang anak.

Aldan kembali menatap makam sang bunda. "Nenek kamu meninggal saat daddy berumur enam tahun. Daddy sangat terpuruk ketika nenek kamu pergi, tapi kakek kamu selalu menemani daddy ketika daddy mengingat nenek. Kenalan gih"ucap aldan dan menatap zero.

Zero turun dari gendongan sang kakek dan berjongkok di depan makam neneknya. "Halo nenek, namaku zero kavran dallara. Nama itu diberikan oleh daddy, zero kira nenek ada di rumah yang berbeda tapi ternyata nenek ada disini."ucap zero dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nenek yang tenang di sana, zero akan selalu menemani daddy dan kakek."lanjut zero dengan air mata yang tak terbendung lagi.

Aldan menggendong zero dan menghapus air matanya, bram berjongkok di depan makam sang istri.

"Far, gimana kabarmu? Semoga kamu disana selalu bahagia ya. Aku, al dan zero selalu berdoa untukmu disini, aku sangat mencintaimu far sampai kapanpun itu."ucap bram sambil mengelus batu nisan sang istri.

Mereka juga menaburi bunga di makam farah.

Flashback.

Farah memiliki sebuah penyakit yang ia derita lumayan lama, hanya bram yang mengetahui penyakit itu. Sedangkan sang putra tak mengetahui jika bunda nya itu memiliki sebuah penyakit.

Hari-hari, farah jalani seperti biasa. Mengurus sang suami, mengurus sang anak dan mengurus pekerjaannya.

Farah adalah pemilik perusahaan terkenal, kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkannya sendirian dan farah membangun perusahaan itu dengan kerja kerasnya.

Hari dimana, ia harus pergi untuk selamanya.

"Hikss bunda, jangan pergi!"ucap aldan kecil menangis sambil memegang tangan farah.

"Ma-maaf sayang, wak-tu bunda nggak banyak lagi."ucap farah dengan lemah dan air mata yang sudah mengalir di wajah cantiknya.

"Farah, aku tau kamu itu kuat. Jangan pergi ya, disini aja nanti kalau kamu pergi siapa yang ngurusin aku sama al."ucap bram kepada sang istri dengan air mata yang membasahi pipinya.

Farah menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil menangis, ia mengucapkan salam perpisahan. "Maaf, terima kasih karena kalian sudah hadir di hidup bunda."

"A-aku menyayangi ka-kalian, se-selamat ting-tingal."lanjut farah dengan lemah dan kemudian ia menutup mata untuk selama-lamanya.

"Farah!!"

"Bunda!!"

Pemakaman farah dihadiri banyak orang, termasuk teman-teman bram dan teman farah.

Aldan kecil menjadi pendiam dan mengacuhkan siapapun yang berusaha berbicara kepadanya kecuali dengan sang ayah.

Aldan kecil sangat sedih, karena sosok wanita yang melahirkannya di dunia pergi begitu saja dari hidupnya.

Flashback end.

.
.
.
.
.

Komen untuk next→

Jangan lupa vote, komen and share!

Bye²

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang