Aldan sekarang sudah ada di belakang sekolah, ia mengikuti raina dari keluar kelas.
Ia melihat raina yang menangis di samping sebuah pohon besar sambil duduk di rumput yang tumbuh di sekitar pohon itu, ia menghampiri raina dan mengusap punggung raina dengan lembut.
Raina yang merasa ada seseorang yang mengusap punggungnya pun kaget dan langsung menghapus air matanya, melihat kearah orang yang mengusap punggungnya.
"Alan."gumam raina saat melihat aldan yang mengusap punggungnya.
"Kenapa nangis?"tanya aldan dan duduk di samping raina.
"Rai nggak nangis kok, cuma kelilipan doang."elak raina sambil tersenyum untuk menyembunyikan perasaan sedihnya.
Aldan menatap raina dengan tajam yang membuat raina menunduk takut akan tatapan dari aldan. "Bohong."ujarnya kepada raina.
Raina masih diam menundukkan kepalanya tak berani menatap aldan. Aldan menghela napasnya panjang dan mengusap rambut panjang raina.
"Maaf, karena sudah menakutimu."ucap aldan dengan tulus dan juga lembut secara bersamaan.
Raina mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. "Makasih udah di ada di sisi raina."ucap raina kenapa aldan.
"Kamu ngomong apa sih? Jangan aneh-aneh deh, alan akan selalu ada buat rai kok."ucap aldan dengan sedikit kesal dengan kata-kata raina yang menurutnya sedikit aneh.
"Gimana kalo suatu saat rai pergi jauh?"tanya raina kepada aldan dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Udah rai, jangan ngomong lagi! Sampai kapanpun rai akan selalu ada dan nggak akan pernah pergi!."jawab aldan dengan tegas.
"Mungkin."gumam raina dengan pelan.
.....
.....Raina tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri di depan aldan, aldan sangat panik dan menggendong raina menuju mobilnya.
Aldan membawa raina menuju rumah sakit terdekat dari tempat mereka, diperjalanan menuju rumah sakit, aldan tak berhenti menatap raina dengan khawatir.
Setelah sampai di rumah sakit, aldan menggendong raina masuk kedalam rumah sakit itu, ia berteriak memanggil dokter.
Dokter datang bersama para suster, mereka membantu raina memasuki ruangan UGD.
Selagi dokter memeriksa raina, aldan di depan ruangan UGD terus berdo'a agar raina tidak kenapa-napa. Aldan juga menghubungi sang ayah, kakek raina, nenek raina, dan juga ranzi.
Ranzi datang dengan tergesa-gesa, dan bertanya dengan panik kepada aldan. "Al, raina kenapa?"
"Gue nggak tau, makanya gue bawa dia kesini."jawab aldan.
Sang ayah datang dengan zero, bram bertanya kepada aldan. "Al, kenapa dengan raina?"tanya bram dengan raut wajah yang panik.
"Kak raina baik-baik saja kan?."tanya zero kepada sang ayah.
"Al nggak tau yah, tadi rai emang sama al tapi tiba-tiba rai jatuh tak sadarkan diri. Karena panik al langsung bawa rai kesini, terus nelpon kalian."jelas aldan kepada bram.
Tapi ternyata kakek dan nenek raina mendengar penjelasan dari aldan, mereka pun menghampiri aldan dan yang lain.
"Belum ada kabar dari dokter?"tanya kakek wisnu.
Aldan menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Belum kek."jawab aldan.
"Semoga raina baik-baik saja"gumam nenek clara khawatir dengan sang cucu.
Beberapa waktu kemudian, dokter keluar dan memberi tahu bahwa. "Mohon maaf, apa kalian keluarga pasien?"
"Iya dok."jawab mereka dengan serempak.
"Raina memiliki sebuah penyakit dari umur sepuluh tahun, saya sangat kenal dengan raina karena sedari dulu raina selalu periksa setiap bulannya kepada saya. Kali ini, kami memohon maaf. Dek raina tidak bisa di selamatkan lagi."ucap dokter itu dengan jelas.
"Apa?!"
"Dok, dokter bohongkan?."tanya aldan dengan marah kepada sang dokter.
"Saya tidak berbohong. Jika kalian ingin melihatnya, silahkan."ucap dokter sambil mempersilahkan mereka masuk.
Mereka pun masuk dan melihat raina.
Nenek clara menangis melihat sang cucu, kakek wisnu berusahalah untuk menenangkan sang istri.
Aldan berjalan pelan menuju raina. "Rai, bangun dong."ucap aldan.
"Masa tidur, kita kan ada disini."
"Kan alan sama anzi udah janji bakal ada di sisi rai, kok sekarang rai pergi sih."
"Rai bangun!!"
.....
....."Rai bangun!!"teriak aldan sambil bangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah-engah, zero yang ada di samping aldan pun langsung memeluk sang ayah.
"Dad, daddy kenapa?"tanya zero dengan khawatir.
Aldan melihat kearah zero dan membalas pelukan dari sang anak. "Daddy tak apa, hanya bermimpi."jawab aldan.
"Syukurlah dad."ucap zero bernafas lega.
'Hanya mimpi ternyata, tapi kenapa seperti nyata? Semoga tidak terjadi.'Pikir aldan ketika mengingat mimpi itu.
....
Jangan lupa vote, komen, and share!
Bye²
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]
Teen Fiction[No plagiat!] [NORMAL!! ] Ia hanyalah seorang figuran di dalam sebuah novel best seller yang baru-baru ini sedang viral di kalangan anak remaja. Aldan kavran dallara. Seseorang yang sangat tenang dan juga tampan, namun ia hanyalah seorang figuran...