07. Kebersamaan ayah dan anak [2]

6.1K 550 9
                                    

Sekarang mereka bertiga sudah berada di sebuah taman hiburan, dan baru saja masuk, sudah ada beberapa orang yang melihat kearah mereka.

"Bukannya orang yang menggendong anak kecil itu adalah aldan? Dia bersama ayahnya, tapi siapa anak kecil itu?"ucap seorang remaja kepada temannya yang ada di sampingnya.

"Sudahlah ayo pergi."ucap temannya dan menarik tangan temannya itu, saat melihat tatapan aldan yang menatap dirinya dan temannya dengan tajam.

"Daddy, aku ingin bermain itu dan mendapatkan mainan!"ucap zero dengan semangat sambil menunjuk sebuah permainan melempar bola.

"Baiklah baby, ayo kita bermain itu."jawab aldan dengan senyuman kecil menatap sang anak.

Bram hanya melihat itu dengan senyuman bahagia yang terpasang di wajahnya.

"Ayo, kakek juga akan bermain dan mendapatkan mainan untuk zero."ucap bram kepada zero dengan nada bersemangat.

Zero bertepuk tangan dengan gembira kepada sang kakek dan mengucapkan. "Hore! Kakek juga ikut bermain."ucapnya dengan gembira.

Aldan dan bram tertawa kecil melihat kelakuan zero yang menggemaskan, kemudian mereka pun bermain memainkan beberapa permainan yang ada di taman hiburan itu.

Zero sangat senang dan terus menunjukkan senyuman bahagia di wajahnya. Ughh keluarga yang bahagia, kami harap keluarga ini selalu bahagia disetiap waktu.

"Daddy, zero laper."ucap zero sambil memegangi perutnya yang Keroncong dan melihat kearah aldan.

"Zero laper? Baiklah, ayo kita mencari makanan untuk zero, daddy dan kakek."ucap aldan sambil tersenyum kecil kepada sang anak.

Zero mengangguk dengan semangat dan bram terkekeh pelan mengajak zero, aldan menuju salah satu penjual yang ada didekat mereka.

Mereka pun memakan beberapa makanan yang dijual oleh pedagang yang ada disana dan zero tiba-tiba berbicara bahwa ia mengantuk, alhasil mereka pun pulang.

Tapi bram menawari untuk menggendong zero dan yang menyetir adalah aldan, aldan hanya pasrah ketika sang ayah menyuruhnya untuk menyetir.

Ternyata zero tertidur saat diperjalanan pulang, aldan hanya tersenyum lembut dan bram juga ikut tersenyum lembut.

Setelah sampai di mansion, bram menggendong zero memasuki mansion, diikuti oleh aldan.

Bram membawa zero menuju kamar aldan dan menaruh zero di kasur sang anak dengan pelan agar zero tak terbangun dari tidurnya.

"Terima kasih ayah."ucap aldan dengan tulus kepada sang ayah.

Bram tersenyum menatap sang anak dan menjawab. "Santai saja boy, besok sekolah atau libur dulu?"

"Emm, al boleh libur nggak? Mau nemenin zero."ucap aldan dengan ragu.

"Boleh. Tapi ayah bakal bilang sama guru kamu buat ngirim materi yang akan dibahas besok, biar kamu nggak ketinggalan materi."jelas bram sambil tersenyum dan mengelus kepala sang anak.

Senyuman bahagia tak bisa tertahan lagi dari wajah tampan aldan dan menjawab. "Terima kasih ayah, al sayang ayah."

Bram langsung memeluk sang anak dengan erat dan bergumam di telinga aldan. "Sama-sama boy, al kangen bunda ya? Maafin ayah, ayah belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu."

Aldan mengangguk kecil dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya dan membalas pelukan dari bram, ia mengucapkan. "Iya, al kangen bunda. Ayah nggak usah minta maaf, dimata al, ayah yang paling hebat dan sudah menjadi ayah yang sangat baik bagi al."

'Ini perasaan aldan yang asli kan? kasihan banget, jadi ikut sedih. El jadi kangen bunda sama ayah.'pikir aldan dengan sendu ketika mengingat kedua orang tuanya dan aldan yang asli.

"Gimana kalo besok kita ke makam bunda? Kita ajak zero juga, biar dia tau kalo itu adalah neneknya. Udah jangan sedih, besok kita ketemu bunda kok."ucap bram sambil melepaskan pelukannya dan menghapus air mata aldan.

Aldan mengangguk sambil terkekeh pelan dan mengatakan. "Hahaha, ini adalah pertama kalinya al nangis di usia tujuh belas tahun dan ya, besok kita ke makam bunda."

"Ya, benar. Mungkin, terakhir kamu nangis waktu bunda pergi kan."ucap bram dan aldan hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Sekarang kamu tidur gih, ayah juga mau tidur. Tapi jangan lupa ganti baju dulu, baju yang ini udah kotor."ujar bram kepada sang anak dan diangguki oleh aldan.

"Selamat malam ayah."ucap aldan sambil tersenyum kepada sang ayah.

Bram pun menjawab sambil tersenyum. "Selamat malam juga, anak ayah."

Bram keluar dari kamar sang anak dan menuju kamarnya sendiri, aldan juga masuk kedalam kamarnya.

Aldan membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, hanya saja ia hanya menggunakan celana trening dan memperlihatkan tubuhnya yang eksotis.

Kemudian ia pun ikut tidur disamping zero dan memeluk zero dengan lembut. "Goodnight boy."gumamnya di telinga zero.

Di sisi lain aldan, tepatnya di kamar sang ayah.

Bram melihat foto sang istri dengan sendu dan mengucapkan. "Far, sudah sebelas tahun kamu pergi. Aku sungguh merindukanmu, pasti kamu sudah melihat aldan kan diatas sana, dia tumbuh menjadi sosok yang hebat dan bertanggung jawab. Sekarang dia juga mengangkat seorang anak, itu artinya dia sudah menjadi seorang ayah dan aku, kamu sudah menjadi kakek dan nenek."

"Nama anak yang diangkat al adalah zero dan al membuat nama zero mirip dengannya yaitu zero kavran dallara."

"Besok, aku dan al akan mengunjungi mu, zero juga akan ikut."ucap bram kepada foto sang istri.

Nama sang istri atau ibu dari aldan adalah farah wijara dallara. Sosok yang sangat baik dan juga tegas, dulunya farah adalah pemilik perusahaan terkenal dan sekarang perusahaan itu diserahkan kepada bram dan mungkin akan diberikan kepada aldan. Farah dulu juga satu sekolah dengan bram dan bram sudah mencintai farah dari awal bertemu.

Bram mengganti pakaiannya dan kemudian berbaring menatap langit-langit kamar, ia bergumam. "Selamat tidur pelangi ku."Gumamnya dan kemudian tertidur.

.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote, komen and share!

Komen untuk next→

Bye²

𝐀𝐋𝐃𝐀𝐍 [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang